*****
Sebenarnya Arka bisa saja menentukan pilihannya pada foto cewek-cewek itu. Tapi karena ibunya terus menuntut untuk dibawakan calon menantu, makanya Ia membawa foto-foto itu pada Saskia. Tapi yang Ia dapatkan malah pengabaian. Ia bingung apa yang Saskia inginkan.
Lagipula, selama ini banyak yang ingin sekali menjadi istri Arka. Sebagian karyawan perempuan di perusahaannya bahkan berlomba-lomba untuk memperbaiki penampilan mereka ketika sudah berada di depan Arka atau di dalam ruangan Arka— bos mereka.
Arka Emileo Barata
Sosok laki-laki yang sudah famous semenjak Ia kecil. Wajahnya yang tampan membuatnya banyak disukai oleh wanita di luar sana. Postur tubuhnya yang matang serta karirnya yang melambung tinggi membuatnya selalu menjadi pusat perhatian. Namun, dibalik itu semua, Arka hanyalah manusia biasa pada dasarnya yang tentunya memiliki banyak kekurangan. Menjadi Arka tidaklah mudah. Ia dituntut untuk mengelola perusahaan, dituntut untuk menjadi laki-laki yang kuat, dan sekarang dituntut untuk segera menikah.
Sebenarnya banyak perempuan yang terang-terangan menebar pesona di depan Arka, bahkan tak jarang mereka memakai baju yang akan memperlihatkan belahan dada mereka. Apakah mereka pikir Arka akan tertarik meskipun pemandangan itu juga menarik? Tapi Arka tidak terlalu tergiur. Karena Ia sudah biasa melihat perempuan sexy saat Ia sekolah di luar negeri yang lebih dari penampilan mereka.
Namun, pada akhirnya harapan para perempuan yang menggoda Arka itu akan langsung sirna dengan sikap Arka yang terlalu dingin, datar, bahkan nyaris tak menatap mereka sama sekali.
Arka mengambil sebuah foto dari dalam dompetnya. Menatap dalam wanita itu. Sikapnya yang keras dan dingin langsung melunak saat melihat foto kedua yang menampilkan senyum wanita tersebut.
“Kapan kamu kembali?” Gumamnya kemudian dengan cepat memasukkan foto itu ke dalam dompetnya setelah mendengar pintu ruangannya diketuk.
Arka langsung merubah ekpresi wajahnya. Tajam, dingin, datar. Ya, begitulah Arka.
“Masuk.” Ucapnya dingin.
Ternyata Rendy, laki-laki itu menghampiri bos sekaligus sahabatnya, Arka.
Arka menunggu Rendy untuk mengatakan sesuatu. “Pertemuan dengan tuan Diesel sekitar lima belas menit lagi,” ucapnya formal.
Kemudian tanpa disuruh, Rendy duduk di depan Arka. Ia menatap sahabatnya itu bingung, “Kenapa lo? Terus gimana foto cewek kemarin yang gue kasi? Udah dipilih sama tante Saskia belum?” Tanya Rendy yang sekarang sudah berubah menjadi nada persahabatan.
Arka melirik Rendy kemudian menggeleng, “Mama bilang nggak usah pusing-pusing cari calon.” Rendy yang tadinya akan menyambar kopi yang berada di atas meja Arka langsung mengurungkan niatnya.
“Kok tumben? Biasanya hampir tiap hari tante Saskia tagihin lo.”
Arka menghedikkan bahunya. Entahlah, Ia juga tidak tahu. Arka pikir ada yang tidak beres. Tidak mungkin ibunya yang setiap hari menagih calon menantu, tiba-tiba memintanya untuk tidak pusing-pusing memikirkan itu semua.
“Tapi lo harus bersyukur sih. Karena lo nggak dituntut lagi sama tante Saskia. Tapi lagi nih, lo juga harus cari, Ka. Biar ada yang isi hati lo, kan sayang kalau lo jomblo terus.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Future or Past
Ficción GeneralStart 04 July 2021 Sekali lagi Arka menatap rumah yang tidak terlalu besar itu. Rumah bercat putih yang sudah terlihat usang. Sudah ditumbuhi banyak lumut dan tumbuhan yang menjalar disekujur tembok. Arka menggusar rambutnya secara kasar. "ARGHH..."...