♔ 06 ♔

1 0 0
                                    

"Ini Sam. Save kalo butuh."

Satu pesan itu membuat buyar semua konsentrasi Sonya.

Bagaimana Sam bisa tahu nomor teleponnya?

Apakah dia pemuja rahasia?

Apakah dia stalker?

Dan lain-lain pertanyaan diujarkannya dalam hati.

Ia bingung harus membalas apa. Namun, setelah berpikir sejenak ia memutuskan untuk melanjutkan perbincangan virtual itu.

"Oh iya. Halo Sam. Oke izin save ya" ketiknya dengan sedikit ragu.

Aneh. Untuk apa ia harus sangat ragu-ragu hanya untuk membalas sebuah pesan.

Suara pintu terbuka pun terdengar, menunjukkan figur ayahnya yang berekspresi dingin, melihat anaknya yang tidak fokus belajar, melainkan sibuk menggunakan HP-nya.

Memang keuntungan sedang tidak berpihak pada Sonya. Padahal, Sam sedang mengetik sebuah balasan. Tapi, ayahnya malah merampas barang yang selalu lekat dengannya.

"Apaan sih, yah. Sini balikkin dong HP aku!" serunya dengan lantang, tidak terima dengan perlakuan ayahnya.

"Enggak, yang ada kamu nggak fokus belajar nanti!" balas ayahnya dengan tak kalah tegas.

"Orang tua temenku juga enggak ada yang kayak ayah gini!" lanjut Sonya, dengan api yang membara di dalam hatinya.

"Makanya anak mereka tidak akan berguna nantinya. Lihat saja. Mereka hanya akan jadi sampah masyarakat" final ayahnya sambil menutup.

Sonya tentunya kesal, sangat kesal. Ia hanya bisa menimbun mukanya pada bantal, membiarkan dirinya tertidur sendiri.

Terdengar kembali suara pintu terbuka.

Gila! Ia ingin tidur saja harus terganggu.

Diangkatnya muka dirinya dari bantal, menghadap ke arah pintu, untuk mencari tahu siapa manusia yang membuka pintunya lagi.

Ia mendapati ayahnya yang sedang menyilangkan tangan, bersandar pada dinding, menunggu Sonya menyadari keberadaannya.

"Satu lagi! Mulai sekarang, sehabis pulang sekolah kamu harus langsung pulang! Gak ada lagi berkeliaran. Mengerti?" bentak ayahnya.

Gadis yang tidak peduli sama sekali itupun hanya membuat wajah masam dan kembali menidurkan dirinya sendiri.

Ia tahu bahwa berargumen dengan ayahnya tidak ada gunanya selain membuang tenaga dalamnya sekalipun. 

Toh, ayahnya tak butuh persetujuannya untuk melakukan hal yang ia terapkan dalam rumah tangga ini.

Sonya yang kini masih berusaha menidurkan dirinya memikirkan beribu-ribu cara agar bisa tertidur cepat.

Mulai dari menghitung domba, menghidupkan lilin aromaterapi, dan beberapa metode lain yang bisa dilakukan dalam kamar tanpa melibatkan teknologi.

Tiba-tiba, terlintas wajah Sam dalam benaknya.

Ia mencoba menyingkirkan gambar itu, namun mustahil. Rasanya gambar itu tertempe pada otaknya menggunakan lem kuat.

Perlahan-lahan, ia pun pulas membayangkan fitur wajah Sam.

Dan lagi, pintu pun terbuka. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini pelan, sangat pelan sampai tidak terdengar suara apapun.

Muncullah sosok ibunya, meraih selimut yang berada di tepi kasur. Dibukanya dengan lebar dan diselimutilah putrinya itu.

FameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang