Naru wolf

kesepuluh

Seperti yang telah ayah Naru katakan sebelumnya, mereka langsung menuju kediaman Alpha tanpa menunggu Naru istirahat sama sekali. Naru mengerti dan faham mengapa ayahnya berlaku demikian padanya. Bahkan tas yang ia bawa sama sekali tak di berhentikan di rumah itu dan ia seret kesana kemari hingga ke kediaman sang Alpha baru yang nyatanya adalah teman masa kecilnya itu. Ia cukup tau akan hal ini. Ayahnya yang sudah tak menginginkan kehadirannya sama sekali hingga tak menyisakan sedikitpun ruang untuknya di rumah baru yang di bangun ayahnya itu. Sebenarnya ia menyayangkan hal ini, tentang bagaimana dulu dirinya ibunya yang susah payah menanam berbagai tanaman yang sangat berguna, kini berubah menjadi tanaman hias yang sebenarnya ia tak tau guna tanaman itu selain untuk hiasan. Bagaimana rumah yang dulu mungil kini berubah menjadi rumah yang jauh lebih besar dengan tingkat dan beberapa ruang tambahan. Dan bisa ia lihat tadi, sama sekali tidak ada foto dirinya dan ibunya sama sekali. Ia heran, apakah ayahnya telah menghilang entitas ibunya begitu saja tanpa jejak sedikitpun? Apa ayahnya lupa jika ibunya itu pernah mengisi separuh hidupnya dan telah memberikan ia penerus yang lumayan bisa ia banggakan? Yah, meskipun dirinya tidak termasuk di dalamnya, sih.

Tapi tentu saja hal itu bukan menjadi hal yang bisa di jadikan sebuah alasan yang benar.

Apalagi menghilangkan jejak istri pertamanya hingga sama sekali tak bersisa seperti ini.

Ia jadi heran, ikatan mate seperti apa yang dimiliki ayahnya dan ibunya hingga berakhir seperti ini. Karena yang ia tahu, ikatan mate itu teramat erat. Meski terpisah, mereka hanya bisa dipisahkan kematian. Dan jika salah satu berhianat pun, mereka akan terkena Betrayal yang menyakitkan satu sama lain hingga mereka lebih memilih mengakhiri hidup. Bertrayal yang paling menyakitkan bisa di rasakan oleh mate dengan status yang paling rendah, namun tentu saja hal itu tetap menyiksa. Kebanyakan dari mereka yang berkhianat adalah dari pihak manusia atau were nya. Sedangkan sangat langka sekali jika di temukan wolfnya yang berkhianat. Hal ini dikarenakan mereka para wolf sangat amat setia dengan mate nya apapun kondisi matenya. Sedangkan manusia, perasaan mereka terkadang kalah oleh logika yang berjalan disamping mereka.

Terkadang tak sedikit dari sisi manusia mereka menolak matenya hanya karena fisik yang tak sesuai dengan harapan hati mereka. Mereka bisa melakukan reject-menolak mate- jika mereka tak suka. Namun hal itu bisa membuat pihak yang paling lemah yang tersakiti. Mereka juga bisa menggantikan mate dengan cara membunuh mate orang yang disukainya. Tentunya jika perebut mate punya kekuatan yang melebihi matenya. Dan tak jarang, beberapa dari mereka yang berebut sama-sama menemui ajal mereka sebelum bersama dengan orang yang di miliknya. Dan berakhir dengan yang di perebutkan mendapat status unmate. Dan unmate adalah status werewolf yang ditinggal mati matenya, karena tidak ada werewolf yang hidup setelah mereka memutuskan berpindah mate dengan baik-baik. Karena meski mereka manusia, jiwa mereka terisi sebagian jiwa binatang.

Memang, dewi bulan selaku dewi mereka yang mengatur bagian pasangan, telah menuliskan dan menakdirkan seorang pasangan mereka dan menetapkan takdir mereka untuk bertemu dan saling melengkapi hidup mereka. Tapi takdir itu masih bisa di ubah, dan tak akan ada satu orang pun yang tau takdir apa yang akan dijalaninya.

Seperti ayah Naru, ia yang semula telah menemukan pasangan takdirnya bisa mendapat pasangan lain karena takdirnya yang pertama telah tiada. Beruntung status werewolf Gamma miliknya lebih tinggi dari status Omega milik matenya dan dia tidak terlalu tersiksa atas kepergian matenya. Ia masih bisa hidup dengan baik, meski nyatanya Naru pernah melihat ayahnya yang terpuruk sehari setelah kepergian ibunya. Dan sekarang ia benar-benar geram setengah mati dengan sikap ayahnya yang seolah begitu saja melupakan ibunya, mate ayahnya yang telah menemani ayahnya itu selama belasan tahun lamanya. Bibirnya gatal untuk bertanya pada ayahnya, apakah dihati ayahnya itu tidak ada sedikitpun rasa untuk mengenang mendiang istrinya? Istri yang telah menemaninya dan menjadi sandaran dirinya terpuruk?