🏹 : : bayaran jadi tukang pos - thorn

459 62 7
                                    

(name) tak menyangka, bayaran buat dirinya yang menjadi tukang pos dadakan Solar Yaya ternyata membawanya pada seseorang. Rasanya sih, jodoh-kalau ini hanya pemikiran (name).


























Suasana taman belakang salah satu Sekolah Menengah Atas pulau rintis itu selalu sepi. Biasanya. Pasti lengang, jika bel belum memberi tanda kebolehan para warga sekolah untuk kembali pada istana ternyaman mereka. Lalu setelahnya beberapa siswa akan kemari buat melakukan kegiatan. Kerja kelompok, mungkin? Menyatakan perasaan, bisa jadi. Membantu tukang kebun, ada kok!

Waktu itu, masih siang. Jam dua siang, kalau (name) tak salah ingat. Ia diberi dispensasi karna keikutsertaannya atas OSIS, namun ia pergi membolos setelah rapat itu disudahi.

Pembelajaran Trigonometri. (name) sempat bermusuhan dengan materi itu saat kelas sepuluh. Dua kali remedi. Untung saja yang ketiga, setelah belajar dengan keras dengan guru les nya, nilai buat naik kelas pun terpenuhi. Maka dari itu, dia memilih buat meliburkan diri dari rumus rumus sin cos tan pemening kepala itu, dengan duduk santai di taman belakang sekolah. Bersandar pada pagar bunga bunga, sembari menyumpal telinga dengan airpods. Tak lupa gitar curian dari ruang musik sudah siap sedia di pangkuan.

Hari waktu itu tak cerah, tak pula mendung. Pas pas lah, tak buat para warga bumi mengeluh akan suhu. Semilir angin pun jadi penyejuk. Menggoyangkan bunga bunga yang tampak oleh netra cantiknya.

Tangannya dengan lihai memetik senar. Mengikuti alunan musik yang tersambung pada airpodsnya kemudian disalurkan pada kedua indra pendengarannya.

Tak ada seorangpun yang tau, jika bendahara OSIS ini, bisa bermain alat musik gitar. Pun suara merdunya tak pernah terekspos, saking seringnya ia berteriak kesal atau marah lantaran anak anak OSIS pada ngaret buat bayar kas.

Tapi hari itu, keberuntungan buat salah satu remaja bermanik hijau tua. Yang tadinya hendak kabur dari materi hapalan sejarah negara, dengan berbincang seperti biasa dengan tukang kebun sana. Tapi niatnya berbelok sempurna kala mendengar suara merdu dari arah pukul dua.

Tepat setelah lagu itu selesai, ia beri tepuk tangan buat apresiasi. Tak menyangka yang diberi apresiasi itu mengangkat kepala mencari siapa yang memberi.

Tatapan keduanya bertemu, dan (name) tau.

Ia sudah jatuh pada tatapan mata bola hijau itu.

Mata si pemberi apresiasi.














































Ketukan pintu terdengar tiga kali. Yaya, yang sedang sibuk dengan laptopnya menatap pada yang lebih tua setahun darinya. Yang ditatap balas menatap dengan polos, bertanya apa maksud tatapan wanita cantik itu.

"Bukain pintu kakak, ini aku lagi buat proposal"

Yang lebih tua mengalah. Ia bangkit dari acara bermain ponselnya. Memaksakan tubuh untuk bangkit melawan jiwa malas geraknya. Sebelum merasa menyesal karna si pelaku pengetukan pintu adalah orang yang selalu merepotkannya.

"Pas banget, yang keluar kak (name)"

Kalimat itu, petanda. Lima detik sehabis kalimat itu terucap, tangannya akan ditarik menjauh dari ruos, terbawa pergi pada koridor lengang, lantaran para murid masih belajar. Dan entah kenapa pemuda yang menariknya ini bisa bisanya keluar?

"Gue izin kok, ada pelatihan KSN, tapi sekarang lagi istirahat" jelas yang lebih muda sebelum yang lebih tua mengamuk. Memberi tau jika ia tak lupa, sekarang sedang berhadapan dengan salah satu tetua OSIS.

╱̷Boboiboy Book [ oneshoot ]₊˚.༄ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang