Part 3 - Seandainya Bisa

5 2 0
                                    

Holahopppp

Cemungut!!!

****

“Makan yuk, Ka. Gue laper nih,”

“Hm.” Jawab Arka kemudian bangkit dari kursi kebesarannya. Rendy yang melihat reaksi Arka pun bersorak 'ria.

Di tengah-tengah perjalanan, ponsel Arka berdering. Ia berdecak kesal saat ada orang yang mengganggunya saat sedang berkendara. Setelah melihat nama yang tertera, Ia langsung menggeser tombol hijau.

“Hm.” Sapanya, Rendy yang melihat pemandangan itu hanya menggelengkan kepalanya. Heran dengan sahabatnya ini. Tidak kenal tempat, tetap saja bersikap dingin dan irit bicara.

“Gue bakal balik seminggu lagi.” Ucap seorang di seberang sana. Arka terdiam sejenak.

“Hm, oke.”

tit tit

Sambungan terputus, tentu saja Arka yang memutusnya lebih dulu. Rendy yang memahami suasana di dalam mobil memilih untuk diam dan mengurungkan niatnya untuk bertanya perihal yang menelpon itu. Arka kalau sudah dalam mood seperti ini, sudah tidak berani untuk Ia ganggu.

“Loh, Ka. Ini kan rumah, lo?” Tanya Rendy terkejut saat Arka bukan membawanya restoran, melainkan ke rumah.

Arka menoleh sebentar kemudian melepaskan seatbelt nya, “Udah lama nggak pulang.” Jawabnya kemudian keluar dari dalam mobil diikuti oleh Rendy juga.

Nggak apa-apa deh, sekalian ketemu tante Saskia. Udah lama nggak ketemu juga. Batin Rendy.

Arka mendapati ibunya yang sedang berkutik di dapur. Kebetulan sekali, perut Rendy sangat lapar dan sudah merengek dari tadi.

“Halo, tante Saskia.” Saskia menoleh begitu dipanggil oleh Rendy. Matanya berbinar saat melihat putranya sudah pulang.

“Eh, nak Rendy. Apa kabar, kamu? Udah lama nggak main kesini,” ujar Saskia kemudian mengambil piring untuk menyalin masakannya.

Rendy menyengir, “Hehe iya, tante. Rendy sibuk, makanya udah nggak pernah mampir.”

Sedangkan Arka, Ia melonggarkan dasinya lalu mengambil tempat duduk di meja makan. Sama halnya dengan Rendy, Arka juga sudah lapar. Saskia mengantarkan masakan yang Ia masak tadi dan menaruhnya di atas meja makan.

“Kebetulan banget, Mama masakin ayam kecap sama rendang buat kalian. Ayo duduk, Ren.” Saskia dengan senyuman tulusnya mengajak Rendy. Tentu saja Rendy tidak akan menolak. Ayam kecap dan rendang buatan ibunya Arka memang menjadi favoritenya dari dulu.

“Makasih, tante.” Saskia terkekeh kemudian kembali ke dapur.

“Mmm.. rendang tante emang nggak ada tandingannya!” Puji Rendy membuat Saskia terkekeh dari dapur.

“Makan yang banyak kalau gitu, Ren!” Sahut Saskia sedikit berteriak. Sedangkan Rendy mengangguk antusias. Matanya menatap Arka yang diam saja.

“Woy! Diam-diam aja,” Arka mendelik tajam, “Diem!” Jawabnya membuat Rendy meneguk saliva.

Galak bener si bos. Gumamnya dalam hati.

“Gimana kabar Mama sama Papa kamu, Rendy?” Tanya Saskia yang baru muncul dari dapur.

Rendy mendongak, “Baik-baik aja, tante. Tapi Rendy belum pernah pulang selama tiga bulan ini, karena sibuk tante.”

Saskia mengangguk mengerti, Rendy itu anak yang terbilang jauh dari orang tuanya. Bukan jauh dalam artian tidak saling bersapa 'ria, tapi dari kecil Rendy tinggal di rumah neneknya di kota ini.

“Tante ngerti sih, kan orang tua kamu jauh dari kota ini, jadi wajar lah. Bukan kayak Arka, seminggu ini nggak pulang-pulang.” Sindir Saskia sambil melirik Arka yang sudah selesai makan.

“Sibuk, Ma.” Gumamnya menyahuti ibunya.

“Kalau aja kamu sibuk cari calon istri, Mama bahkan nggak bakal kasi kamu pulang setahun. Tapi ini pekerjaan, jadi tentu aja Mama khawatir. Kamu kan nggak punya pacar! Kalau kamu sakit, siapa yang rawat kamu di apartemen itu.” Saskia menekan nadanya saat membahas pasangan.

Rendy hampir saja menyeburkan air yang Ia minum. Merasa lucu dengan perkataan tante Saskia. Ia melirik Arka dengan tatapan tak bisa menahan tawa.

“Ketawa aja, Ren. Bulu hidung kamu bergetar,” Rendy langsung tertawa begitu mendengar izin dari Saskia. Sungguh tidak bisa disangkal, perkataan Saskia mejadi lawakan baginya.

Tawanya langsung berhenti saat melihat raut wajah tajam Arka. “Kok dibahas lagi sih, Ma? Katanya nggak usah pusing-pusing mikirin calon istri.” Keluh Arka menatap ibunya.

“Iya, Mama nggak lupa kok. Tapi Mama cuma mau buat kamu sadar aja. Kamu harus bisa lepas dari masa lalu kamu!”

Setelah itu, Saskia melenggang pergi. Sedangkan Arka hanya menghela nafas lelah. Ia juga sedang berusaha mencari pengganti. Tapi tidak ada yang menarik satupun dimatanya. Lagi pula, Saskia sendiri yang mengatakan kalau Ia harus fokus pada pekerjaan.

*****

Tok tok

Arka mengalihkan perhatiannya dari foto yang sempat Ia tatap dalam-dalam tadi, “Masuk.” Ucapnya setelah menyimpan foto itu di bawah bantalnya.

Ternyata Saskia. Wanita itu masuk dan menghampiri Arka. Ia duduk di tepi ranjang, “Kamu kenapa?” Tanya Saskia sembari mengusap punggung Arka.

Laki-laki itu menggeleng, “Nggak ada kok, Ma.” Jawabnya.

Saskia tersenyum, “Mama tau, kamu masih mikirin Aluna. Tapi, ada baiknya kamu lupain dan bangkit, sayang.” Saskia memberi tatapan hangat yang bisa meluluhkan hati Arka.

Laki-laki itu menghela nafas berat, “Seandainya bisa, Arka udah lupain dari dulu dan nggak akan terjebak terus seperti ini, Ma.” Arka berucap dengan pandangan yang sulit diartikan.

Saskia kembali memberi usapan lembut pada punggung Arka. Ia tidak ingin membahas ini lebih lanjut, takut Arka akan merasa sedih.

“Oh iya, kamu besok sibuk nggak?”

Arka terdiam memikirkan, apakah ada jadwal yang sibuk besok. “Kayaknya nggak terlalu, cuma ada meeting sama para karyawan soal cuti.”

“Cuti?” Tanya Saskia yang diangguki oleh Arka.

“Lama?”

“Cuma satu minggu, kasian mereka belum cuti. Biar Arka bisa istirahat juga,” jawabnya.

Saskia bersorak 'ria dalam hatinya. Ia sangat gembira. Ia berterimakasih kepada Tuhan karena mempermudah jalannya untuk menikahkan putra sulungnya.

Dengan sumringah Saskia bangkit dan menepuk pundak putranya, “Ya udah. Beneran ya, jangan lama pulang besok.” Ujar Saskia mewanti-wanti.

“Iya, Ma. Iyaaa,” Saskia terkekeh kemudian mengecup kening putranya.

“Mama sayang deh sama kamu, Ka.”

Setelah itu, Saskia melenggang pergi menyisakan Arka dengan kebingungan. Setan apa yang merasuki ibunya? Tiba-tiba bersikap manis seperti itu. Apalagi ibunya yang jarang mengucapkan kata ‘Mama sayang sama kamu’. Itu terasa canggung bagi Arka. Tapi mengingat itu membuatnya terkekeh dan memegang keningnya.

“Arka juga sayang Mama,” balasnya tapi dengan gumaman.

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Future or PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang