Park Chanyeol's eyes~
10 January at 18.18 KST
Tidak banyak orang yang mengetahui apa arti dari critical eleven, dimana terdapat 11 menit paling genting dalam dunia penerbangan. 3 menit saat lepas landas dan 8 menit saat mendarat. Menurut analisis yang dilakukan oleh salah satu produsen pesawat terbaik di dunia yaitu Boeing, terdapat sekitar 7 persen kecelakaan pesawat terjadi sesaat pesawat meninggalkan permukaan tanah, dan sekitar 12 persen terjadi saat pesawat telah lepas landas atau dipendakian awal. Namun lebih dari setengah kecelakaan pesawat yang menewaskan banyak penumpang terjadi disaat pendekatan dan pendaratan. Maka dari itu, dalam 11 menit kritis ini semua awak kabin dilarang berkomunikasi dengan pilot ataupun co-pilot kecuali dalam keadaan penting yang sangat mendesak. Dalam menit-menit ini pilot dan co-pilot harus berkomunikasi secara intensif dengan ATC sehingga dapat mengendalikan pesawat sesuai dengan SOP* yang berlaku. Dalam 3 menit awal akan digunakan untuk mencari posisi stabil serta mengontrol kecepatan pesawat mengudara. Dan 8 menit akhir digunakan untuk menurunkan kecepatan pesawat serta menyesuaikan dengan landasan** (source : Indonesiabaik.id – critical eleven, 11 menit krusial dalam penerbangan).
Dalam hal ini sudah jelas jika pada 11 menit itu aku harus fokus dan melupakan sejenak semua masalah yang memenuhi otakku. Tentang Wendy yang seolah menolak untuk berdamai dengan keadaan, Zara yang baru saja melakukan operasi operasi usus buntu secara mendadak 3 hari lalu, serta nilai akademik Dexter yang merosot tajam pada semester ini. Sebagai seorang kepala keluarga, tentu saja semua permasalahan itu cukup menguras emosi dan energiku. Aku harus tetap bersabar menghadapi Wendy yang makin hari ku rasa semakin tak menyenangkan, menjaga Zara yang sejak selesai operasi menjadi sangat rewel dampak dari rasa sakit pasca operasi, dan disisi lain aku harus tetap menyemangati Dexter untuk bisa meningkatkan nilai akademiknya. Seandainya bisa terlihat, mungkin kepalaku sudah penuh dengan asap tebal yang mengepul.
"Korean airlines 433 is cleared to land runway 32, winds 340 at 5 to 10" suara dari ATC Seoul Tower membuatku tersadar setelah setidaknya 1 menit kehilangan fokus karena tiba-tiba teringat permasalahan yang benar-benar menumpuk. Aku menghela nafas dan kembali fokus untuk mengatur kecepatan dan menyesuaikan runway yang ada di depan mata.
"cleared to land, korean airlines 433." kemudian pesawat sudah sejajar dengan runway dan bersiap untuk mendarat.
"Korean airlines 433 contact ground 1-2-1 decimal 9" ucap ATC sebelum roda pesawat menyentuh permukaan tanah.
"Ground Korean airlines 433 is with you for gate 22" akhirnya aku berhasil mendaratkan pesawat dengan aman di runway, barulah ku arahkan pesawat menuju gate 22 untuk menurunkan para penumpang.
"Korean airlines 433 is cleared into gate 22. Thank you, have a good day." Sahut ATC untuk terakhir kalinya sebelum percakapan dengan ATC berakhir dalam penerbangan ini.
"Korean airlines 433. Thank you." Dan akhirnya pesawat terparkir dengan selamat. Setelah memberikan announcement kepada para penumpang, aviobridge* terpasang dengan sempurna, mesin pesawat pelan-pelan dimatikan, barulah aku bersama co-pilot dan beberapa pramugari yang bertugas di bagian depan pesawat mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih kepada seluruh penumpang.
"such a smooth landing, good job capt!" puji seorang pria asing dengan perawakan tinggi besar seraya menepuk bahuku pelan.
"Welcome to Seoul, thank you for choosing us to be your flight partner" jawabku dibalas dengan lambaian tangannya darinya. Setelah semua penumpang turun, aku segera mengambil koper, melepas topi pilotku dan mengapitnya di lengan kanan. Bersama dengan beberapa pramugari dan pramugara, kami berjalan menuju kantor untuk memberikan laporan terkait penerbangan dari Shanghai menuju Seoul tadi yang sempat mengalami turbulence* saat akan landing. Selain itu, aku rasa aku perlu bertemu dengan Sehun sekedar mengajaknya minum kopi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Do Love You [COMPLETE]
Fanfiction(Season 2 of I Don't Love You) Semua berjalan sangat sempurna, bahkan terlalu sempurna untuk sosok berdosa dan pengecut seperti Chanyeol. Ia pikir kehilangan ayah dan anaknya bertahun-tahun lalu merupakan puncak dari karma yang harus diterimanya. Ki...