Park Chanyeol's Eyes~
Rabu 21 September, 17.45 KST
Senja di musim gugur memang selalu tampak lebih indah disaat warna dedaunan yang menyatu dengan warna langit yang jingga. Suhu dingin dengan cahaya jingga temaram di senja hari memang yang terbaik. Dengan alasan keindahan senja di musim gugur itulah aku menikahi Wendy tepat 7 tahun yang lalu jika dihitung dengan hari ini. Ribuan malam telah ku lalui bersamanya dengan bahagia dan rasanya makin lengkap dengan hadirnya 2 orang anak yang jadi bukti betapa besarnya rasa cintaku pada Wendy.
Jika melihat kebelakang, aku nyaris kehilangan sosok wanita yang kini jadi penyempurna hidupku ketika dengan bodohnya ku biarkan dia melangkah pergi keluar dari hidupku. Kesombongan awalnya menjadi senjataku tiap kali bertanya pada diri sendiri dan selalu kujawab jika hidupku akan baik-baik saja tanpa Wendy. Aku terkurung pada rasa bersalah dan hatiku tak dapat keluar dari masa lalu, dimana hatiku dengan hebatnya bisa mempengaruhi kinerja otakku untuk terus memutar semua memori indah yang pernah ku lalui dengannya, hampir setiap detik. Semakin hari rasanya semakin berat ketika menyadari bahwa hidupku jadi tak lagi sama semenjak hilangnya wanita itu. Logika ku bersikeras bahwa aku harus melepas dan mengikhlaskannya karena bagaimanapun aku pernah jadi seorang pengecut dan berdosa. Aku membohonginya dengan suatu kebenaran yang –mungkin orang lain tidak akan pernah bisa terima atau bahkan memaafkannya. Tapi dia dengan hati tegarnya memaafkanku, menerima masa lalu kelamku dan berkata dengan tulus bahwa cinta dalam hatinya tak memudar sedikitpun. Namun lagi-lagi logika dapat mempengaruhi jalan pikirku dan memilih untuk diam tak berkutik hingga akhirnya aku sadar bahwa hidupku sudah sepenuhnya hancur saat dia hilang, saat dia pilih melangkah pergi karena mengerti perasaannya tak terbalaskan olehku adalah yang terbaik.
Setelah tersiksa berbulan-bulan dengan kekosongan besar yang menganga lebar dihatiku, akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk hatiku saja yang mengambil alih semua. Ketika melihat wajahnya setelah sekian lama, aku yakin bahwa sebenarnya akulah yang jatuh cinta terlalu dalam padanya. Bukan dia yang terlalu mencintaiku, tapi aku yang setengah mati mencintainya hingga logika ku hilang entah kemana. Disaat itulah aku yakin bahwa Tuhan masih berbaik hati untuk memberiku kesempatan yang mungkin tak akan datang lagi. Aku segera memintanya untuk tetap denganku, memintanya untuk bersedia menghabiskan sisa hidupnya untuk terus menatap wajahku yang seiring waktu akan ikut mengeriput bersama dengannya.
*
"...mashed potato is ready to serve, ma'am." Ku lepas sarung tangan latex berwarna hitam yang ku gunakan untuk membuat mashed potato lalu membuangnya ke tempat sampah dengan melakukan gerakan seolah sedang melempar bola basket ke dalam basketball ring.
Wendy melirikku sekilas, lalu kembali fokus pada sirloin steak yang sedang dibakar menggunakan oven. Kedua tangannya ia gunakan untuk menggulung tinggi rambutnya yang mulai berjatuhan serta keringat kecil-kecil tampak memenuhi dahinya. Ku hampiri istriku untuk mengelap keringat itu menggunakan tissu. Wendy tersenyum senang ketika menerima perlakuan manis dariku itu.
"kau harus bersiap-siap. Jangan lupa giliranmu untuk mengganti pakain Dexter dan Zara." Ia mengingatkan, dan aku balas mengangguk dengan cepat. Setelah mencium dahinya yang sudah kering, aku segera bergegas untuk berganti pakaian. Sore ini ku pilih setelan tuxedo yang sengaja ku beli khusus untuk membuat Wendy terpukau malam ini, lalu ku padukan dengan dasi kupu-kupu hitam. Setelah memilih pakaian apa yang akan ku gunakan, aku segera mandi untuk membersihkan badanku yang mulai mengeluarkan aroma tak sedap pasca berkeringat karena membantu Wendy memasak makan malam. Tak butuh waktu lama bagiku untuk selesai mandi, aku dengan tergesa memakai setelan pakaian itu, memasang dasi kupu-kupu dan menata rambutku dengan Pomade Patrick S2 Shine Finish Medium Hold, menyemprotkan parfum Hugo Boss dengan perpaduan aroma jeruk mandarin, anise, bergamot, dan Pepper dimana aroma seperti ini sangat cocok untukku. Parfum ini juga menjadi parfum favorit Wendy, dia bilang tiap kali aku menggunakan parfum ini aku selalu tampak maskulin. Setelah memastikan penampilanku sudah cukup untuk membuat Wendy jatuh cinta sekali lagi padaku, aku bergegas menuju playroom untuk mengganti pakaian anak-anakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Do Love You [COMPLETE]
Fanfiction(Season 2 of I Don't Love You) Semua berjalan sangat sempurna, bahkan terlalu sempurna untuk sosok berdosa dan pengecut seperti Chanyeol. Ia pikir kehilangan ayah dan anaknya bertahun-tahun lalu merupakan puncak dari karma yang harus diterimanya. Ki...