005

9 6 1
                                    

Pak Beni memasuki kelas XII IPA 1. Ia berdiri di hadapan siswa dan siswi di kelas itu. Pagi ini nampak cerah, seperti wajah Raga yang berseri-seri di pagi hari ini. Ini adalah hari kamis.

"Bapak salah kelas ya?" tanya Noval.

Ya memang hari ini mereka tidak ada jam sejarah. Tetapi guru ini adalah wali kelas mereka, entah apa maksud Noval bertanya seperti itu.

"Tidak, Noval." jawab pak Beni. "Senin akan ada pentas drama antar kelas, pastikan kelas kita menang."

"Kelas kita mendapat drama yang berjudul, 'PUTRI SALJU DAN TUJUH KURCACI'." terang guru berkepala botak itu.

"Raga sudah memberi tahu kalian kan?" tanya nya.

Seisi kelas menggeleng kuat. Tentu saja Raga lupa akan memberitahu mereka, emang dasar Raga. Raga cengengesan saja di tempatnya. Jadi, pertemuan Raga kemarin di ruang Osis bersama pak Beni adalah untuk mengintrupsi berjalannya acara ini. Tapi kalian ketahui bahwa Raga tidak seniat itu untuk melakukannya.

"Yasudah, Raga kamu tentukan peran masing-masing dan jangan lupa untuk memastikan acara ini lancar bersama anggota Osis lainnya." ujar pak Beni dan berlalu pergi meninggalkan kelas.

"Siap laksanakan!" sahut Raga dengan tangan kanan hormat dan tangan kiri berselempang di dada kanan nya.

Kelas gaduh, siswa dan siswi sibuk membicarakan tokoh masing-masing yang cocok untuk mereka.

Raga berdiri dari kursinya. Ia berjalan dan berhenti di depan meja guru. Kini dirinya manjadi pusat perhatian kelas. Raga hendak menggebrak meja tapi suara Aza telah mendahului nya seperti sudah hapal dengan kelakuan Raga.

"Gak ada yang kangen lo." maki Aza ketus.

Kelas kembali gaduh menertawakan tingkah Aza barusan. Raga menatapnya lesu, membuang nafasnya kasar.

"Sesuai tema drama kita, gue yang akan menentukan tokoh masing-masing." ujar Raga bersuara menghentikan tawa mereka. "Gue sebagai Pangeran karena hal itu memang pantas buat gue,"

Semua orang bersorak. "HUUU!"

"Dan Putri Salju nya adalah–" jeda Raga yang membuat mereka semua penasaran. Raga menatap satu persatu wajah teman sekelasnya, ia berhenti tepat pada satu wanita yang menurutnya cocok untuk mendampinginya.

"Lolipop." sambung Raga.

Semua pasang mata menatap anak baru itu. Terjadi pro dan kontra dalam pilihan Raga ini. Ya hal itu biasa untuk mengemukakan pendapat masing-masing. Tetapi kali ini mereka suka ataupun tidak, mau ataupun tidak, mereka harus menjalankannya.

"Ketujuh kurcaci itu tak lain dan tak bukan adalah Lili, Vani, Aza, Tompel—"

"Novel!" ralat mereka membenarkan ucapan Raga.

"Sorry," Raga cengengesan ia sengaja. "Rangga, dan dua D."

Dua 'D' adalah Disa dan Dewi. Di kelas ini hanya ada dua pasang yang berinisial D dan juga selalu berdua kemana-mana. Jadi mereka menyebutnya sebagai dua D.

Lili mengangkat tangan ingin mengemukakan pendapatnya. Raga mengangguk tanda mempersilahkan Lili untuk bersuara.

"Bukannya dalam cerita Putri Salju dan tujuh kurcaci itu, kurcacinya cowok semua?" tanya Lili.

Raga tampak berpikir mengingat-ingat tokoh sesungguhnya dalam cerita tersebut. Perkataan Lili benar. Tapi Raga tidak mau mengikutinya.

"Suka-suka gue!" sahut Raga angkuh. "Gue Ketua Osis dan ketua kelas disini." lanjutnya.

RAGA! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang