[Saneca dan Serenus]
...Jika di dunia ini memang ada hal yang berada di luar akal manusia, maka satu hal yang ingin kujadikan konspirasi; barangkali aku dan Wooyoung adalah musuh bebuyutan di kehidupan sebelumnya. Karena demi tuhan, makhluk satu itu terus menempel padaku—atau aku yang menempel padanya. Sekalipun kami sama-sama muak, tapi kami tidak bisa dipisah. bayangkan saja, rumahnya hanya berjarak satu meter dari rumahku. Aku bahkan bisa merasakan getaran tanah ketika kasurnya ambruk. Dia terkadang bisa tau jika aku memutuskan tali gitar.
Kami sering berjanji untuk tidak bertemu dengan iming-iming 'kita hanya boleh bertemu jika laguku sudah jadi atau koreografiku sudah oke' tapi bagaimana mungkin itu terwujud jika ketika aku keluar untuk menangkap kucingku—dia juga diluar menyapu halaman. Kemudian kami akan mengumpat satu sama lain dan akhirnya membual besama sambil tertawa sampai hampir mual.
Bis berhenti bukan di rumah Wooyoung, tapi di sekolah. Aku turun bersama Jae sambil menyapu pandang dengan wajah sumringah. betapa aku merindukan suasana sekolah. Namun sepertinya kami turun di hari yang agak spesial. Bagaimana tidak? terdapat banyak sekali papan-papan dan banner yang memuat informasi mengenai acara akhir tahun. Ah, aku ingat, biasanya pada bulan terakhir di setiap tahun banyak sekali acara sekolah. Entah itu pentas seni ataupun lomba-lomba.
Aku memasuki sekolah yang penuh hingar-bingar tersebut. Salah satu hal yang kurindukan pada masa persekolahan adalah antusias yang menggebu-gebu. Masa muda yang amat bersinar dibalik seragam-seragam dan juga suara decitan sepatu yang mengisi penjuru koridor serta lapangan. Jae masih bersamaku dan ikut takjub dengan suasana sekolah yang hampir menyerupai pasar.
Awalnya, aku tak tau apa yang kami cari di sini. Aku bukan tipe murid yang mau memamerkan bakat bahkan pada acara spesial seperti. Padahal pada masa itu aku juga sedang gencar-gencarnya membuat banyak musik karena aku menyukainya. Tapi hampir tak ada satupun murid sekolahku yang mengetahui hobiku tersebut. Selain karena aku malu, aku juga merasa belum cukup pantas untuk memamerkannya.
Meski begitu, ada satu orang yang tau. Seseorang yang tak bisa kuhindari karena jendela kamarnya hanya dibatasi oleh tembok tipis di samping kamarku. Sudah kubilang, mungkin aku dikutuk karena harus ditempeli oleh makhluk sepertinya. Dia, Jung Wooyoung.
"Tarik napas, kemudian jangan hembuskan lagi," ujar sosok diriku yang kala itu berusia belasan tahun. Aku berdiri di samping Wooyoung yang terlihat sedang tidak karuan.
Wooyoung mendelik. "Kau ingin aku mati?"
Aku yang di sana tertawa. Pemandangan yang lumayan hangat untuk dilihat. Tapi kemudian aku mengingat kembali apa yang terjadi di hari tersebut.
"Kenapa kau tidak unjuk bakat juga? Bukannya kau sudah menciptakan beberapa lagu?" tanya Wooyoung penasaran.
Aku menggeleng. "Aku tidak bisa seperti kau."
Berbeda denganku, Wooyoung adalah seseorang yang sangat aktif dalam kegiatan sekolah. Dia adalah bagian dari organisasi, dia juga mengambil ekskul dance dan berbagai macam kegiatan lainnya. Wooyoung punya banyak sekali teman melebihi diriku. Sifatnya memang agak berisik—tidak lebih berisik dari aku karena kami hampir sama—hanya saja dia berisik di hadapan semua orang. Sementara aku hanya kepada orang-orang terdekatku. Aku kagum pada Wooyoung. Aku kagum karena dia mau menunjukkan dirinya dan apa yang ia suka. Karena aku tidak bisa melakukan itu. Aku tak memiliki setetespun ambisi untuk diketahui oleh orang lain. Aku menikmati diriku yang hanya mengunggah lagu buatanku ke sebuah platform dengan tanpa menggunakan nama asli.
Hari ini, Wooyoung mendapat jatah solo dance untuk pertama kalinya di acara sekolah. Aku ingat betapa kerasnya dia berlatih selama seminggu lebih sebelum hari ini. Aku tidak tau apa yang membuatnya begitu bersungguh-sungguh tapi saat itu aku benar-benar berdoa agar semuanya lancar. Meski kami sering bertengkar, tapi dia teman terbaik yang aku punya.
![](https://img.wattpad.com/cover/265537453-288-k958488.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
unanswered questions ✓
FanficBis itu bergerak karena beberapa pertanyaan. Kemudian berhenti karena sudah menemukan jawaban.