Bagian 5

168 16 0
                                    

Tetesan air hujan kembali membasahi bumi, derasnya sama seperti satu minggu yang lalu. Hujan yang membawanya pada satu ingatan akan sosok seorang wanita, yaitu...

Zea...

Ia menatap lengan dengan bekas luka infus yang disebabkan oleh dirinya sendiri, Raiden ingat saat itu Zea hanya ingin menyeka darah yang keluar. Tapi, apa yang Ia lakukan, Raiden kembali membabi buta karena tunduk kepada amarahnya sendiri, Amarah yang tidak mendasar. Hanya karena anggapan bahwa Zea adalah wanita licik yang akan menguras keuntungan dengan anak yang Ia lahirkan. Tapi kenyataannya, anak itu bukanlah anaknya dan Zea.

Betapa bodohnya diriku.

" BANGSAT.... " Raiden memukul kemudi dengan keras dengan tangannya sendiri.

Raiden merutuki dirinya sendiri, kenapa Ia begitu bodoh hingga termakan dengan anggapannya jahatnya, sampai Ia menyakiti wanita itu kembali. Dan kenapa Zea hanya diam saja menerima itu semua, tidakkah wanita itu berkeinginan melawannya? Atau menggertak nya kembali? Namun apa yang Ia lakukan, menolongnya dari jurang kematian? Apa yang sebenarnya Zea pikirkan. Tidakkah Zea berkeinginan balas dendam terhadapnya atas kejadian tujuh tahun yang lalu?

" Ugh.. " Raiden mencengkeram rambut kusutnya dengan jemari tangannya, matanya terpejam dengan pikiran melayang pada satu ingatan lagi. Ingatan akan peristiwa tujuh tahun yang lalu.

Ya, Tujuh tahun lalu, dimana semuanya berawal. Dimana kebodohan menguasai dirinya, kenakalan remaja masih menjadi ego yang menjarah pikiran dan raganya, sampai-sampai merenggut segala hal dalam hidup seorang gadis lugu. Tujuh tahun lalu yang Raiden rasa berubah menjadi masa-masa suramnya, Tujuh tahun lalu yang...


~~~


Flashback

Masa-masa putih abu, adalah masa dimana bagi kaum pria melampiaskan segala rasa penasarannya terhadap tindakan yang dirasa tidak pantas dilakukan oleh anak yang masih di bawah umur. Mabuk, nikotin serta gadis menjadi sumber penasaran kaum pria. Menjadi manusia yang tidak terkendali terhadap tuntutan aturan sosial adalah cara mencapai kedewasaan sejati.

Sama seperti yang Raiden alami dan lakukan. Menghirup nikotin dan mengecap alkohol yang diam-dia rekannya bawa adalah tindakan tepat kala berbagai masalah menerpa dirinya, membolos bersama teman-temannya dibelakang sekolah, membicarakan berbagai hal seperti betapa indahnya lekuk tubuh seorang wanita. Pembicaraan itu menjadi pusat kesenangan kaum remaja pria kala itu.

Berbeda dengan Raiden, saat itu Ia tidak memperdulikan ucapan para teman-temannya tentang wanita, Ia hanya menjadi pendengar saja. Raiden merupakan pribadi yang acuh terhadap lawan jenis ditengah ketenaran dirinya di kaum wanita, julukan sebagai Pria berwajah kutub menjadi bayangan setiap langkah kaki yang ia jejakkan selama sekolah.

Banyak sekali wanita yang mendekatinya dengan berbagai cara, namun itu tidak berhasil. Menurutnya wanita itu merepotkan dan menjengkelkan. Mereka banyak meminta perhatian dari pria dengan Perilaku yang menjijikkan. Bahkan mereka rela menjajakan diri mereka kepada pria hanya demi memiliki pria tersebut. Raiden bertekad tidak ingin menjadi pria yang bodoh dan terbuai dengan jebakan seperti itu hanya karena nafsu belaka.

Hingga suatu malam membawa Ia untuk melawan tekad itu. Malam dimana dirinya merasa kacau, kedua orang tuanya memutuskan untuk berpisah, papanya lebih memilih wanita lain ketimbang Mamanya yang sudah banyak berkorban. Lelaki dewasa itu lebih memilih wanita jalang yang merayunya dengan Kemolekkan tubuhnya yang menjijikkan.

Raiden meninggalkan rumah dengan kondisi hati yang hancur, pergi dari tempat yang membuat pikirannya kusut. Tujuannya saat itu adalah gudang sekolah, tempat sunyi dengan penuh ketenangan. Kebetulan sekolahnya mengadakan acara perpisahan siswa yang sudah dinyatakan lulus, dan Raiden adalah salah satu siswa tersebut. Jadi tidak ada halangan baginya untuk masuk kesekolah itu.

RESILIUNTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang