Pemeran Utama

546 50 11
                                    

dari tadi pagi overthinking, jd menyelesaiakan part ini. Trus, lagu di atas adalah lagu yang aku dengerin karena banyak orang pengen tahu aku nulis apa, jadilah ku sumpel telinga make lagu ini seharian, dari habis dzuhur sampe tulisan ini terbit.

wkwkwkwkwkwkw

oh ya, mau ngasih tahu, kalau part ini ada adegan 18+ nya, kalau umur kamu belum sampai, tolong diskip aja ya, plis. oke ya, sepaham kan ya?

siph...































selamat membaca, 

___________________

Uap panas yang keluar dari cangkir putih di depan Tay sudah lama menghilang, tapi isinya sama sekali belum berkurang, masih sama seperti saat disajikan. Hampir dua jam Tay duduk di posisi yang sama, menunggu dengan gelisah karena New belum juga membalas pesannya.

"Arm, di mana? Masih di gelanggang?" Tay yang kesabarannya sudah berkurang setengah memutuskan untuk menghubungi Arm, orang yang sudah pasti ada di satu lokasi dengan New.

"Masih. Anak-anak juga masih gladi," ucap Arm dari ujung sana; yang sudah tahu dengan pasti alasan Tay menghubunginya. Di sela jawaban Arm, Tay bisa mendengar sahabatnya itu berbicara dengan orang lain, menyuruh satu-dua orang membawa barang atau memindahkan sesuatu, "Tay, tadi New pesen, kamu balik duluan aja. Kita masih lama nih, belum kelar. Mana nanti masih evaluasi, masih harus beres-beres juga. Oh ya, New gak ada paketan. Lupa belum isi pulsa."

Tay menghela napas dan memejamkan matanya, "Kenapa kamu gak nelpon aku dari tadi sih, Arm?"

"Lupa, serius, maaf. Tadi hectic banget di sini," jelas Arm, meyakinkan Tay bahwa lupanya bukan hanya pura-pura. "Ini baru inget. Makasih hlo udah telpon," kekeh Arm tidak bisa ditahan, "Aku jadi bisa menyampaikan amanat dari New," tawa Arm meledak.

"Ck, ya udah, aku balik duluan. Bilang sama New, kalau dia butuh dijemput, langsung telpon aku ya."

"Laksanakan!"

Tut, tut, tut.

Tanpa salam perpisahan, Arm langsung memutus sambungan teleponnya. Tay hanya geleng-geleng kepala, mencoba maklum dengan segala kesibukan yang menyita waktu Arm, juga New. Acara yang selama ini mereka persiapkan tinggal minggu depan. Seolah berlomba dengan waktu, mereka butuh berlari dan bergerak lebih cepat lagi. Tay paham, menyiapkan sebuah pertunjukan memang menguras waktu dan tenaga. Dan, tenaga Tay juga terkuras lantaran menunggu New. Tapi tak mengapa, kekasihnya ini memang layak untuk selalu ditunggu, selama apapun itu.

Selepas meninggalkan secangkir coklat di cafe dekat kampusnya, Tay enggan kembali ke condo miliknya. Ia memilih mampir ke condo Off. Curhat, mungkin itu yang dibutuhkan Tay sekarang. Meski pada kenyataannya dia hanya rebah saja, tanpa kata.

"Ape lagi nih?" tanya Off pada Tay. "Kamu sebenernya ada masalah apa sih sama New?" Off penasaran.

Tay yang tengkurap di salah satu sisi tilam Off hanya berdehem. "Gak ada," dustanya singkat.

"Mana mungkin gak ada," bantah Off. "Kelakuan kalian berdua tu aneh. Masih pacaran gak sih? Jangan-jangan kalian udah putus ya?" tanya Off spontan sambil menekan belakang kepala Tay dengan telunjuknya.

Mendengar pertanyaan Off, Tay langsung terduduk, membekap mulut sahabatnya itu dengan sekuat tenaga. "Klo nanya itu difilter. Jangan ngaco deh. Tay dan New gak bakalan putus," tegas Tay dengan mata berkilat-kilat.

Setelah bekapannya dilepas, Off malah tertawa dengan sangat lantang. "Ya habisnya, pusing aku, tu, lihat kalian sok jual mahal. Sok gak peduli padahal perhatian. Sok gak mau mesra-mesraan padahal sayang. Udah, biasa aja kayak dulu kenapa, sih? Di mana-mana bisa grepe-grepe, peluk-peluk mesra, tanpa peduli apa kata orang."

C U K U P  (TayNew; Bukan Cerita Bersambung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang