➷๑՞. Chapter 9 : ❝ Weird Girl ❞

734 110 4
                                    

🍁 When Autumn Comes 🍁
.
➷๑՞. Bab 9
◆|| Weird Girl ||◆
[ Gadis Aneh ]
.
╭┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╮
She sees me in a
different way
╰┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╯
.

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

“[Name] ... kau benar-benar aneh.”

Gojo dapat melihat ekspresi kaget [Name] saat setelah ia mengatakan gadis itu aneh. Bukan tanpa alasan, Gojo mengatakan itu karena mungkin ini pertama kalinya dia menghadapi orang seperti [Name]. Orang yang tidak tertipu dengan tingkah konyol serta kekanakannya.

Raut wajah [Name] yang awalnya berekspresi kaget perlahan berubah melembut.
“Um, mungkin aku memang sudah aneh.”

Gojo mengira [Name] akan mengatakan kalimat protes atas ucapan tidak sopannya. Diluar dugaan, [Name] malah menyutujui perkataannya dan mengatakan dirinya aneh juga.

Gojo melepas sentuhannya dari tubuh [Name]. Dirinya memasukkan kedua tangannya dalam saku celana, kemudian berjalan terlebih dahulu tanpa mengucapkan apapun.

Kali ini [Name] yang menatap Gojo dari belakang. Bahu yang biasanya tegap sekarang sedikit turun, mungkin Gojo terlihat lebih rileks sekarang. Maniknya dengan jelas melihat remaja pria itu menghentikan langkahnya.

“Tak apa. Gadis aneh itu berbeda dari yang lain, [Name] ... unik,” ucap Gojo tanpa menatap [Name] yang masih berdiri di belakangnya hingga ia tidak tahu ekspresi apa yang Gojo pasang sekarang.

Tapi, maniknya secara tidak sengaja melihat telinga Gojo yang memerah tipis.

[Name] sedikit melebarkan manik kelamnya, terlihat pupil matanya yang bergetar serta bercahaya terang disusul sebuah semburat merah tipis dikedua pipinya.

Telinga tajam milik Gojo kemudian mendengar suara kekehan lembut yang berasal dari arah belakangnya.

“Ayo ke sekolah! Nanti kita bisa terlambat, loh!” [Name] melangkah dan berhenti tepat di samping Gojo. Mendongak menatapnya karena perbedaan tinggi yang jauh.

Tangan remaja itu keluar dari saku, terangkat menyentuh puncak kepala [Name] dan mengelusnya.

“Santai saja. Sekarang masih terlalu pagi, pasti belum ada orang yang datang,” ucap Gojo.

“Tapi, tak ada salahnya datang lebih awal 'kan?”

Manik mereka saling menatap lagi. Senyuman lembut yang tulus perlahan terbit di wajah tampan Gojo. Senyuman yang tidak pernah ia tunjukkan secara langsung pada siapapun selain untuk dirinya sendiri. Hanya sebentar, kemudian dia mengubah raut wajahnya dan mengedikkan kedua bahu.

“Aku lebih suka terlambat dan membuat semua orang marah, sih, hehe~”

“Gojo-san, apa itu alasanmu selalu dikejar dan dimarahi Yaga-sensei?”

“Hum!!” Gojo mengangguk.

“ ... apa itu membuatmu merasa nyaman?”

Gojo terdiam sebentar. Lalu mengerucutkan bibirnya.
“Begitu caraku mencari sebuah hiburan, tau. Menjahili mereka yang mudah emosi itu membuatku terhibur~”

[Name] bungkam, kemudian menunjukkan sebuah senyum sedih. Dia tidak membalas ucapan Gojo lagi.

Menyadari orang di sampingnya tidak membalas ucapannya. Gojo sedikit membungkukkan badan untuk mendapat perhatian [Name].

“[Name]? Kau baik-baik saja? Jangan-jangan kau mau pingsan lagi? Dasar merepotkan! Kalau mau pingsan bilang-bilang, dong!”

“Eh? Aku baik-baik saja, kok. Tenang saja.”

“Oh? Ya sudah!”

.

.

“Kalian berdua ....”

Yaga-sensei menatap sengit pada kedua siswa yang terlambat hari ini. Mereka adalah [Name] dan Gojo, keduanya duduk di depan sang guru seraya menundukkan kepala.

Akhirnya mereka berdua terlambat akibat terlalu santai saat berjalan, bahkan keduanya sempat singgah dibeberapa tempat untuk membeli sarapan ringan karena lupa makan saat di rumah tadi.

Yaga-sensei menghela nafasnya.
“[Name], aku cukup terkejut kau bisa terlambat hari ini. Kutebak, Satoru penyebabnya 'kan?”

“Loh?! Kok saya?!”

“Aku juga salah, sensei. Aku menerima ajakannya, maaf,” ucap [Name] jujur. Gojo menoleh ke arahnya, menatapnya dengan tatapan yang sulit.

Yaga-sensei memijit keningnya.
“Kembali ke kelas kalian masing-masing. Kali ini sensei biarkan kalian,”- maniknya menajam saat menatap Gojo- “lain kali jangan libatkan adik kelasmu, Satoru. Cukup Nanami saja.”

“Sensei pilih kasih ternyata,” Gojo berbisik di telinga [Name] dan masih bisa di dengar Yaga-sensei.

“Apa?!”

“Kami harus kembali ke kelas, sensei. Sampai jumpa!!”

Gojo berdiri seraya menarik lengan [Name] untuk ikut bersamanya. Segera menariknya keluar dari ruangan sebelum Yaga-sensei mengamuk dan berakhir mengomelinya lagi.

“Yaah~ akhirnya bebas!”

Gojo melepas sentuhannya pada lengan [Name], ia kemudian merenggangkan badannya yang sedikit kaku karena duduk terlalu lama di atas lantai tadi.

“Gojo-san, aku harus ke kelas sekarang. Bye-bye!!”

“Dadah!!”

Gojo melambaikan tangannya seraya manik mata menatap [Name] yang sedang berlari menuju ke arah kelasnya. Setelah gadis itu menghilang dari pandangan, Gojo menurunkan tangannya dan berbalik ke arah lain.

Tapi ... menahan semuanya sendirian itu sangat menyakitkan.

“Seberapa jauh dia melihat dalam diriku ...?” Bayangan [Name] yang tersenyum padanya terlintas dalam pikiran Gojo. Remaja pria itu masih membeku di depan ruangan Yaga-sensei. Tenggelam dalam pikirannya.

'Kuat'-nya dia berbeda dari orang lain. Batin Gojo. Dia mulai melangkah menjauh seraya pikiran yang dipenuhi dengan bayangan [Name] dan segala hal 'aneh' yang ada pada gadis itu.

[Name] melihat-nya dengan cara yang berbeda. Di saat semua orang tertipu dengan sifatnya sehingga menganggapnya brengsek serta bajingan tidak berhati, gadis itu, [Name], malah tidak tertipu, tapi tidak menganggapnya baik ataupun jahat. Mungkin ... Gojo berada di tengah antara kedua hal yang saling bertolak belakang itu.

Gojo sudah pernah bilang jika dia membenci menjadi orang yang baik. Tapi-- mungkin secara tidak sadar atau kebutuhan untuk masa depan-- dia tetap melakukan sesuatu yang baik secara tidak langsung. Hanya sedikit orang yang menyadari sisi itu darinya.

Mungkin ... [Name] juga salah satunya.

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

.

🍁 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🍁

When Autumn Comes [School ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang