10. tanggal dua puluh

387 36 19
                                    

NB:

🔞Bxb

kalau belum cukup umur, plis tinggalkan laman ini ya...






















Tay berlari segera setelah mengetahui kepulangan kekasihnya. Sebenarnya seharian ini ia uring-uringan. Banyaknya ucapan selamat serta hadiah tidak berhasil menghapus kecewanya. Sekarang tanggal dua puluh; hari ulang tahunnya. Beribu rencana sudah ada dalam kepala, bagaimana ia akan menelusuri hari dengan bahagia, bersama New tentunya. Tapi, seolah takdir iri dan ingin sekali menjauhkan ia dari pacarnya. Ah, jadwal pemotretan New digeser tanpa aba. Empat puluh delapan jam harus berada di luar kota membuat rentetan agenda hari bubar jalan; gagal dilaksanakan.

"Teee, aku gak bisa egois. Ini kan tim. Kalau mereka gak jadi kerja cuma gara-gara aku, aku yang ngerasa gak enak."

Begitu kilah New saat mati-matian Tay memohon pada kekasihnya agar jadwalnya di tanggal dua puluh dikosongkan. Tapi tidak berhasil, New tetap saja kekeh menyetujui perpindahan itu.

Setelah seharian hanya nongkrong di butik milik Arm tanpa melakukan apa-apa, tercetuslah ide impulsif untuk menyambangi sebuah bar di pinggiran kota. Terkapar menjadi tujuan utama, berharap sedih juga kecewa luruh bersama minuman beralkohol di sana. Namun, belum juga Tay menegak Jack Daniels dari botolnya, satu pesan New memberi distraksi. Tak kuasa menahan diri, ia segera melajukan mobilnya kembali ke condo, agar dapat memeluk kekasihnya; segera.

Tiga puluh menit dalam perjalanan terasa selamanya. Tay terburu memasuki condo dan mendapati New duduk di atas sofa; bergelung dalam selimut abu tebal dan hanya menyisakan kepala. Tay bisa langsung sadar bahwa New baru saja memangkas rambut. Potongan yang selalu Tay suka karena membuat New terlihat imut.

New masih bergeming meski Tay sudah berdiri menjulang di hadapannya. Hanya mata mereka saja yang berserobok dalam hening; delapan detik.

"Kamu gak mau bilang apa, gitu?" ucap Tay mengurai sunyi di antara mereka, berharap sang kekasih mengucap maaf; atau apapun, agar menenangkan batinnya yang tak karuan seharian.

"Emang aku harus bilang apa?" dengan mimik wajah polos tanpa dosa, alih-alih menjawab, New malah balik melontarkan tanya.

"Hiiih!" Tay yang sedikit geram berakhir menekan ujung kepala New dari sisi kanan serta kiri. "Aku mandi dulu, deh," ujarnya seraya menyambar handuk dan berlalu ke kamar mandi.

Ada senyum kecil menghiasi bibir New kala melihat laku si pujaan hati. Baginya, menggoda Tay selalu jadi hal paling seru, air muka kesal kekasihnya tampak lucu. New tahu jika pacarnya itu tidak akan pernah benar-benar marah padanya. Ah, rasa sayang darinya memang luar biasa; satu hal yang patut disyukuri. Menjalin sebuah hubungan dalam industri hiburan tidaklah semudah menggeser pagar karatan. Untuk memulainya saja New berpikir jutaan kali. Perasaan resah, cemas, juga takut selalu menghantui. Namun kejujuran dan sikap teguh Tay akhirnya mampu meluluhkan hati. Mereka resmi berpacaran tahun lalu setelah menyembunyikan rasa dalam sebuah hubungan bernama persahabatan— they name it best friend.

C U K U P  (TayNew; Bukan Cerita Bersambung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang