♔ 02 ♔

7 1 0
                                    

Ia menoleh ke atas, dan ...........

Dilihatnya sebuah pria gagah dengan wajan yang lumayan menarik untuknya.

Kedua insan itu terdiam pada posisi tersebut, menatap ke dalam netra satu sama lain.

Sampai akhirnya lelaki itu mengalihkan pandangan dan langsung lari terbirit-birit menjauhi Sonya dan Bilqis.

Sonya yang masih belum sepenuhnya mencerna situasi segera ditarik karibnya untuk masuk ke ruang kelas geografi.

Seperti apa yang Sonya perintahkan kepada Bilqis, ia langsung menghampiri Naya yang sedang sibuk mengeluarkan peralatan yang dibutuhkan untuk mencatat nanti jika Pak Iman memutuskan untuk langsung masuk ke materi.

"Nay, nanti gak usah ngomong yang aneh-aneh ya lo, bikin kesel tau ga" bisik Bilqis kepada sang murid kesayangan guru itu.

Tanpa menunggu reaksi atau balasan dari Naya, ia kembali menjauh dari perempuan berkacamata kotak itu dan kembali ke tempat duduknya dimana ia mendapati Sonya yang masih menyamankan diri di kursinya.

"Udah gue bilangin ya ke si Naya" info Bilqis kepada Naya yang hanya dibalas dengan anggukan pelan darinya.

Prediksi mereka pun terbukti benar kali ini.

Setelah semua bangku di ruangan pojok lantai 3 SMA Pelita Mulia itu terisi penuh, Pak Iman segara memindahkan bangkunya ke tengah ruangan, mengambil ancang-ancang untuk menceritakan kejadiannya di bengkel kemarin sore.

Tapi, takdir berkata lain.

Baru saja memulai cerita dengan memberitahu latar dan waktu, ketenangan bagi kelas 10 IPA 2 terganggu oleh pintu yang tiba-tiba terbuka.

Di ambang pintu, muncul lelaki yang tadi bertubrukan dengan Sonya.

Karena kaget, semua individu di ruangan itu pun secara refleks menoleh ke arah pintu.

Pria tersebut hanya bisa menunduk karena menahan rasa malu itu dan segera lari tanpa berkata apapun.

Tentu saja, semua murid di dalam kelas menjadi kesal karena rusaknya suasana yang tadi damai, mengakibatkan Pak Iman menjadi tidak mood untuk bercerita dan sekarang sedang membolak-balikkan halaman sambil mencari materi yang akan ia ajarkan.

Semua kesal termasuk Sonya.

Ia heran kenapa satu murid itu membuat harinya menjadi berantakan ini. 

'Sial banget sih gue. Tuh orang ada masalah apa sih. Anjing tuh orang" bisiknya di dalam hati.

Bisa mampus dia jika sandiwara "cewek terpadan" ini hancur berkeping-keping.

"Saatnya mencatat deh, demi FK UI" batinnya dalam hati.

Namun, ia penasaran sekali dengan makhluk yang ia sebut "menyebalkan" tadi sampai ia mendapatkan ide brilian walau tidak ada lampu bohlam yang menyala di atas kepalanya.

Ia berfikir, sedikit prank tidak akan berakibat fatal kan?

SALAH, SALAH BESAR.

Sonya belum tahu apa yang menunggunya sepulang sekolah nanti.

Pada saat ini, ia sangat girang dan mengekspresikannya dengan metode memukul-mukul Bilqis walau secara pelan sambil menjerit pelan setiap beberapa detik sekali.

Seperti biasa, ketika jam pelajaran selesai, mereka kembali diberikan selembar kertas yang berisi beberapa pertanyaan yang bisa dikerjakan dalam sekejap melalui bantuan Google.

Kedua gadis berkasta tertinggi di sekolah itupun segera membereskan semua barang bawaan kembali ke dalam tas yang ukurannya sangat kecil itu secara paksa, tidak memedulikan bagaimana kondisi semua kertas yang telah kusut terkubur diantara tumpukan HP dan make-up yang harganya jika ditotal bisa membayar SPP SMA mereka selama setahun penuh.

FameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang