6. Mark

647 54 2
                                    

Udara sore hari terasa begitu segar dan hangat secara bersamaan hari ini. Sinar matahari menyoroti sang pemuda yang menggunakan jaket denim yang sedang sibuk menggumamkan sebuah lagu RnB dari penyanyi kesukaannya yang baru saja dirilis, seakan dia pemeran utama, seakan dia pemilik suasana.

"Hah aku sebel banget." Seorang gadis berambut pendek mendaratkan tubuhnya begitu saja hingga membuat Mark sedikit terkejut.

Mark masih meredakan detak jantungnya, setelah memastikan gadis itu adalah kekasihnya ia tersenyum manis. Entah kenapa ekspresi Yeri yang sedang cemberut seperti itu pun terlihat menggemaskan di matanya.

"Kenapa, hm?" Mark melepaskan earphone-nya lalu mengelus rambut halus gadisnya.

"Ini loh temen-temen aku susah banget diajak tugas kelompok, mentang-mentang deadline-nya masih lama terus mereka leha-leha aja gitu, selalu ada kegiatan setiap aku ajak. Padahal aku udah ngajak di rumah aku loh, Mark. Aku udah kasih fasilitas yang nyaman tetep aja gak mau. Aku kan pengen cepet selesai." Keluh gadis itu.

Mark tampak mengangguk-angguk mengerti. "Minum dulu nih." Yeri sedikit terkejut. Ia sama sekali tak melihat minuman cokelat itu tadi.

"Makasih."

"Kalo memang susah diajak ketemu coba kamu bagi tugasnya. Siapa aja yang cari materi perbabnya, terus siapa yang bikin power pointnya. Dan suruh mereka pelajari apa yang mereka cari buat presentasinya. Jadi gak kerja bareng juga gak apa-apa yang penting bisa presentasi bareng."

Yeri menunduk. "Iya juga sih."

"Pelan-pelan aja gapapa, sayang. Gak selamanya buru-buru lebih baik. Enjoy aja kalo tugasnya masih lama kamu bisa ngerjain yang lebih cepet deadline-nya, atau pacaran dulu sama aku." Mark menggoda.

"Cih! Kamu ya yang selalu gak ada waktu, tuan Shaquille."

Mark hanya menggaruk tengkuknya. "Makanya ikut jadwal aku dong. Aku bakalan seneng banget loh kalo bisa ngeliat kamu setiap saat."

"Ogah banget aku mati muda, Mark."

Mark tertawa mendengar jawaban gadisnya. Sang gadis ikut melengkungkan senyumnya. Ia memandang wajah kekasihnya yang selalu memberi energi positif pada siapapun, sebanyak apapun jadwalnya ia tak pernah kelihatan lelah.

"Kamu udah minum vitamin?" Tanya Yeri.

Mark tampak berpikir sejenak lalu membuka tas ranselnya yang terlihat begitu penuh dan mengeluarkan sebuah kotak yang berisi berbagai obat, jamu, dan vitamin. "Udah sih. Tapi aku jadi keingetan kalo beberapa hari ini tengkuk aku sakit. Aku minum jamu ini deh."

Yeri lalu mengerutkan alisnya mengikuti ekspresi Mark yang terlihat begitu kepahitan. "Kamu mau nyoba ini? Kamu kan abis sakit, ini bisa bantu bikin imun kamu bagus loh." Ia menyodorkan sebungkus vitamin yang rutin ia minum.

Yeri memandang vitamin itu meremang. "Kamu kenapa khawatirin aku Mark? Aku rasa kamu harus ngurangin kegiatan kamu di kampus deh, pikirin kesehatan kamu."

"Hahaha aku gapapa kok, kamu liat kan satu tahun kita pacaran aku gak pernah sakit."

"Tapi kamu ngekonsumsi berapa obat, berapa vitamin, berapa jamu dalam sehari? Mark, sesuatu yang berlebihan juga gak baik. Kamu sendiri yang bilang pelan-pelan aja-"

"Tapi aku anak pertama." Mark menyela. "Aku punya banyak adik di rumah, adik-adikku harus disekolahin yang tinggi. Walaupun mama papa punya kerjaan yang meyakinkan, tapi aku juga pengen jadi kakak yang bisa diandalkan. Makanya aku pengen belajar banyak hal. Dan aku sama sekali gak kesusahan kok, aku kecanduan sama semua ini dan aku seneng banget." Jelasnya.

Daily DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang