012

5 3 2
                                    

"Aman!" ujar Raga mengintruksi Lili.

Lili mengacungkan jempolnya karena sudah berhasil mengambil absen seluruh kelas. Mereka kini sedang berada di loker tempat para guru menyimpan data para siswa dan siswi serta nilai hasil ulangan harian.

Ini ide dari Raga. Raga menyelusup maling kunci loker dari ruang guru tadi. Sementara Lili sekarang menjadi korban kambing hitam lelaki itu. Bodoh nya Lili rela membantu Raga cuma-cuma begitu saja.

"Udah ayo pergi!" ajak Raga menarik tangan Lili.

Mereka berlari meninggalkan loker yang belum sempat terkunci. Suara sepatu Satpam tadi membuat keduanya panik bukan main. Semoga saja Satpam itu tidak melihat keadaan loker yang berantakan.

"C—cukup." titah Lili terbata. Ia membungkukan tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu pada lutut kaki.

Lelah berlari sepanjang koridor sampai pada ruangan Osis. Raga menatap remeh Lili, gadis itu mudah sekali lelah jika berlari. Raga membuka pintu ruang Osis. Raga mendorong tubuh Lili agar segera masuk ke dalam ruangan, karena bunyi sepatu dari arah belakang datang menuju tempat mereka. Mungkin saja itu pak Satpam yang tadi kan?

"Berhasil dong!" bangga Raga dengan ulah mencurinya.

Pintu ruangan Osis itu sudah dikunci. Tenang saja, ruangan ini kedap suara dengan kaca hitam tebal di pintu ruangan. Jadi tidak akan ada yang mengetahui keberadaan mereka di dalam sana.

"Buru tulis," ujar Lili.

Ini sudah pukul 21.00 WIB. Tapi sekolah Semantua tidak begitu menyeramkan, karena begitu banyak lampu di setiap sudutnya. Kecuali gudang belakang sekolah, hanya ada satu lampu juga redup sekali.

Raga duduk di bangkunya. Di hadapan lelaki itu sudah ada Laptop dan buku BK. Raga baru akan menyelesaikan tugas yang di berikan buk Winda, besok sudah harus dikumpulkan. Dengan Lili yang senantiasa berada di samping lelaki itu.

"Levi Agista IPS 2." ujar Lili mendekte dan Raga yang menulis nya.

Lili menguap beberapa kali. Kantuknya menyerang begitu saja, lagi pula ini sudah malam wajar kalau Lili sangat mengantuk. Gadis itu tidak terbiasa begadang, lain halnya dengan Raga yang selalu begadang hanya untuk menyelesaikan game nya.

"Lo lanjutin deh, gue ngantuk banget!" ujar Lili di sela kantuknya.

Lili menaruh kepalanya di atas meja. Matanya terpejam sempurna, dengan kedua tangan yang gadis itu satukan sebagai bantal.

Raga tersenyum menatap Lili yang begitu tenang dalam tidurnya. Raga memindahkan Laptop nya di meja sofa begitu juga dengan buku BK. Raga mengangkat tubuh Lili ala bridal style menidurkan gadis itu di pangkuannya. Tak lupa juga Raga menaruh jaket yang ia kenakan sebagai selimut untuk gadis itu. Paha Raga sebagai bantal gadis itu. Dirasa Lili sudah nyaman dengan posisinya, Raga melanjutkan aktivitas nya mencatat nama-nama siswa dan siswi nakal dalam daftar buku hitam BK.

Satu jam sudah berlalu. Raga barusaja menyelesaikan tugasnya. Akhirnya kelar juga.

Raga merentangkan jari-jari tangannya yang pegal akibat menulis. Posisi duduknya juga tidak berubah selama satu jam ini, belum lagi ia takut mengganggu tidur gadisnya. Raga menatap wajah Lili dengan lekat. Tanpa dirinya sadari ia tersenyum simpul.

"Lo cantik Li, mirip banget sama Almarhumah tante Lila." gumam Raga. Ia menyelipkan rambut-rambut Lili yang menutupi wajah gadis itu ke belakang telinga.

Ngomong-ngomong tentang 'Almarhumah Lila' ia adalah ibu kandung Lili Aldista. Ibu nya meninggal tepat saat Lili berusia 11 tahun, dan Raga yang di kala itu menyaksikan detik-detik kepergian sang ibu mendapat amanat dari Lila untuk menjaga Lili sampai besar. Makanya Raga selalu berada di samping gadis itu dalam keadaan apa pun. Dan soal Papah nya Lili? ah sudahlah dia lebih memilih pekerjaannya dibandingkan dengan Lili, anaknya.

RAGA! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang