"Semua ini gara-gara Sam sialan itu. Udah ga usah dipikirin mulu dah"
Sugesti yang ia berikan pada dirinya sendiri itu pun berhasil. Tak ada setengah jam kemudian, ia sudah tertidur pulas.
Sonya secara fisik hanya tertidur lelap, berlawanan dengan alam bawah sadarnya. Ia sedang bermimpi menjadi artis papan atas dan sedang dihadapkan kepada puluhan mic yang tertata di meja yang terletak di depannya.
Selain itu, ia juga harus menahan silau dari flash kamera yang tak kalah banyak dengan jumlah mikrofon. Ia kewalahan menjawab semua pertanyaan. Tetapi, sebagai "artis" ia harus bersikap profesional.
Padahal tujuan awal dia tidur untuk beristirahat sejenak. Tak disangka, di mimpi ia malah menjadi tambah lelah.
Anehnya, di mimpi itu ia merasa gelisah setelah menjawab pertanyaan itu, seolah-olah ia mengecewakan orang hanya dengan berbicara.
Tiba-tiba ia merasa kepalanya sakit dan berkunang-kunang. Pandangannya mulai menggelap
Sonya tidak mengerti kenapa ia bisa seperti ini? Apakah ini efek dari kurang makan?
Syukurlah, rasa itu seketika hilang saat gempa tiba-tiba mengguncang latar di mimpinya. Sesaat kemudian, ia dihadapkan oleh lampu kamar yang menyala terang dan Mbak Inah yang sedari tadi mengguncang-guncang tubuhnya.
"Neng! Bangun cepet. Udah mau telat tuh" tunjuk Mbak Inah ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu 6.30 pagi hari, menandakan bahwa pintu gerbang SMA Pelita Mulia akan segera ditutup setengah jam lagi.
Sang putri tidur yang baru saja terbangun itu segera berlari ke arah kamar mandi, tidak memedulikan Mbak Inah yang masih berdiri di sampingnya tadi dan menghidupkan keran shower.
Di dalam kamar Sonya, Mbak Inah hanya bisa menggeleng-geleng pelan akan tingkah anak majikannya itu. Ia pun segera menyiapkan seragam Sonya yang layaknya seperti anak SD.
Tidak memiliki waktu untuk bertata rias, ia hanya mengambil beberapa essentialsnya dengan rusuh dan segera berlari ke bawah.
Diambilnya sepatu hitam bermerek Dior itu dari rak sepatunya dan dilemparkannya semua bawaan hari Selasa itu ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan Pak Bondan.
Sonya dengan rambut yang masih basah dan memakai sendal jepit itu mendudukan dirinya dengan nyaman di mobil.
Seiring perjalanan yang sangat telat ke sekolah itu, Pak Bondan sengaja membawa mobil dengan cepat namun menghindari guncangan agar wanita di belakangnya bisa mengenakan riasan wajah dengan tentram.
Sonya ini mengingatkan Pak Bondan kepada anaknya yang meninggal 2 tahun lalu akibat kanker limfoma, kanker yang menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening.
Ia sangat berterimakasih kepada keluarga Shihan karena siap sedia menangani segala biaya rumah sakit dan finansial lainnya.
Sayang, semua usaha itu sia-sia. Maka dari itu, sebulan sekali Pak Bondan pasti mengambil cuti dua hari. Satu hari untuk mengunjungi makam almarhumah Riska Gutomo, putri semata wayangnya bersama istrinya, satu-satunya harta paling berharga yang harus ia lindungi.
Dan untuk hari kedua, mengunjungi Taman Wisata Alam Telaga Warna di Bogor, tempat kesayangan Riska untuk dikunjungi.
Ah, sudah dengan kisah sedu Pak Bondan, nanti para pembaca bisa menangis jika dijelaskan lebih lanjut.
Kembali ke Sonya yang kini hatinya berdetak kencang, akibat gugup tentunya. Mendekati sekolah, ia harusnya tenang karena bahkan pak satpam biasanya terpukau akan kecantikannya sampai lupa aturan.
![](https://img.wattpad.com/cover/275958129-288-k366779.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fame
RomantizmMenjadi terkenal tidaklah cukup untuk Sonya. Ia ingin lebih lagi. Dengan kehadiran Sam, ia berpikir bahwa ternyata ini lebih mudah dari yang ia bayangkan. ©blossomist ⚠️FIKSI⚠️ ⚠️MAAF JIKA ADA KESAMAAN NAMA DAN TEMPAT⚠️ ⚠️UPDATE SABTU & MINGGU ⚠️