006

8 6 1
                                    

"Heh Ragasum!" Lili turun dari sepeda motor miliknya. Ia meletakkan helm di spions motor.

Lili berjalan mendekati Raga yang sedang tengkurap bersama si kembar. Di belakang Lili ada Lola yang membuntuti gadis itu. Lili berkacak pinggang.

"Lo mau buat anak orang kesasar hah?!" tanya Lili tak santai.

"Wa'alaikumusalam." sahut Raga.

Lili cengengesan mendengar sindiran halus dari Raga. Raga mengubah posisi menjadi duduk. Lelaki ini hanya menggunakan celana gunung berwarna hitam selutut dan kaos oblong berwarna hitam juga.

"Kenapa lo ninggalin gue pulang sekolah tadi?" tanya Lola.

"Oh iya! gue lupa anjir!" jawab Raga yang memang benar.

Seharian Raga sibuk dengan kegiatan Osisnya untuk mempersiapkan acara minggu depan. Dan dirinya lupa jika sudah berjanji untuk membawa Lola pulang bersamanya. Ya, hari ini mereka kumpul untuk berlatih.

Lola menatapnya sebal. Ia duduk di sebelah Lili. Ia menatap adik kembar Raga yang sangat lucu itu, ia mendekati adik Raga yang berjenia kelamin perempuan. Mengajaknya bermain bersama dengan Lili juga.

Tak lama datanglah dua motor besar milik Noval dan Aza. Dengan Aza yang membonceng Dewi dan Noval yang membonceng Rangga. Sisanya dua mahluk lagi yang belum sampai.

Hilda keluar menuju teras rumah. Ia melihat teman-teman sekelas Raga beserta Lili juga, gadis yang ia kenal. Hilda mendekati Raga, "mau ngapain?" tanya nya.

"Latihan drama bun," sahut Raga yang mendapat anggukan dari Hilda.

Hilda beralih mendekati si kembar, ia berniat mengambil anaknya itu supaya si sulung dan teman-temannya tidak di ganggu nantinya.

"Eh Lili lama bunda gak lihat!" sapa Hilda pada Lili yang tengah menggendong Chio.

"Iyaa bun sibuk hehe," Lili menyalami tangan Hilda.

"Loh ini siapa namanya? bunda kok gak pernah lihat," ujar Hilda yang menyapa Lola.

Setiap teman sekelasnya Raga, Hilda pasti mengetahui mereka. Entah karena dirinya sering bertemu di sekolah ataupun Raga yang menceritakan kisah mereka.

"Lola tante." jawab Lola sopan, ia menurunkan Chia dari pangkuannya dan memberikan kepada Hilda.

Hilda mengambil alih Chia. "Panggil bunda aja,"

"Eh iyaa bunda," Lola jadi canggung.

Wanita di hadapannya ini begitu ramah dan baik, bertolak belakang dengan Raga. Jangan-jangan Raga bukan anaknya, ups. Lola segera membuang pikiran buruknya tentang Raga dan keluarga itu. Tidak baik menerka-nerka seperti itu.

"Yaudah bunda mau buat air dulu, A'a jaga si kembar dulu ya!" pesan Hilda kepada Raga.

"Siap laksanakan!" sahut Raga dan membawa si kembar pada pangkuannya.

"Ichi Ocha lo gak boleh nakal selagi ada teman-teman gue." peringat Raga kepada adiknya itu.

Si kembar hanya tertawa menyahuti perkataan Raga. Entah mengerti atau tidak yang mereka tahu hanya tertawa dan menangis.

"Namanya Ichi Ocha?" tanya Aza kepo. Menurutnya epic sekali nama yang di berikan kepada adiknya itu.

"Bukan!" jawab Lili nimbrung, "Raga emang suka ganti nama orang."

"Namanya Chia dan Chio," sambung Raga membenarkan ucapannya barusan.

Vani datang dengan sepeda motor miliknya. Dibelakang wanita itu ada Disa yang membawa sakantung kresek putih berisi cemilan. Ini adalah ide Vani supaya tida di marahi karena terlambat datang.

RAGA! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang