Qadarullah 9

14 1 0
                                    

Dan kesedihan yang paling menyedihkan adalah ketika Allah tak lagi memberikan rasa dari nikmatnya ibadahmu. Tidakkah kamu bertanya, kenapa?

"Rika_Wati"

Note: anggap ini adalah Qaisa dan Mamanya Sarah, Ya 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note: anggap ini adalah Qaisa dan Mamanya Sarah, Ya 😘

--------

Dua hari usai berlalu semejak peristiwa hari itu. dua hari itu pula aku mengurung diri di kamar. Malas ke sekolah, mogok makan, menolak ajakan ayah ke klinik. Juga mengabaikan teriakan Bayu agar membuka pintu. semua kutolak tanpa niat mengabulkan.

Mataku hanya terfokus memandang foto mama dan aku. Sampai saat ini aku belum berhasil menemuinya.

Ponsel di atas kasur terus berdering nyaring. dari kemarin Mas Agung berusaha menelponku, namun kuabaikan tanpa niat mengangkat.

harusnya ini kulakukan jauh-jauh hari, agar mereka sadar aku terluka pada perjodohan ini. 

kupandangi kunci serap di atas meja belajar. sengaja kucuri demi kelancaran rencanaku untuk mengurung diri. aku butuh waktu sendiri untuk memikirkan rencana masa depanku. haruskah membiarkan masa remajaku menjadi hancur seperti ini? kukira tiada lagi yang berniat memikirkan masa depanku selain aku.

"Qaisa.. dengar ayah nak. ayah tahu kamu marah. marahlah pada ayah, asal kamu mau makan." sudah berkali-kali ayah menyuruhku makan.  ayah juga tak bosan-bosannya berceloteh menyuruhku membuka pintu.

Beberapa saat Senyap!

"haruskah ayah bilang kamu mengurung diri karena tidak mau dijodohkan?"

ayah mulai berseloroh tak jelas. 

"di luar teman sekelasmu baru saja datang. ayah harus bilang apa sama mereka? atau .."

kreek!

buru-buru kubuka pintu. ayah memandangiku merasa lega. Lalu tatapannya beralih pada kakiku.

"ayah ajak kamu ke klinik, kamu tidak mau. lihat, kakimu bertambah bengkak." ayah mengomel. namun sedikit pun tidak kugubris.

"katanya teman sekelasku datang, dimana mereka ayah?" aku mulai curiga.

"tidak ada. " 

jleb!

ayah membohongiku!

"ayok makan! jangan menyiksa diri seperti ini. kamu hanya menyulitkan diri jika sakit." tangan ayah menarikku perlahan menuju meja makan.

Ayana dan Bayu juga ada disana, mereka tampak menikmati menu yang dimasak ibu tiriku.

andai mama yang membuatkan makanan ini, akan kuhabiskan tanpa harus pikir panjang. 

Sepiring nasi disodorkan Ibu tiriku. ia memenuhi piring lengkap dengan lauk pauknya.

QadarullahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang