05 | Rumor

20 2 1
                                    

Now Playing: Centuries - Fall Out Boy

-o0o-

[BAGIAN NOL LIMA]
"Yakin ini cuma ulah satu orang, bukan sekumpulan?"

-o0o-

"Sombong banget dia." Rasa menatap sinis tulisan yang ada di tembok. Bagas yang tidak mengerti dengan situasi saat ini hanya melemparkan tatapan penuh tanya ke depan sana. Jantung Zio dan Kasa daritadi berpacu sangat cepat karena takut aksi mereka semalam diketahui oleh Pak Raksa, namun untungnya Bagas tidak paham sama sekali dengan apa yang tertulis di sana. Bagas memutar badannya, dia ingin mencari lidah Senja yang terpotong, kakinya mengayun ke setiap tempat, dan bola matanya bergulir mengamati tiap jengkal gang sempit itu. Namun ia tak kunjung mendapatkan apa yang ia cari.

Sedangkan Rasa, Zio, dan Kasa tengah sibuk berdiskusi mengenai kesamaan antara Senja dan Hiranika. Hasil akhir belum matang sepenuhnya yang mereka dapatkan adalah keduanya perempuan, ditemukan ukiran berbentuk matahari di keduanya, Senja di ususnya, dan Hiranika diukir di tempat yang berada dekat dengannya, selain itu sudah tidak ada lagi kesamaan. Rasa diam beberapa saat mencoba mencari tahu apalagi kesamaannya, membiarkan Kasa dan Zio berdebat mengenai semuanya. Lalu badan Rasa tersentak, punggungnya menegak, kedua kelopak mata dan bibirnya kompak terbuka lebar, ia menyadari satu hal lagi.

Dagunya bergerak ke atas, ia menengadah, sembari berpikir, jika tulisan yang ada di dinding itu berbunyi 'malam itu saya melihat kalian...' berarti ... Rasa segera berseru dengan nada lumayan kencang. Beruntung Bagas masih berada di kejauhan, mencari potongan lidah Senja bersama Haidan, dan tim yang lain pun tengah berada jauh dari mereka, jadi Rasa lumayan leluasa membahas kejadian semalam.

"Kenapa, sa?" Kasa memiringkan kepalanya, menatap Rasa dengan tatapan penuh tanya. "Inget kejadian semalem yang kamu aku banting?"

Raga Kasa dan Zio berasa terlempar ke malam di mana kejadian memalukan itu terjadi, lalu mereka mengangguk dengan kompak, kini giliran Zio yang bertanya "Emangnya kenapa sama semalem?"

Rasa memberi isyarat, menggerakkan tangannya dari arah luar dan masuk ke dalam secara berulang-ulang agar kedua rekannya itu lebih mendekat dan menciptakan ruang privasi khusus untuk ketiganya dalam membahas kejadian semalam. Setelah ketiganya sudah saling berdekatan, Rasa mulai membuka mulutnya. "Alasan aku ngebanting Kasa itu gara-gara aku lagi siaga dari pembunuhnya." Rasa berhenti menjelaskan kala Zio mengangkat tangannya.

"Maksudnya 'siaga dari pembunuhnya' apa, sa?"

"Kalian lihat tulisan itu?" Rasa bertanya sembari menunjuk dinding yang ada di hadapan mereka. Kini ketiganya agak terpecah dari formasi semula, menengok ke arah dinding itu, lalu kembali merapat sembari mengangguk. "Di sana ada sepenggal kata yang nunjukin kalau pembunuhnya ada sama kita, 'kan, semalem?"

Kasa dan Zio mengangguk kembali dengan ekspresi yang menunjukkan masih belum paham sepenuhnya. Lalu dengan kompak mereka menunjukkan bahasa tubuh seperti yang Rasa lakukan pertama kali saat menyadarinya. "JADI SEMALEM DIA SAMA KITA?!?!?!?" Kasa berteriak sangat keras hingga mencuri seluruh atensi orang-orang di sekitar mereka, Zio dan Rasa pun segera memelototi Kasa serta membungkam mulutnya menggunakan kedua tangan mereka sembari berdesis.

Haidan menyipit, lantas bertanya dengan nada yang serupa milik Kasa. "Ada apa?" Kedua tangan Haidan berada di kanan dan kiri mulutnya, bermaksud agar suara yang dihasilkan bisa kencang dan terdengar oleh Rasa, Kasa, dan Zio.

CrimesonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang