1

22 5 0
                                    

Untuk memperlancar gosip agar tetap beredar. Mulai hari ini dan seterusnya hingga tiga puluh hari ke depan Malvin dan Lisa akan berangkat sekolah bersama. Perjalanan mereka hanya diisi oleh pertengkaran saling menyalahkan satu sama lain atas apa yang terjadi. Hingga mobil milik Malvin tiba di parkiran sekolah baru lah mereka diam.

Lisa segera membuka pintu mobil, setelah keluar ia menutupnya dengan kasar. Di dalam mobil Malvin mengeluarkan sumpah serampah untuknya sebelum ikut menyusul langkah Lisa. Mereka sudah biasa menjadi pusat perhatian, namun kali ini rasanya berbeda seakan setiap gerak-gerik mereka berdua selalu diperhatikan dengan seksama, tatapan penuh tanya banyak terpancar di mata orang-orang.

Lisa menunduk sedikit malu, orang-orang pasti berpikir macam-macam soal mengapa ia bisa berada di tempat malam seperti foto itu. "Gue biasa jadi pusat perhatian, tapi kali ini gue gak suka," dumel Lisa.

Malvin menatapnya sekilas. "Lo pikir gue suka? Gara-gara Lo kita jadi kayak gini," kata Malvin.

Lisa mendelik kecil merasa tak terima dilimpahkan kesalahan. "Enak aja nyalahin gue. Kalau Lo malam itu gak dateng ke sana, ini semua juga gak akan terjadi," ucap Lisa dengan menggebu-gebu sangat kesal.

"Kalau gue gak dateng, Lo pulang jalan kaki," balas Malvin sinis. "Lagian Lo juga mau-maunya diajak Shela labrak cowoknya selingkuh di diskotek," lanjutnya.

Lisa mencebik. "Ya kan, kasian kalau dia sendirian," ucapnya mencari pembelaan.

Jadi yang sebenarnya terjadi adalah Lisa datang ke diskotek untuk menemani sahabatnya melabrak pacarnya yang sedang selingkuh. Mungkin karena terlalu kalut Shela sampai lupa kalau ia membawa teman hingga Lisa ditinggalkan begitu saja. Lalu tak lama Malvin dan teman-temannya datang. Saat melihat Lisa, Malvin langsung menyeretnya keluar. Beberapa kali bertabrakan dengan orang mabuk membuat Malvin refleks merangkul Lisa dan mungkin saat itu lah seseorang memotret mereka.

"Kalian beneran pacaran, ya?" Lisa melirik Malvin sekilas baru menyadari kehadiran Putri di depannya. Putri menatap mereka bergantian dengan pandangan tidak percaya.

Lisa berusaha tersenyum setulus mungkin. "Iya," jawabnya singkat.

Terlihat perubahan raut wajah Putri setelah mendengar jawaban Lisa, ia menjadi sedikit murung mungkin. Malvin yang menyadari itu segera menggandeng tangan Putri dan membawanya berjalan lebih dulu.

"Nanti aku jelasin," kata Malvin.

Lisa tertawa pelan melihat tangan mereka yang saling bertautan.

***

Setelah bel istirahat terdengar, Lisa membereskan bukunya dengan cepat ingin segera menemui Malvin di kelasnya. Ia bahkan menghiraukan teriakan Shela yang mengumpatinya karena ia tinggalkan, anggap saja impas dengan apa yang dilakukan Shela padanya meski nyatanya tidak sama sekali. Kelas Malvin terlihat sepi dari luar dan ternyata benar, di dalam kelas hanya ada dua orang yang sedang tertawa bersama. Lisa berdehem menghentikan tawa mereka. Dengan angkuh ia menatap Putri, mengusir lewat tatapan mata. Putri yang paham memilih beranjak pergi meski sedikit tak rela.

"Kenapa?" tanya Malvin dingin setelah Lisa mendudukkan diri di kursi sebelahnya.

"Pinjam buku sama pulpen." Malvin mengangkat alis bingung namun tetap memberikan apa yang Lisa minta.

Lisa menatap Malvin serius. "Ayo buat janji, biar gak bisa seenaknya," katanya. Malvin menatapnya datar. "Gue gak mau Lo seenaknya, jadi harus ada batasan," lanjut Lisa.

"Lo kali yang seenaknya," ujar Malvin.

Malvin menulis 30 days agreement di kertas kosong, di bawahnya tertulis perjanjian pertama dilarang jatuh cinta. Langsung saja Lisa menatap Malvin tajam, perjanjian apa itu.

"Siapa juga yang sudi jatuh cinta sama Lo," ucap Lisa. Giliran Lisa yang menulis isi perjanjian ke dua, dilarang selingkuh.

"Meski hubungan ini pura-pura, gue gak mau ada yang selingkuh," jelas Lisa.

Terserah Lisa, Malvin sedang malas untuk berdebat. Isi kepalanya hanya memikirkan Putri yang pasti sedang kecewa saat ini, meski Putri terlihat baik-baik saja di depannya.

Perjanjian ketiga ditulis oleh Malvin, dilarang menghubungi jika tidak penting.

"Perjanjian keempat, dengan atau tanpa kata putus setelah tiga puluh hari kita resmi putus," kata Lisa membaca perjanjian terakhir mereka.

Kemudian ia mengambil tangan kanan Malvin mencoret-coret ujung jempolnya dengan pulpen hingga menghitam lalu menempelkannya di atas kertas perjanjian yang telah mereka buat, ia juga melakukan hal yang sama dengan jempolnya.

30 days agreement, perjanjian yang mereka buat untuk tiga puluh hari ke depan yang berisi empat perjanjian di dalamnya, yaitu:
1. Dilarang jatuh cinta.
2. Dilarang berselingkuh.
3. Dilarang menghubungi jika tidak penting.
4. Dengan atau tanpa kata putus, setelah tiga puluh hari resmi putus.

Cap jempol di bawahnya menandakan mereka sama-sama telah setuju dengan perjanjian yang ada.

30 Days Agreement (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang