-13🏠

297 39 1
                                    

HAPPY READING!🌞

Ganendra sudah mematikan motornya, namun belum ada pergerakan dari seseorang yang diboncengnya.

"Turun!"

Dilihatnya dari spion, ternyata orang tersebut masih asik ngelamun. Entah melamunkan apa sampai tidak menyadari bahwa mereka berdua sudah sampai di parkiran mall.

"Betah banget meluk saya" sindir Ganendra.

"Eh apa apa? Kita udah sampai?"

Gaia merasa dicuekin karena Ganendra tidak menjawab pertanyaannya. Lagian pertanyaan Gaia itu konyol menurut Ganendra. Jelas jelas Ganendra sudah mematikan motornya di parkiran. Hellow kemana saja Gaia sejak tadi sampai sampai ga sadar.

Gaia segera turun dari motor dan ingin melepaskan helm yang ia pakai. Namun helm yang ia pakai sulit sekali di buka kaitannya. Ganendra yang melihat Gaia kesulitan, segera menarik Gaia ke samping stir motornya karena Ganendra belum turun.

"Dasar bocil!" ejek Ganendra.

Ganendra langsung membantu Gaia membuka kaitan helm tersebut. Hal tersebut membuat keduanya saling beradu pandang. Ganendra menikmati setiap inci wajah Gaia. Lancang, tangan Ganendra bergerak sendiri untuk mengelus alis Gaia yang hitam tebal tanpa bingkaian pensil alis. Lalu, ia sedikit merapikan rambut panjang Gaia.

"CIEEE DUNIA SERASA MILIK BERDUA"

"Mas Mba kalo mau romantis romantisan jangan di parkiran dong, saya dari tadi mau ngeluarin motor jadi lama nunggunya!" ujar salah satu orang yang motornya terdapat di samping Ganendra.

Ketika mendegar perkataan perkataan tersebut, Gaia laangsung tersadar dan menunduk. Bisa di pastikan muka Gaia sudah merah menahan malu. Beda dengan Ganendra, ia tampak biasa biasa aja.

"Sorry" ujar Ganendra kepada orang tersebut.

"Ayo!" ajak Ganendra sembari menggandeng dan berjalan.

Setengah perjalanan ingin ke lobby, Gaia menoleh untuk melihat Ganendra yang sedang menggandengnya.

Tiba tiba Gaia mendadak berhenti dan tertawa kencang. Ganendra seketika bingung melihat Gaia tertawa sampai mengeluarkan air mata.

"Kenapa sih? Gila kamu?!"

"Lo tuh yang gila. Lupa nyopot helm" jawab Gaia dengan ketawa.

"Bangsat malu banget gue" ujar Ganendra kepada dirinya sendiri.

"Jangan ketawa kamu!" lanjut Ganendra dengan muka menahan malu.

Ganendra langsung berbalik ke arah parkiran untuk menaruh helmnya. Jujur saja saat ini dia malu sekali dengan Gaia. Padahal tadi saat dia menjemput Gaia sudah tampan, gagah dan berani.

"Dasar helm sialan, gara gara lo gue jadi malu!" ujar Ganendra dengan helmnya.

🐢🐢🐢🐢🐢

Ganendra balik lagi ke lobby dan melihat Gaia sedang berdiri menunggunya untuk masuk ke dalam. Gaia yang melihat Ganendra yang akan menghampirinya, ingin ketawa kembali namun di tahan. Ia hanya bisa tersenyum senyum saja agar Ganendra tidak mengomel.

"Ngapain kamu senyum senyum gitu, terposana sama saya?"

"Pede banget deh!" jawab Gaia.

"Bilang aja kamu masih belum puas ketawain saya kan?" tuduh Ganendra.

"Awas kamu kalo ketawa, saya cium!" ancam Ganendra.

Tidak mau membuang waktunya, Gaia meninggalkan Ganendra masuk ke dalam mall.

"Eh kok saya di tinggal, dasar tetangga kurang ajar!" dumel Ganendra.

Hilang sudah reputasi Ganendra yang tampan, gagah dan berani bila berurusan dengan tetangganya.

🐢🐢🐢🐢🐢

"Sekarang kamu pilih mau skincare apa aja bebas, saya beliin" ujar Ganendra.

Sedari tadi Ganendra tidak melihat Gaia mengambil atau memilih skincare untuk dirinya. Gaia hanya membantu Ganendra memilih skincare untuk sepupunya dan mamahnya.

"Engga, udah kan? Yuk!" jawab Gaia.

Setelah mengetahui fakta bahwa tetangganya ini adalah CEO yang berpengaruh bagi perusahaan, Gaia jadi sungkan. Belum lagi pasti nanti teman temannya menanyakan hal tersebut. Gaia juga gamau kalo di kira cewek matre. Hubungan ia dan Ganendra hanya tetangga.

Ia harus tahu batasan sebelum terjadi kekacauan. Ia begini juga karena ingin melindungi dirinya. Gaia merasa tidak pantas saja. Gaia harus bersikap sopan selayaknya tetangga pada umumnya. Tidak tahu mengapa, Gaia merasa Ganendra yang sekarang lebih berbahaya dan misterius ditambah Ganendra adalah orang yang berpengaruh.

"Kenapa? Rasanya kamu jadi aneh" ujar Ganendra.

"Biasa aja sih kayaknya" jawab Gaia. Ia langsung keluar store dan menunggu Ganendra yang sedang membayar.

Di dalam store Ganendra memperhatikan Gaia. Ganendra berfikir apa karena Gaia sudah mengetahui ia adalah seorang CEO. Lalu Gaia menjadi sungkan karena sudah seenaknya kepada dirinya.

Setelah membayar belanjaan, Ganendra menghampir Gaia.

"Udah?" tanya Gaia.

"Udah. Yuk mau kemana lagi?"

"Pulang aja yuk, udah mau malem."

Ganendra mengamati Gaia dan menarik tangannya menuju resto yang ada. Gaia langsung berhenti ketika melihat resto tersebut karena dari yang ia tahu resto tersebut mahal dan di dalam kebanyakan orang yang memakai baju baju mahal. Gaia kan merasa minder jadinya.

"Duh pasti harga makanannya mahal. Duit gue tinggal 500 ribu, gue harus hemat" batin Gaia.

"Gue laper sih, belum makan dari siang tapi gue takut juga kalo di kerjain suruh bayarin" lanjut Gaia.

"Lagian ngapain sih nih orang ngajak makan di sini" dumel Gaia dalam hati.

Setelah berperang dengan batinnya, Gaia akhirnya memutuskan untuk tidak ikut Ganendra. Dilepaskannya tangan Ganendra yang menaut ditangannya. Ganendra langsung melihat Gaia dengan alis yang terangkat.

"Kita ngapain kesini? tanya Gaia.

"Kamu buta? Ini namanya restoran, saya mau makan di sini" jawab Ganendra.

"Yaudah kalo gitu, duluan ya" pamit Gaia kepada Ganendra.

"ASOKA GAIA MAURENA!" panggil Ganendra sedikit keras. Ia ditinggalkan oleh Gaia begitu saja tanpa memberi penjelasan.

Gaia sedikit berlari menuju pintu lobby. Ganendra yang melihat perilaku aneh Gaia bergegas mengikuti Gaia. Padahal dia sudah mereservasi resto tersebut untuk makan berdua dengan Gaia. Gagal sudah rencana makan berdua dengan tetangganya.




TO BE CONTINUED🪐

Hello, Asoka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang