1. Kembali ke awal"Let the new start beginning"
__^^__
Drrttt...drttt...
Mode getar alarm berasal dari ponsel yang tergeletak diatas nakas sudah berbunyi hampir sepuluh menit lalu.
Randy mengerang. Seperti biasa, dia menunggu teriakan sang istri yang jika dihitung akan terjadi dalam waktu ...
"Satu ..." Randy berhitung dalam pejaman.
"Dua ..."
"Tiga ..."
Dan hening. Tak ada teriakan nyaring. Tak ada kesibukan dapur yang biasanya terdengar hingga kedalam kamar membuat pemuda duapuluh empat tahun itu mengerut dahi.
Perlahan, kelopak matanya terbuka. Mengerjap beberapa saat menyesuaikan dengan cahaya yang sepertinya sudah terlalu banyak masuk.
Abu-abu. Randy tersenyum. Warna favoritnya yang kemudian harus ia ikhlaskan menghilang saat Maisha ngotot mengganti tema langit-langit kamar dengan warna pu--
Tunggu! Refleks kedua mata Randy terbuka sempurna. Sejak kapan mereka mengganti warnanya? Randy masih sangat bucin waktu itu sehingga dia merelakan apa saja yang membuat Maisha bahagia. Meski sudah tidak sebucin dulu, rasanya dia belum punya waktu untuk mengganti sesuatu yang tidak ia sukai.
Lalu, bagaimana bisa warna favoritnya kembali?
Pusing dikepala masih terasa ketika cowok itu memutuskan bangun. Matanya membola menyaksikan hal aneh yang ia pikir sebuah mimpi. Randy mengetuk kepala nya beberapa kali untuk memastikan ini nyata.
Dan memang iya. Konsep kamarnya kembali keawal sebelum Maisha menjajah. Poster-poster favoritnya masih tertempel. Bersatu dengan baju-baju yang bergantung disana-sini. Lemari cukup besar disamping tempat tidur itu juga masih ada. Randy ingat saat pertama membawa Maisha kesini, cewek itu langsung memanggil tukang untuk melebur lemari kunonya menjadi uang karna katanya sudah tak layak pakai.
Dan yang paling penting adalah gitar-gitar istimewa di sudut sana. Randy mengumpulkannya dengan biaya yang tidak sedikit. Tapi, bagaimana bisa?
"Mai ..." Randy memanggil perlahan. Biasanya, Maisha tak akan kemana-mana pagi minggu begini. Biasanya juga sudah berisik diluar dengan teman-teman arisannya.
"Maisha!" Kali ini lebih keras dengan perasaan berdebar. Ntah karena apa. "Maisha!!"
Masih setia senyap. Yang terdengar hanya suara gerutuan beberapa orang dari luar kamar. Randy terkesiap.
Suara laki-laki.
Secepat kilat ia berlari keluar. Dan ketika pintu itu terbuka, wajah seseorang yang tak seharusnya ia lihat justru disana. Cowok itu terpaku, memucat sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri setelah berteriak kencang.
"SETAN!!!"
▪▪▪▪
"Gila ya, lo! Temen sendiri diteriakin setan. Lebih sakit dibanding diteriakin maling, Ran. Percaya deh," cowok didepan Randy berujar tak terima. "Terus, Maisha siapa bro? Bukannya lo sekarang sama Nadine?"
Randy memejam mata kuat-kuat kemudian membukanya lagi. Mengulang beberapa kali sampai ia yakin semua ini adalah nyata. Kini pandangannya tertuju pada kertas dengan sebuah angka besar dan barisan huruf menyusun nama hari didinding.
Sabtu, 15 November 2021.
Bagaimana mungkin? Seingatnya, pernikahannya dengan Rumaisha sudah berjalan satu tahun. Itu artinya seharusnya ini adalah awal tahun 2023.
Dan yang paling tak masuk akal adalah keberadaan Raihan. Sahabatnya itu, sudah meninggal setengah tahun lalu. Lalu, didepannya ini siapa?
"Ran," suara Raihan membuyarkan pemikirannya. "Lo kenapa?"
Kata Raihan, mereka semalam menghabiskan waktu dengan bermain game hingga tengah malam. Terlalu lama menatap televisi, Randy mengaduh pusing dan memutuskan tidur dikamar. Tak punya teman, Raihan memanggil Restu yang sekarang belum bangun karena baru tidur pukul lima pagi.
"Istri gue mana, Rai?" Persetan dengan semua ini. Randy yakin dia sedang berada didunia lain dan itu pasti kerjaan Maisha. Wanita itu masih dendam karena ia tak pulang dua malam.
"Pffftt!" Tawa tertahan Raihan akhirnya tersembur. Cowok itu terpingkal sampai membangunkan Restu meski akhirnya tidur lagi. "Lo bilang apa tadi?" Tanyanya memastikan dia tak salah dengar. "Istri?!" Lalu tawa pemuda itu pecah lagi. "Mimpi apa lo, Ran? Bangun-bangun kok jadi halu gini,"
Randy termenung. "Sekarang tanggal berapa, bulan apa, tahun berap-pa?" Suaranya memelan diakhir kalimat.
Jika kalender didinding itu benar ...
"Lima belas november duaribuduapuluh. Lo amnesia apa gimana?"
... itu berarti dua minggu sebelum dia bertemu Maisha. Dia sedang kembali berada dimasa lalu ntah bagaimana caranya. Meskipun Randy lupa jika dia pernah main game sampai lupa waktu begini. Karena sejak menikah, Maisha melarang benda elektronik itu berwujud dirumah.
Perlahan kedua sudut bibirnya tertarik keatas. Membentuk senyum lebar bahkan kalau bisa sampai ketelinga.
"Gue ... merdeka?" Meski keadaan ini justru lebih tepat disebut merdeka sebelum dijajah, Randy tak peduli. Yang penting, doanya dikabul Tuhan. Dia diberi kesempatan merubah takdir hidupnya kedepan.
"Lo butuh dokter kayaknya, Ran." Raihan makin prihatin. "Atau, psikiater mungkin lebih baik."
Terserah. Terserah dia dicap gila atau apa. Randy benar-benar ingin merayakan kebebasannya hari ini. Mengabaikan Raihan, dia bangkit masuk kembali kekamar bersiap untuk keluar. Menikmati kembali masa mudanya yang bahagia sebelum bertemu Rumaisha.
Sembari bersiap, diotaknya sudah tersusun list kegiatan yang ingin ia lakukan dihari-hari kedepannya.
Salah satunya tentu saja bagaimana caranya agar tidak bertemu Asyikin Rumaisha.
__^^__
♥️
Boss
Fika
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back Life : Before Met You
ChickLitBoss Fika 2021 Menikahi Rumaisha adalah penyesalan terbesar Randy. Lebih tepatnya, ia menyesali akan keputusan untuk terburu-buru menikah. Cinta pandangan pertama kononnya. Lima bulan pertama mereka baik-baik saja. Seperti pasangan suami istri pada...