"Anak gadis jam segini baru bangun."
Malvin memperhatikan Lisa yang masih menggunakan baju baby doll dengan rambut khas orang bangun tidur tengah sibuk memasak.
Lisa menoleh pada Malvin memberi tatapan sinis miliknya. "Pagi-pagi udah bertamu," balasnya.
"Ngapain Lo ke sini?" tanya Lisa sambil memindahkan nasi goreng buatannya ke piring.
"Mau ngajak Lo jalan," jawab Malvin.
Lisa membawa nasi gorengnya ke meja makan, duduk berhadapan dengan Malvin.
"Wah, langsung hujan pasti habis ini," kata Lisa menyindir.
Malvin mengambil sendok, ikut memakan nasi goreng buatan Lisa.
Lisa mengetok punggung tangan Malvin dengan sendok. "Tangannya," ucap Lisa.
"Nyicip."
Malvin tersenyum geli membuat Lisa bergidik ngeri melihatnya.
"Kenapa, Lo?"
"Lo kan yang masak bekal nasi goreng waktu itu?" tanya Malvin yang sebenarnya tak butuh jawaban.
Lisa gelagapan mencari alasan. "Enggak, orang itu dari mama," katanya mengelak.
Malvin terkekeh. "Lo lupa? Pas kecil gue sering makan bekal nasi goreng buatan Tante Lusi, gue juga pernah rasain nasi goreng buatan Lo sebelumnya. Rasanya emang sama-sama enak, tapi beda," ujarnya.
Wajah Lisa memerah, antara malu karena ketahuan dan senang karena mendengar pujian tidak langsung Malvin soal masakannya.
"Lagian kenapa harus bohong sih?" tanya Malvin.
"Emang kalau gue jujur Lo mau nerima bekal itu? Waktu itu aja awalnya Lo nolak pas gue belum bilang dari mama," tanya Lisa balik.
Melihat Malvin yang terdiam membuat Lisa tersenyum kecut. "Gue ke atas dulu siap-siap," kata Lisa beranjak pergi tanpa menghabiskan sarapannya.
Malvin menatap punggung Lisa yang mulai menjauh. Ia menunduk, kembali mengingat pertanyaan Lisa tadi kemudian mengacak rambutnya frustasi karena tak mendapat jawaban atas pertanyaan Lisa.
***
Lisa menatap takjub sekitarnya. Beberapa orang terlihat sedang asik bermain sepatu roda, ada juga yang bermain skateboard, atau sekedar nongkrong bercanda ria. Lisa baru tahu ada tempat sekeren ini. Dinding dengan coretan-coretan grafiti menarik di beberapa tempat, lapangan skateboard yang juga bisa digunakan untuk bermain sepatu roda cukup luas, dan terdapat cafe dengan tema outdorr.
"Ke mana aja Lo baru nongol?" Malvin terkekeh bertos ria dengan beberapa orang di sana.
"Biasala," balas Malvin.
Malvin menarik kursi menyuruh Lisa duduk lewat tatapan mata. Sederhana, namun mendebarkan.
"Makasih," ucap Lisa tersenyum."Jadi bener soal berita kalian?" tanya cowok berambut pirang yang duduk di samping Malvin.
Malvin terkekeh tak memberi jawaban, namun juga tak membantah. Lisa juga tak berniat menjawab, memilih diam menyimak percakapan mereka.
"Wow, Malvin. Lama gak nongol," sapa seorang cowok yang terlihat baru datang.
"Sibuk gue, Bang," kata Malvin.
"Oh ini cewek yang viral bareng Lo?" tanyanya.
Malvin tertawa renyah kemudian mengambil tangan kanan Lisa untuk ia genggam.
"Kenalin, ini Lisa, cewek yang bikin followers gue nambah," ucap Malvin sambil tertawa membuat Lisa menatapnya kesal bercampur malu.
"Hai, salam kenal, gue Aran." Lisa membalas uluran tangan cowok itu.
"Oh iya, kita tadi juga belum kenalan, loh," ucap cowok yang pertama menyapa mereka tadi. "Gue Edgar," katanya memperkenalkan diri.
Lalu satu persatu orang yang berada di dekat mereka memperkenalkan diri. Lisa langsung terlihat akrab dengan mereka meski baru pertama kali bertemu, memang dasar ia anaknya friendly sih.
"Mau main?" tanya Malvin saat melihat Lisa terus memperhatikan orang-orang yang sedang bermain sepatu roda.
"Gue gak bisa," kata Lisa.
"Gue ajarin."
Malvin menghampiri seorang cowok yang baru saja selesai bermain sepatu roda. Tak lama Malvin kembali membawa sepatu roda di tangannya.
"Gue gak bisa," kata Lisa lagi.
"Nanti gue gandeng dulu, pelan-pelan," ucap Malvin meyakinkan.
Setelah memakai sepatu rodanya, Lisa terlihat kesusahan menyeimbangkan badan. Dengan sigap Malvin menggandeng tangan Lisa agar tidak terjatuh. Malvin berjalan mundur perlahan dengan Lisa yang melangkah maju sambil berpegangan dengan tangannya. Tak perlu waktu lama untuk Lisa bisa berdiri sendiri. Ia bahkan sudah asik bermain sendiri.
Malvin ikut berjalan di samping Lisa setelah ia memakai sepatu roda hasil meminjam juga. Ia tersenyum ke arah Lisa lalu mengambil tangan Lisa untuk berpegangan pada baju belakangnya.
Lisa tersenyum memegang baju Malvin lebih kuat sambil mengikuti langkahnya dari belakang. Mereka berjalan seperti kereta dengan menggunakan sepatu roda.
"Senang?" tanya Malvin.
"Banget. Makasih," kata Lisa sambil tersenyum. Malvin ikut tersenyum mendengarnya.
Lisa tak peduli tentang apa yang terjadi beberapa hari lalu atau tentang apa yang akan terjadi esok hari dengan hubungan mereka. Saat ini, Lisa hanya ingin menikmati kebahagiaan ini dengan Malvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days Agreement (END)
Teen FictionSebuah foto yang memperlihatkan dua orang sedang berpelukan di depan diskotek mendadak menjadi viral di berbagai sosial media. Sedangkan Malvin dan Lalisa sebagai orang yang dibicarakan justru memilih bungkam seperti membenarkan berita-berita yang b...