#11

284 58 25
                                    

Wendy's eyes~

Entah sudah berapa puluh kali ku tarik keluar cermin kecil dari dalam tas hanya untuk memastikan make up dan tatanan rambutku masih terlihat rapi seperti awal. Sambil mengetuk ngetukan jari tanganku diatas meja, ku edarkan pandanganku keseluruh penjuru ruangan. Sebenarnya aku tipe wanita yang tidak suka menunggu, tapi demi lelaki satu ini ku buang jauh-jauh pikiran itu dan disinilah aku sekarang. Sudah menunggu kedatangannya sejak 1 jam lalu sambil memastikan tidak ada satupun kotoran pada blackvelvet dress ku.

Akhirnya penantianku berakhir ketika melihat seorang lelaki dengan setelan jas rapi berwarna navy tampak berjalan mendekatiku yang sedang duduk manis menunggunya. aku tidak bisa menahan senyum ketika melihatnya ikut tersenyum seraya mengarahkan pandangannya pada meja yang ada di depanku yang telah tertata rapi untuk acara spesial malam ini. Salah satu tangan lelaki tampan itu bersembunyi dibalik punggungnya yang lebar.

"waiting for me?" tanyanya dengan nada seduktif tepat di telingaku. Aku tersenyum geli dan menganggukan kepala susah payah. Tiba-tiba tangannya yang lebar menutupi bagian kepala belakangku, sesekali jarinya masuk ke dalam sela-sela rambutku.

"what did you do to me?" tiba-tiba nada suaranya berubah. Aku menatap mata hitam pekat lelaki itu yang entah mengapa dipenuhi oleh amarah. Aku ketakutan, mencoba untuk menjauh tapi rambutku ditarik ke belakang dengan sangat kuat oleh pria itu.

"kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau menghancurkanku?!" ucapnya dengan suara paling menyeramkan yang pernah ku dengar. Aku tidak bisa bergerak, rambutku masih digenggam erat oleh telapak tangan kekar itu hingga aku meringis kesakitan

"sakit! lepaskan aku!" lelaki itu tak menggubris, ia justru menodongkan pisau yang rupanya ia sembunyikan dari balik punggungnya tadi.

"jangan sakiti aku!" pekikku ketakutan sampai tak bisa bernafas dengan benar. Lelaki tinggi tersebut terdengar menggeram lalu dengan tiba-tiba ia mendorongku hingga jatuh terguling ke atas lantai. Belum sempat aku bangun untuk berlari, lelaki itu segera menghampiriku dan mencekikku dengan kuat.

"kenapa kau meninggalkanku?" tangannya semakin erat mencengkram leherku yang pas di telapak tangannya. Aku mencoba melawannya dengan menendang selangkangannya. Berhasil! Dia melepaskan cengkramannya dan aku bisa lolos. Dengan sekuat tenaga aku bangkit dan berlari secepat yang kubisa agar bisa lolos dari lelaki itu..

Sial! Aku terjebak pada jalan buntu. Tidak ada pintu atau pun jendela. Ruangan ini dikelilingi oleh 4 dinding berbentuk persegi. Aku berbalik dan melihat lelaki itu bangkit sambil meringis. Dengan panik ku lirikkan kepalaku ke kiri dan ke kanan berharap ada jalan keluar agar aku bisa pergi dan menyelamatkan diri.

"Kau tidak bisa meninggalkanku lagi!" teriaknya, dan jarak kami semakin dekat.

"...jangan! Jangan dekati aku!" teriakku histeris ketika menyadari bahwa memang tidak ada jalan keluar dari ruangan mengerikan ini sedangkan lelaki jahat itu sudah semakin dekat sambil menodongkan pisau ke arahku.

"apa yang kau lakukan? Jangan sakiti aku!" dan saat lelaki tersebut tinggal satu langkah lagi untuk menikamku dengan pisau ditangannya aku mulai memejamkan mataku dan pasrah dengan apa yang akan lelaki itu perbuat padaku. Sedetik, dua detik, dan detik selanjutnya tidak terjadi apapun. Akhirnya ku beranikan diri untuk membuka mata pelan-pelan. Namun yang aku lihat selanjutnya adalah sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna putih dan lampu yang menyala sangat terang. Kemana lelaki itu pergi?

"I'm here, love..." suara laki-laki itu kembali terdengar, namun kali ini nada suaranya dipenuhi rasa khawatir. Aku mengerjapkan kedua mataku berkali-kali untuk memastikan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Apakah setelah menikamku lelaki itu berpura-pura baik?

I Do Love You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang