01 | Keluar

62 12 4
                                    

Now playing: Believer - Imagine Dragons

-o0o-

[BAGIAN NOL SATU]

"Maaf. Saya keluar, dan saya akan buktikan bahwa saya bisa memecahkannya karena saya bisa mengatakannya."

-o0o-

Pukul 04.30 WIB di kediaman keluarga Wiratmaja terasa begitu hening, sang istri sekaligus ibu rumah tangga, Gustas, merasa hal tersebut terlalu ganjil untuk suasana rumahnya. Dengan mantel yang menyelimuti badannya, ia berjalan keluar kamar menuju ke kamar putri angkatnya, Hiranika.

Padahal jika sudah jam setengah lima pagi pasti Hiranika tengah sibuk menyiapkan sarapan di dapur, kalau sesepi ini apa ia sakit?

Tangannya meraih daun pintu, lantas mendorongnya dengan kasar. Detik berikutnya suara dentuman terdengar amat nyaring, emosi yang semula Gustas rasakan menghilang bersamaan dengan suara dentuman yang makin membaur dengan udara.

Di sana Hiranika telah terbaring tanpa nyawa dengan kedua telinga yang hilang. Ada jeda lumayan lama sebelum otak Gustas mencerna semuanya lalu berteriak sejadinya. Sepasang kakinya lemas seketika, ia jatuh terduduk di ambang pintu. Air mata menetes begitu saja bersamaan dengan raungan yang membuat Hans terbangun dari tidurnya.

Hans berjalan menghampiri istrinya walau ia masih mengantuk. "Ada apa sih, ma, pagi-pagi buta udah ribut aja?"

Tangan kanan Hans mengucek sepasang matanya bergantian, berusaha mengusir kantuk yang masih bergelayut manja di bulu matanya.

Mulut Gustas ternganga, hanya bergerak patah-patah mengucapkan sepenggal kalimat yang berbunyi 'itu' , namun suaranya tertahan di tenggorokan, tak bisa keluar sedikit pun. Hans yang melihat tingkah istrinya mulai marah.

Kilatan emosi terpancar jelas di sepasang mata Hans, tangannya segera mencengkram bahu sang istri lantas mengangkatnya. Ia menatap istrinya penuh amarah, dengan memberi penekanan ia bertanya kembali, "ada apa?"

Namun hendak dipaksa berkali-kali pun tak bisa karena Gustas masih shock, akhirnya yang bisa ia lakukan hanyalah menggerakkan bola matanya ke arah Hiranika.

Kini bola mata Hans mengikuti arah yang ditunjuk oleh Gustas, rahangnya sontak jatuh bersamaan dengan sepasang mata yang kian membola. Napasnya tercekat di tenggorokan tak bisa didorong keluar, sedang tangan kanannya menutup mulutnya yang ternganga.

-o0o-

Kedua tangan Rasa sedari tadi sibuk membolak-balik berkas yang berisi latar belakang ketiga anggota keluarga Wiratmaja. Rasa mengacak-acak rambutnya, ia sedikit pusing karena hampir dari seluruh latar belakang yang dimiliki mereka, tiada alasan kuat yang dapat dijadikan motif pembunuhan. Mereka semua 'bersih', begitu pula dengan sang pembunuh yang tidak meninggalkan jejak, barang sidik jaripun di jasad Hiranika.

Rasa memutar kursinya agar dapat melihat pemandangan di luar jendela dengan harapan bisa meringankan beban pikirannya. Disandarkannya lah punggungnya, lalu sepasang matanya terpejam. Dengan posisi yang santai seperti itu, ia kembali mengingat latar belakang mereka. Jika diingat-ingat seperti ini, rasanya aneh juga jika mereka terlalu bersih. Ingat satu kalimat di film Anaconda? 'Hutan yang sepi justru berbahaya karena di sana pasti terdapat predator yang tengah mengintai'.

CrimesonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang