Vote dulu bro
udah belom? tampol ni
.
.
oke lanjut!***
'Kamu adalah ganjil yang ku genapkan.
Teka-teki yang aku lengkapkan dan ketidak mungkinan yang selalu ku semogakan'.***
"Uhuk uhuk"
Reinal tersedak air dalam botol minumnya kala Kirana tiba-tiba keluar dari kamar mandi dengan menggunakan celana pendek di atas lutut dan kaos hitam yang sedikit mengetat di badannya, membuat paha mulusnya itu terpampang jelas.
Serius, tiga minggu lebih dia menjadi roommate Kirana dan masih belum terbiasa dengan kebiasaannya yang satu ini. Selalu mengejutkan, walau harus diakui cukup 'menyenangkan'.
Tetapi tetap saja membuatnya jangtungan!
Untung ga khilaf!"Ekhem" Dehem Reinal sembari mengusap mengusap sisa air dari bibirnya. Pemuda tampan itu berpaling, mengatur debaran jantungnya dengan wajah yang memerah. Sedangkan Kirana hanya melengos tak perduli menuju ranjangnya.
Andaikan si cantik itu tahu jika jiwa Reinal sedang ketar-ketir karena ulahnya. Bohong namanya jika Reinal tidak tertarik dengan tubuh Kirana yang bisa di bilang.. em cukup 'wow?'.
Bro!, Reinal masih pemuda biasa yang memiliki hormon normal selayaknya seorang laki-laki. Jadi cukup normal bukan jika ia kadang ingin menggenggam tangan mungil Kirana , terlebih Kirana adalah orang yang dia suka.
Kadang Reinal juga ingin merengkuh erat tubuh kecilnya, memberikan rasa aman dan nyaman dalam pelukan hangatnya atau mengelus surai hitamnya, mengulurkan segala rasa kagum juga cintanya. Dan mencium lembut pucuk kepalanya, memberitahu betapa berharganya Kirana dalam hidupnya lalu berlanjut dengan ciuman yang berpindah pada bibir marunny- Plakk.
Reinal tampar pipinya sendiri kala otaknya hampir berkelana traveling kemana-mana. Sialan, apa yang dia pikirkan!.
Reinal menggeleng cepat, menghilangkan segala pikiran aneh lalu melirik Kirana dengan ekor matanya. Menghela nafas lega melihat Kirana yang kini tengah sibuk membungkus dirinya kedalam selimut.
Segaris senyum terukir di bibir tipisnya. Betapa sangat ia cinta gadis di depannya ini, bahkan ia rela wajah tampannya selalu di todong pisau yang kapanpun dapat melukainya. Ah, sepertinya dia memang sudah gila.
Tapi tak apa jadi gila untuk Kirana, Reinal rela.
Seperti menjelaskan sebuah definisi bucin akut.Sejak malam itu, Kirana secara perlahan menerima keberadaan Reinal. Bahkan si cantik itu selalu berbicara dengannya, yaaa walau ucapan singkat. Tapi Reinal senang, jadi mari berjalan perlahan tapi pasti.
Reinal meraih gitar kesayangannya, beberapa kali memposisikan dengan nyaman untuk menghindari nyeri dibahunya yang masih sedikit terasa. Ia petik senarnya, memainkan beberapa melodi sembari bergumam, melanturkan syair yang belum terbentuk.
Kirana menoleh, mendengar alunan lagu yang cukup asing di telinganya. Kedua matanya melihat Reinal dengan binar penasaran.
"Itu lagu band lo?"
"Hm?" Reinal berpaling lalu tersenyum pada kirana. "iyaa, ini lagu yang gua ciptain, tapi..belum jadi hehe" Jelasnya diiringi tawa kecil.
"Mau denger?"
Kirana mengangguk kecil dan marapatkan selimutnya, membuatnya terlihat seperti kepompong dengan kepala yang mengembul. Sangat lucu di mata Reinal.
Reinal mengambil nafas dan sedikit menunduk, mulai memainkan gitarnya.Mengalunkan melodi yang indah namun tarasa begitu hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PAST!
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA<3!! ] . . . Tentang 'si cantik' di sebrang jalan yang mampu membuat hati seorang pria berdetak lebih dari biasanya. Reinal Alvaro Pranadipa, seorang remaja yang cukup berbakat dalam hal musik dan ya,dia bisa dibilang tampan muk...