Ganjil

720 65 5
                                    

Hari masih teramat pagi, matahari masih terlihat enggan untuk memperlihatkan dirinya pada dunia. Tapi Tay harus segera bangkit dari ranjangnya, mempersiapkan diri. Hari ini jadwalnya padat sekali. Ada beberapa tempat yang harus didatangi dan beberapa klien untuk ditemui. 

Tepat saat Tay mengoleskan selai coklat pada roti panggangnya, telepon genggam nya berdering, mengeluarkan nada istimewa yang menunjukkan bahwa panggilan itu berasa dari kekasihnya. 

"Halo, selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" Satu kalimat pembuka dari Tay, bercanda. 

Alih-alih mendapat jawaban, Tay malah harus menjawab pertanyaan, "Hari ini jadwal kamu apa?" terdengar sebuah suara dari seberang sana.

"Pagi ini mau cetak beberapa foto, terus ke tempat Podd ambil figura, siangnya ada dua klien yang harus aku sama Arm temui. Gimana?" setelah menjelaskan panjang lebar rencana kegiatannya hari ini, Tay jadi penasaran kenapa New menanyakan jadwalnya, tidak biasanya.

"Aku ikut ya." minta New.

"Ke mana?" Tanya Tay masih belum mengerti akan permintaan kekasihnya itu. 

"Ya ke tempat-tempat yang kamu sebut tadi." ada sedikit ragu pada jawaban New. 

"Hah? Beneran? Ini bakalan seharian kayaknya. Kamu gak ke Cafe?"

"Lagi gak pengen." jawab New sekenanya.

"Ya boleh si." Tay sejenak berpikir. Ada yang tidak beres dengan suasana hati New, dia yakin itu, tapi Ia belum berani menanyakan apa penyebabnya.

"Nanti jam setengah sembilan aku jalan." akhirnya Tay mengiyakan permintaan New. 

“Oke.” sambungan diputus. Tay masih memandang gawainya dengan mulut mengunyah roti panggang kesukaannya. Hmm, dia masih berpikir serta berharap pekerjaannya hari ini akan berjalan sesuai rencana meski ia akan diawasi oleh New, seharian. 

***

Tepat pukul sembilan, Tay sudah berada di depan apartemen New. mengirimkan pesan singkat melalui whatsapp ‘aku gak usah naik ya, ku tunggu di bawah aja.’

‘Oke’ hanya itu balasan dari New.

Lima menit, New sudah duduk di samping kursi pengemudi. “Ini mau ke tempat cetak foto dulu?” tanya New saat ia sudah selesai mengancingkan seatbelt-nya.

“Iya. Kamu udah sarapan belum? Kalau belum kita cari soto dulu?” tanya Tay, perut kenyang sebelum berkegiatan adalah hal yang sangat penting bagi Tay, apalagi di pagi hari, perut wajib diisi.

“Tadi aku udah sarapan, Gun masak, tapi kalau kamu masih mau sarapan, ya aku temani.” jawab New sambil sibuk menyambungkan gawainya pada speaker yang ada di mobil Tay via bluethooth, dinyalakannya lagu yang ada di playlistnya. 

“Aku udah makan roti sama minum kopi si tadi sebelum berangkat. Masih aman lah, kita langsungan aja ya.” kata Tay sambil mengarahkan kemudinya. 

Tujuan pertama mereka adalah studio foto di jalan utama kota. Walau telah memiliki tempat yang bisa disebut sebagai studio, Tay belum memiliki peralatan untuk mencetak foto, oleh karenanya Ia masih perlu ke tempat lain bila ingin mencetak hasil jepretannya. 

Studio foto yang di maksud Tay merupakan gedung tiga lantai yang berada di tengah kota, cukup terlihat mencolok karena memiliki papan tanda yang cukup tinggi. Ada tempat parkir yang cukup luas di depannya, Tay langsung memarkirkan mobilnya di sana, mengikuti beberapa mobil lain yang sudah berjajar rapi. 

Lantai satu gedung ini ditutupi oleh kaca tembus pandang yang memperlihatkan bagian dalamnya. Tay langsung mengetahui bahwa banyak pengunjung pagi ini. "Udah sengaja dateng pagi biar gak antri, tapi tetep aja rame."

C U K U P  (TayNew; Bukan Cerita Bersambung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang