01 | The Grafitti

1K 95 371
                                    

Jadi, selamat datang kembali pada pembaca yang sebelumnya sudah membaca cerita ini sebelum alurnya dirubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi, selamat datang kembali pada pembaca yang sebelumnya sudah membaca cerita ini sebelum alurnya dirubah.

* * *

Suara dari semprotan cat pada dinding putih polos mampu memecah heningnya malam. Pria bermasker hitam itu hampir menyelesaikan lukisan yang ia buat selama tiga jam.

Vee Wycliff. Lebih dikenal dengan nama Vee, pria nekat yang menuangkan segala ide seninya lewat coretan dinding meskipun itu dilarang. Bukan apa-apa, setiap Vee melihat dinding polos di tengah perjalanannya, baik itu di tengah kota atau di lorong-lorong kecil, Vee selalu menandainya. Ketika pulang nanti guna mengambil alat sekaligus pylox, ia akan kembali lagi untuk mencorat-coret dinding tersebut.

Aksinya dilakukan setiap tengah malam hingga dini hari.

Kalau tidak tuntas, Vee akan menuntaskannya di malam besoknya. Tapi kalau bisa, malam itu juga harus selesai.

Seperti saat ini, Vee sangat menikmati sekali tengah melukis dinding menggunakan cat semprot berbagai macam warna. Setelah tadi membuat desain, Vee langsung menggunakan tangan terampilnya untuk menyulap dinding polos itu menjadi penuh dengan tulisan.

Grafiti yang dihasilkan Vee tidak pernah mengecewakan, hasilnya selalu bagus dilihat mata.

Sayangnya, belum sampai pada titik sempurna, Vee sudah kepergok duluan. Dua polisi yang sedang berjaga malam, sayup-sayup mendengar suara semprotan. Mereka melangkah ke sumber suara, lalu menemukan Vee tengah melukis dinding. Sialan sekali.

Padahal, suasana tadi tentram-tentram saja, tidak ada yang lewat di jalan ini. Namun, prediksi Vee melenceng. Ternyata daerah ini masih diawasi juga. Ah, yang benar saja, Vee harus bermain kejar-kejaran lagi malam ini?

"Tenang dulu, Pak. Jangan buru-buru. Tarik napas dulu."

Sebagai bentuk pengalihan pada kedua polisi itu, Vee juga menarik napas panjang sembari mengangkat tangan dan memejamkan mata. Bodohnya, mereka menuruti ucapan Vee, sampai meniru gerakan Vee juga.

Sebelum membuka mata, tangan Vee ditarik duluan oleh wanita yang entah dari mana munculnya. "Lari, bodoh! Bukan menarik napas!"

Vee jelas kaget, tapi ia harus berlari sekuat tenaga dan menyamakan langkah kakinya dengan sosok wanita yang berusaha keras menyelamatkannya dari kejaran polisi berkumis tebal dan berjanggut tipis itu.

Lebih sial lagi, saat belok kanan, mereka malah menemukan gang buntu yang terhalang tembok cukup tinggi. Tingginya sama dengan jendela di rumah sebelah yang mengapit gang ini. Mau tidak mau, mereka harus mencari cara agar bisa memanjat dengan cepat.

Agaknya, Tuhan berpihak pada mereka malam ini. Tong sampah berwarna hijau yang berada di pojokan, bisa dijadikan pijakan. Mumpung isinya penuh juga, jadi tidak jatuh ketika dipijaki. Yang pertama naik adalah si wanita, lalu disusul oleh Vee. Salah satu polisi sempat berteriak saat tahu kedua orang sialan itu memanjat dan mendorong tong sampah sampai isinya berantakan.

VorfreudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang