Sasuke menatap Naru yang terbaring di bangsal rumah sakit dengan pandangan yang tak bisa siapapun tebak. Sasuke memang bisa membaca pikiran orang lain karena ia memiliki kemampuan itu yang diturunkan dari kakeknya. Sebagai vampire keturunan murni, bakat ini hanya bakat biasa yang harus ia miliki. Bukan bakat yang patut dibanggakan sama sekali. Karena sebagian keluarganya ada yang memiliki dua atau tiga bakat sekaligus.
Seperti ayahnya, yang ia ketahui memiliki kemampuan mengendalikan api dan pikiran orang lain tanpa diketahui. Atau kakaknya, yang merubah diri menjadi gagak dan melebur logam. sedang untuk ibunya, ia hanya bisa menyembuhkan atau menumbuhkan kembali tanaman layu. sangat cocok untuk penampilan ibunya yang anggun.
Dengan pandangan sendunya, ia menatap tubuh Naru yang masih terlelap dengan beberapa alat medis yang membatu penyembuhannya. Setelah jiwa wolf-nya meninggalkan tubuh Naru, tubuh itu hanya bisa serupa tubuh manusia bisa biasa dalam hal penyembuhan. jadi, Naru membutuhkan alat penunjang seperti halnya manusia ketika sakit.
"Aku hidup sendiri selama lebih dari dua ratus tahun. Tidak kusangka aku harus memiliki pasangan yang bahkan tak menginginkan aku dalam hidupnya," bisik Sasuke.
Benar.
Sasuke memang mengetahui jika Naru adalah pasangannya terlepas dari wanita itu pernah menjadi werewolf. ia telah mengetahuinya saat pertama kali bertemu di hutan perbatasan waktu itu. Indra penciumannya langsung merespon aroma memabukkan yang berbeda dari aroma werewolf yang biasa ia hirup. sejak saat itu, ia berusaha mencari tahu shewolf itu secara diam-diam.
Hingga saat ia mengetahui jika shewolf itu memiliki mate dan itu adalah sahabatnya sendiri, ia putus asa. Ia ingin memiliki Naru untuk dirinya sendiri. Namun, ia masih tahu diri karena memiliki hutang budi pada Davian. Mungkin, jika itu vampire atau werewolf lain, ia akan dengan senang hati menyingkirkannya, menghapus jejaknya, dan mengambil Naru sebagai miliknya sendiri.
Pada puncaknya, Davian yang memberitahukan bahwa ia tak memiliki masa depan dengan mate-nya, membuat Sasuke tersenyum lega. Ia tak bermaksud bahagia di atas penderitaan orang lain, tetapi memiliki celah untuk hidup bersama dengan pasangan pilihan hatinya membuatnya bisa merasa lebih lega.
Sasuke tahu. dengan membunuh Davian, bisa membuat kebencian tumbuh di hati shewolf itu. Tak hanya itu, ia juga harus rela menanggung kebencian lain dari ayahnya. Tak masalah. Ia bisa memaksa shewolf itu untuk menerimanya. Karena bagaimanapun juga, shewolf itu tak memiliki pilihan lain selain menerima. Dengan kata lain, Naru tidak dalam kondisi untuk bisa menolak. Pilihannya untuk menerima Davian di awal memberi Sasuke keuntungan untuk itu.
"Apa kau ingin membunuhku?"
Sasuke terkejut begitu ia mendapati sepasang manik dengan warna langit itu menatapnya tajam. Ia tahu. Kebencian di hati shewolf itu masih besar.
Hey, memang siapa yang tidak benci saat melihat orang yang membunuh pasanganmu di depan matamu?
"Sebaiknya simpan kata-kata itu untuk orang lain. Aku mate-mu sekarang jika kau lupa. Dengan membunuhmu itu sama saja dengan membunuh diriku sendiri," ujar Sasuke. Ia tak bisa berkata dengan lebih baik dari ini karena ia terbiasa berkata kejam. Jika sebelum ini ia bisa berkata kejam pada Naru, kini ia tekankan sendiri pada dirinya untuk mengurangi hal itu.
"Ah, kau benar," lirih Naru.
Sasue bersidekap. Ia tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana lagi. Jujur saja, ia bukan tipe yang banyak bicara seperti Sai. Ia lebih sulit mengekspresikan dirinya sendiri karena ayahnya mendidiknya seperti itu sejak kecil. Mau bagaimana lagi, ia terlahir dengan darah murni di tubuhnya. darah yang bisa saja membawa keberuntungan suatu hari nanti seperti yang Davian ramalkan untuknya.
"Suka atau tidak suka, kau mate-ku sekarang. Setelah kau sembuh, kau tinggal denganku."
"Tidak bisa!" pekik Naru. Ia baru saja bertemu dengan orang tuanya dan kini harus berpisah lagi dengan mereka.
"Harus bisa! Kau pasanganku, dan aku berhak atas dirimu di bawah naungan otoritas hukum bangsa kita. Ayahmu sudah mengerti akan hal ini dan aku sudah mendapat persetujuannya," ujar Sasuke tenang.
"Bangsa kita? Mungkin maksudmu adalah bangsamu sendiri. Kita berbeda, ingat! Kau vampire dan aku manusia sekarang. Bahkan sebelum ini pun aku adalah werewolf, bukan vampire sepertimu."
Sasuke dibuat geram. Memang benar jika mereka berbeda bangsa. Namun, kini Naru adalah pasangannya, dan hal itu mutlak adanya. "Kau sudah menjadi pasanganku. Suka atau tidak suka kau sudah berada di naungan bangsa vampire karena menjadi pasanganku," ujarnya, "persiapkan dirimu setelah ini karena keputusan ini berjalan dengan, atau tanpa persetujuanmu."
Air mata jatuh membasahi pipi Naru dan berakhir di bantal yang ia pakai sebagai penyangga kepalanya. Jujur saja, hal ini sama sekali tak pernah terbayangkan dalam hidupnya selama enam belas tahun ini. Ia pikir, begitu ia menemukan mate-nya, ia bisa menjalani hidup dengan mudah dan hidup bahagia bersama mate-nya. Nyatanya, ia hanya menjadi seonggok daging bernyawa yang bisa diperintah oleh vampire dengan seenaknya.
Sudah begitu, mate-nya juga dibunuh di depan matanya, pula.
Lalu kini dipaksa menerima pembunuh mate-nya untuk menjadi pengganti mate-nya. Hidup bersama dengannya dalam satu lingkup. Ia ingin bertanya, apakah ada yang bisa menjamin jika ia tidak dibunuh olehnya, mengingat pedangnya juga telah menusuk dirinya hingga sekarat dan kehilangan jiwa wolf-nya?
"Kau kejam!"
Sasuke mendecih. Ia kejam? Pasangannya itu mengatainya kejam? Tak salah kata itu untuknya? Bukankah seharusnya pasangannya itu berterima kasih padanya?
Bodoh.
Bodoh sekali.
Seperti yang selalu ia ucapkan pada mantan shewolf itu.
"Ternyata kebodohanmu ini memang tak bisa diselamatkan, ya, Dobe!" ketus Sasuke. ia tersenyum pongah. Sama sekali tak menunjukkan raut bersalah, iba atau apapun pada Naru yang tengah berbaring lemah di ranjang.
"Cemooh aku sesukamu, Teme! Kau sama itu adalah vampire busuk yang sama sekali tak memiliki perasaan!"
Sasuke mendecih. "Lalu kau hanya seorang manusia yang tak berguna. Asal kau tahu, kau hidup juga karena ada darahku yang mengalir di tubuhmu."
Naru terperanjat mendengar satu fakta itu. Benarkah? Benarkah bahwa di dalam tubuhnya mengalir darah vampire itu?
"Kau bohong," lirih Naru.
Sasuke tertawa sinis melihat respon Naru yang sesuai ekspektasinya. Ia ingin tahu, sampai mana batas shewolf yang telah kehilangan wolf itu mempertahankan pandangan angkuh itu padanya.
"Kau bisa bertanya pada ayahmu. Ayahmu lah yang memintaku untuk menyelamatkanmu, Dobe!"
Naru menggeleng lemah. Ia tak menyangka jika ia hidup dari darah orang yang telah membunuh mate dan mencelakai dirinya. Andai ia bisa, ia akan menolak vampire itu untuk memberikan darah padanya. namun, semua itu sudah terlambat! ia telah telanjur memiliki hutang padanya.
Apakah hal itu bisa dikatakan hutang, jika karena vampire itulah ia berada di dalam rumah sakit dan hampir meregang nyawa?
Biarlah!
Nanti ia akan menuntut jawaban pada ayahnya mengapa beliau tega melakukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naru wolf
FanfictionNaru, seorang werewolf yang ia bingungkan sendiri jalan takdirnya sebagai werewof. bertemu mate adalah hal yang membahagiakan untuknya, meski nyatanya mate nya memiliki status yang lebih rendah darinya. tapi baginya hal itu bukan penghalang, hingga...