Hai guyss, selamat membaca cerita aku!! Ini bukan pertama kalinya aku berkarya. Cuma ini aja yang berani aku update soalnya aku masih ragu karena aku belum telaten nulis cerita, belum pro nyari topik sama alur, xixi..
Give me your love, guys!!
****
Ceklek
"Arka." Laki-laki itu langsung menghentikan langkahnya ketika wanita yang sedang duduk anggun di atas sofa sambil memegang katalog itu memanggil namanya.
Laki-laki yang bernama Arka itu menoleh, kemudian mengangkat sebelah alisnya. "Mana calon mantu Mama?" ujar wanita itu sambil celingak-celinguk.
Arka, dia menghela nafas berat. “Mama apa-apaan si? Arka pergi ke kantor buat kerja, bukan sibuk cari perempuan.”
Saskia, dia memutar bola matanya, jengah terhadap putra sulungnya ini yang belum saja mewujudkan keinginannya.
“Ya siapa bilang kamu cari domba. Terus kapan kamu bakalan gandeng calon istri ke dalam rumah? Gandeng tas terus,” Saskia meledek.
“Ck, Arka lagi capek. Butuh istirahat.” Ucapnya dingin. Kemudian Ia naik ke kamarnya. Mamanya itu, bukannya menanyakan perihal bagaimana keadaan di kantor malah menanyakan soal calon istri.
“Sudah lah, Ma. Biarin Arka fokus sama pekerjaannya dulu,” kini suaminya menyeletuk untuk memberi pengertian kepada istrinya.
“Ya ampun Papa ini gimana sih? Umur anak kita itu udah dua puluh tujuh tahun! Kapan kita bisa gendong cucu?” Kesal Saskia. Sedangkan Bara hanya menghela nafas pasrah. Wanita di sampingnya itu sudah lama menginginkan seorang cucu dan Ia sangat menaruh harapan pada Arka.
*****
“Mama mau kemana?” tanya Arka yang baru saja masuk ke dalam rumah setelah selesai olahraga pagi. Ia melihat wanita itu sangat rapi.
Saskia melirik Arka sinis, “Mau cari calon mantu!” Sinis Saskia tanpa menatap wajah Arka.
"Ma—"
“Kenapa? Mama salah? Kamu terlalu sibuk sehingga kamu nggak mau cariin Mama seorang menantu!”
"Bukan begitu, Ma. Arka cuma nunggu—"
“Nunggu apa? Nunggu sampai Mama meninggal, baru kamu menikah, begitu?” Balas Saskia yang mulai merasa kesal sampai membawa-bawa kematian.
“Jangan ngomong gitu, Ma.” Arka masih mencoba untuk berbicara dengan baik pada Mamanya.
“Biarin aja. Biar kamu cepat cari menantu buat Mama.”
“Cari istri bukan kayak cari duit, Ma. Nggak gampang.” Kini Arka mulai frustasi. Ia bukan tidak mau mencari istri, hanya saja butuh waktu yang lama untuk saling mengenal. Arka akan memilih wanita yang tepat untuk bersamanya. Bukan hanya sementara. Tapi untuk selamanya.
“Alaah, kamu aja yang selalu sibuk! Gimana bisa kamu ada waktu buat cari istri.” Berdebat dengan Mamanya benar-benar tidak akan pernah selesai. Untung saja Ayahnya datang.
“Udah, Ma. Arka mungkin juga lagi cari wanita yang tepat buat dia. Ayo, kita berangkat. Papa juga ada pertemuan penting sama tuan Deon.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Future or Past
Художественная прозаStart 04 July 2021 Sekali lagi Arka menatap rumah yang tidak terlalu besar itu. Rumah bercat putih yang sudah terlihat usang. Sudah ditumbuhi banyak lumut dan tumbuhan yang menjalar disekujur tembok. Arka menggusar rambutnya secara kasar. "ARGHH..."...