015

16 2 0
                                    

Lili memegang knop pintu hendak membuka pintu toilet tersebut, tapi niatnya ia urungkan karena mendengar suara yang begitu familiar sedang berbincang di luar sana.

"Jangan cengeng!" ujar Raga.

Raga bersender di pintu utama toilet dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku. Ia memandang gadis dengan rambut sebahu yang sedang menatap pantulan cermin dirinya.

"Raga,"

Lola membalikan tubuhnya menatap Raga yang melihatnya menangis. Buru-buru Lola menghapus air matanya. Untuk Lola menangis di lihat orang asing, rasanya terlihat seperti orang lemah dan Lola benci itu.

"Lo ngapain disini? ini toilet perempuan!" Lola tak habis pikir dengan lelaki ini.

"Gue ketos berhak buat ngelakuin apa aja dan kemana aja." kebiasaan Raga selalu mengunggkit jabatannya.

"Ini gak ada hubungannya dengan jabatan, tapi ini privasi!" Lola jadi tersulut emosi dengan lelaki di hadapannya ini. Sepertinya bertemu dengan Raga adalah kesialan nya.

"Who cares?" Raga mengangkat satu alisnya. Lola terdiam.

Raga berjalan mendekati Lola. Ia membalikan tubuh Lola kembali menghadap cermin di depan nya dengan Raga yang seperti merangkul tubuh Lola dari belakang.

"Senyum." perintah Raga yang di ikuti Lola, gadis itu hanya nurut saja.

"Jangan pernah nangis lagi di belakang ataupun di depan gue, lo mirip mimi peri kalau nangis. Jelek banget!" Raga tersenyum lebar begitu juga dengan Lola yang tersipu.

"Jahat banget mulut lo!" sahut Lola.

"Janji jangan cengeng lagi?" Raga menunjukkan jari kelingking nya di hadapan Lola.

Lola menautkan jari kelingkingnya dengan Raga sambil tersenyum. "Janji!"

Raga mengacak-ngacak puncak kepala Lola gemas. Tanpa keduanya sadari mereka kini mulai dekat satu sama lain. Mulai dari hal-hal kecil, yang membuat keduanya mungkin akan semakin dekat.

Suara pintu salah satu toilet itu terbuka. Menampakan Lili yang tersenyum kepada keduanya. Sedangkan Raga dan Lola kaget bukan main, masalahnya sudah berapa lama Lili di dalam sana?

"Gue numpang lewat ya," Lili berjalan melewati Raga dan juga Lola.

Tapi sebelum itu tangan kanan Lili di cekal oleh Lola. Ia menatap Lili dengan mengintimidasi.

"Udah berapa lama lo disana?" pertanyaan Lola seperti tidak suka dengan keberadaan Lili.

"Sebelum lo nangis." sahut Lili santai.

Lola hendak melontarkan pertanyaan nya kembali, tetapi sebelum mengeluarkan suara Lili telah mendahuluinya.

"Santai gue gak dengar apa-apa," Lili melepaskan cekalan tangan dari Lola.

Ia berjalan keluar toilet meninggalkan kedua insan di dalam sana yang kini saling pandang satu sama lain.

Lili berjalan santai di koridor menuju kelasnya. Masih ada catatan yang belun ia kerjakan dan akan segera di kumpul setelah istirahat nanti.

"Eh,"

Tangan Lili di tarik oleh Noval untuk mengikuti dirinya dengan Aza. Noval itu tidak banyak bicara tapi banyak bertindak. Ia malas bertele-tele dalam menangani sesuatu, jika secepatnya selesai bukan kah lebih baik? itu salah satu moto dari seorang Noval Alrazaak.

Aza juga sampai hari ini belum bisa move on dari Gladys. Lihatlah dirinya sekarang, lebih banyak diam dan murung tidak seceria hari-hari kemarin. Karena perubahan sikap Aza yang secara tiba-tiba itu juga membuat kelas jadi sepi, tidak ada lagi badut kelas XII IPA 1.

RAGA! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang