Ekskul Artes atau sebutan bagi anak-anak dari anggota seni rupa masih menempati sanggar sampai pukul 18:00 tempat mereka melepas seluruh ekspresi melalui goresan di atas Sketchbook. Mendekati bulan Agustus mereka disibukkan dengan program yang diadakan setiap tahun. Pameran seni lukis.
Arka begitu fokus memberi arsiran pada lukisannya yang semakin cantik. Di sampingnya, Jihan baru saja menyelesaikan bagiannya, ia begitu senang karena pemilihan perspektif objek yang lebih nyaman dipandang dari pada karya yang sebelumnya dibuat.
"Lo balik aja dah. Bagian punya lo udah beres. Hari Jumat gue minta gambaran lo yang tema 'Toleransi budaya', buat survei sementara bu Tuti. Soalnya yang belum ngumpulin elo doang." Arka tidak melepaskan fokusnya pada objek yang saat ini ia lukis.
Jihan memanyunkan bibirnya sambil menghela nafas. Ia merasa lelah akhir-akhir ini karena harus pandai-pandai membagi waktu antara sekolah, menggambar, dan Voli, padahal bahan untuk pameran sudah hampir selesai tapi bagi Arka ia ingin semua anggotanya dapat memenuhi target sebelum tanggal deadline.
"Lagian bebeb elo juga udah nungguin dari tadi." Arka menunjuk Bisma yang sedang bermain-main dengan Sankara di pojokan. Dirinya menggeleng heran melihat kelakuan kaka kelasnya.
"Bebeb-bebeb. makan tuh friendzone. Nunggu diambil orang baru tahu rasa." balas Jihan menyindir Arka yang masih saja bersembunyi di balik garis pertemanan saat ia menyukai sahabatnya. Jihan merapihkan Sketchbook, pensil dan semua perlatan yang sebelumnya dibutuhkan.
"Ka, minjem buku Biologi punya lo dong. Tadi pas Pak Phi jelasin gak sempat nulis soal buat kisi-kisi ulangan mingdep."
Jihan dan Arka satu kelas. Mereka berdua sering disebut-sebut mata-mata guru di kelas pada saat jam kesenian. Karena dianggap dekat dengan Ibu Tuti. Banyak siswa yang tidak suka jam pelajaran kesenian karena dianggap tidak terlalu penting sekaligus kritikan pedas Ibu Tuti yang banyak tidak disukai.
Arka memberikan diktat Biologinya, lalu Jihan meminta izin untuk pulang awal. Ekskul Artes selalu pulang sampai jam 7 malam.
"Guys ini notula buat kelas kalian." Sankara datang sambil membawa buku berlogo sekolah dan HUT RI, "Tadi pas rapat bareng OSIS, gak ada yang jadi perwakilan buat datang. Padahal ini penting loh. Kelas kalian tertarik buat ikut HUT RI gak sih?"
"Wey sabar atuh bos. Kan bisa disampein baik-baik hehe." Bisma menenangkan Sankara yang agak sewot.
"Oh tadi Lala katanya udah datang ke ruangan OSIS tapi gak ada siapa-siapa. makannya balik duluan. Tapi aku bisa sampein ke anak-anak kok infonya."
Sankara mengangguk sambil mengelus dada. Ia tidak ingin ada satu pun kelas yang tidak bisa mengikuti kegiatan HUT RI dengan alasan tidak ada info OSIS.
"Ada lomba apa aja sih ini?" tanya Bisma.
"Dibaca makannya. Urang, sama anak-anak ngajuin lomba Voli juga biar sekolah makin rame." sepasang mata Bisma berbinar mendengar jawaban temannya.
"Hebat atuh euy. Emang gak salah milih maneh jadi ketos haha."
"Yahaha asal kan wakilnya si Archie mah gak masalah." Bukan rahasia umum lagi jika Archie merupakan murid terpintar. Cowok itu bahkan dijuluki pangeran saking bertalentanya. Terakhir ia memenangkan NSDC 2021 dengan membawa pulang piala perak.
"Dipaksa ku maneh tapi." Bisma menambahkan.
Ekspresi Jihan terlihat agak kurang antusias mengenai lomba HUT RI yang akan diadakan 2 hari setelah anniversary kemerdekaan, hal itu menarik perhatian Arka.
"Lo ikut bakiak aelah, Jian sama Selin mah. Lomba makan roti juga oke kayaknya." ucap Arka remeh.
"Gak tau dah. Gue ikut apa yah? hehe." Jihan tersenyum canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Purple This Guy
Teen FictionKatanya sih Bisma tuh gak suka liat cewek nangis. "Jihan. Saya teh rela kok ngelakuin apa yang kamu mau sekali pun jadi tipe terbaru kamu, saya lakuin," ucap Bisma konyol saking frustasinya karena cewek di depannya tidak mau berhenti. "Serius?" Jiha...