Pagi yang hampa, masih seperti sebelum-sebelumnya. Pria dengan sorot mata tajam itu memandang jalanan dengan perasaan bosan dan muak, meski begitu Ia masih tetap fokus mengendarai mobilnya. Persetan dengan pekerjaannya, Ia hanya ingin tidur dirumah. Bajingan sekali, ketika dihari minggu seperti ini pun, Raiden masih harus bekerja. Tak bisakah Ia memiliki waktu istirahat? Keluhnya dalam hati.
Ya, Raiden. Nama dari Pria berwajah datar itu. Seorang Ahli waris dari keluarga Armada. Keluarga yang cukup disegani dikalangan sosial kelas atas. Ia merupakan seorang anak tunggal dari seorang ibu yang membuat dirinya sibuk di hari libur ini.
Hah~ Bangsat..
Raiden Memukul Kemudi dengan kesal, rasanya Ia sudah lelah dengan semua ini. Mengapa Mamanya memberi Ia tugas untuk mengawasi pembangunan pesantren yang lokasinya di pelosok begini.
Ia tahu, Mamanya hanya ingin agar Raiden memberikan sedikit ruang untuk dirinya berpergian, dari pada terus saja terperangkap diruang kantor yang kadang kalanya, Raiden Akui selalu membuat dirinya terdiam dan mengingat masa lalunya.masa lalu yang sangat pahit bagi dirinya itu.
Raina..
Ya, Wanita itu, sosok yang menjadi sebab patah hatinya. Hari dimana Raiden ingin melamar wanita itu secara diam-diam hancur seketika, karena Ia menyaksikan Peristiwa tak terduga dan benar-benar diluar dugaannya.
Saat itu, Raiden menyaksikan secara langsung mantan kekasihnya sedang memadu kasih dengan pria lain di balkon hotel yang Ia pesan atas permintaan Wanita yang dia Cintai itu. Niat hati Raiden ingin memberikan sedikit hadiah kecil untuk Raina agar wanitanya itu bisa menghabiskan waktunya sendiri tanpa dirinya. Tapi, ternyata Raina memiliki tujuan tersendiri.
Raina tak menunjukkan raut penyesalan sama sekali saat itu, wanita itu terlihat senang ketika Raiden akhirnya mengetahui hal yang Ia lakukan selama ini. Seperti memang itu lah yang Raina tunggu-tunggu. Amarah mengepung hati dan pikiran Raiden kala itu, Ia bertanya kepada Raina, apa yang kurang dari dirinya? Tidakkah cukup hanya Raiden yang ada disisi wanita itu?
' Aku udah gak cinta sama Kamu Rai, Maaf yah'
Jelas Raina kala itu. Masih terekam jelas dibenak nya setiap Kata yang Raina ucapkan dengan wajah tanpa dosa serta lengkungan senyum terukir manis di bibir menawannya.
Cinta? Persetan dengan Cinta. Lalu bagaimana dengan hubungan selama enam tahun ini yang mereka bina, apa tidak berarti bagi mu Rain?
Raiden menegaskan tak ada sedikit pun kekurangan dalam dirinya. selama menjalin cinta dengan Raina, Ia selalu melimpahkan kasih sayang dengan penuh ketulusan kepada wanita itu, tapi balasan yang Raiden terima hanya pengkhianatan. Sedari dulu, Perselingkuhan adalah hal yang sangat dibenci oleh Raiden, Ia amat sangat mengutuknya.
Tapi sialnya sosok Raina masih menjadi penghuni hati dan pikirannya, entah apa yang harus Raiden lakukan agar wanita itu keluar dari hidupnya. Ia lelah dengan belenggu rasa sakit yang dirasakannya selama ini.
Tangannya mengepal erat di kemudi, pikirannya sangat kacau jika menyangkut Raina, rasanya ingin Raiden balas dendam atas perlakukan Wanita brengsek itu.
Hah~
Sialan, mengapa pikirannya selalu membawa dirinya untuk mengingat kenangan buruk itu. tanpa sadar Raiden hampir masuk lagi kedalam kekalutan hatinya. Mamanya selalu berkata bahwa Ia harus tetap menjalani hidupnya dan melupakan Raina. Persetan dengan hidup, pikir Raiden.
Orang tuanya itu seharusnya tidak mengirim dirinya ke perkampungan seperti ini demi kesehatan pikiran dan jiwanya, meski disamarkan dengan pekerjaan sebagai alibi. Mungkin saja Raiden berhasil keluar dari masa kelamnya, tapi Setelah itu pikirannya akan dipenuhi dengan pekerjaan yang sama bajingannya. lalu apa sisi baiknya dari itu semua? Raiden akan sama-sama terperangkap dalam stress mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESILIUNT
Non-FictionRaiden yang memendam kekesalan akan kekasihnya yang ternyata telah menduakannya dengan pria lain, akhirnya menerima permintaan mamanya untuk pergi kesebuah desa terpencil untuk mengawasi pembangunan pesantren yang didanai oleh Bundanya tersebut. Nam...