red ribbon (part 2)

720 88 40
                                    

Di dalam ruangan bercahaya redup—tempat yang selalu digunakan untuk menghabiskan malam yaitu kamar— Utahime berbaring, memikirkan tentang segala yang terjadi pada hari ini, dan tanpa sadar membuat tetes air mata mengucur dari kedua pelupuk mata indahnya.

Lelah, sedih, kecewa, segala perasaan tertuang di dalam keheningan malam, kedua matanya mulai letih seakan telah kehabisan energi karena terlalu banyak menangis. Lambat laun mata mulai terpejam dan Utahime pun terlelap.

Waktu terasa berjalan begitu cepat, bulan yang semalaman bersinar harus berganti dengan sang surya yang memulai kerjanya, pertanda pagi sudah menyongsong.

Sarapan bersama keluarga sudah menjadi ritual pagi hari di keluarga Iori. Di tengah sarapan, ayah Utahime menyela dengan bertanya pada sang putri, " Utahime, ayah baru saja membaca artikel mengenai Asahi. Semalam dia ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri, apa itu ulah kekasihmu?"

"Mm," jawab Utahime singkat.

Sang ibu yang melihat ekspresi putri kesayangannya yang terlihat tak senang dengan pembicaraan ini pun segera memotong percakapan mereka.
"Ah, bukankah masakanku hari ini terasa lebih lezat dari biasanya? Ayo kalian berdua habiskan makanannya, baru bicara lagi nanti. Ya?!"

Sementara itu di Tokyo Jujutsu High School pemandangan menarik sedang tersaji, Kepala Sekolah Yaga sedang menginterogasi Gojo perihal berita tentang Yamada Asahi.
"Dilihat dari keadaan korban bisa kupastikan itu adalah efek tehnikmu kan, Satoru?!"

Gojo tak menyanggah dan menjawab, "Ya, memang aku yang melakukannya."

Yaga terkejut mendengar pengakuan Gojo lalu kembali bertanya, "Kau menyerang warga sipil? Cepat jelaskan apa maksudnya ini?!"

Gojo tak ada pilihan lain selain menceritakan semua kejadian kemarin,  dirinya tetap merasa benar karena dia melakukan itu demi melindungi kekasihnya.
"Tch, harusnya kalian lebih bersyukur karena aku tak membunuh si bajingan itu."
Begitu pikirnya dalam hati.

————————————————————

"Mm, ibu, ini apa?" tanya Utahime penasaran melihat sebuah bungkusan rapi yang ada di atas meja.

Ibu Utahime yang sedang mencuci piring menunda pekerjaannya, berjalan mendekati Utahime lalu berkata, "Itu kotak makan."
"Bawa kotak makan ini ke tempat pacarmu dan makanlah bersamanya, kau belum makan malam kan? Dan juga, ibu tak keberatan jika kau juga menginap disana," ucap sang ibu sambil melontarkan senyum.

Utahime melihat raut wajah sang ibu, tergambar senyum memang namun dia tak yakin apakah senyum yang terlontar adalah sebuah ketulusan.

"Ibu, apakah ibu menyetujui hubunganku dengan Gojo?"

Seketika senyum sang ibu pudar mendengar pertanyaan putri semata wayangnya.

"Tidak juga. Ibu masih berharap kau tidak memiliki hubungan spesial dengan jutsushi. Kotak makan ini tak ada hubungannya dengan ibu setuju atau tidak, tapi anggap saja itu wujud terima kasih karena dia sudah menyelamatkanmu."

Setelah menjawab pertanyaan sang putri, ibu kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Melihat ekspresi ibunya, lalu menatap bungkusan kotak makan yang beliau siapkan, Utahime merasa sedih, namun satu hal yang dia sependapat dengan ibunya bahwa dia harus membayar hutang nyawanya pada Gojo—pria yang sudah menyelamatkannya tempo hari.

Ding Dong

Suara bel rumah Gojo berbunyi, segera pria itu menuju pintu untuk melihat siapa yang datang mengunjunginya di malam hari.

"Oh, Utahime? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Gojo pada wanita di depannya yang tak lain adalah pacarnya sendiri.

"Ini makan malam dari ibuku, dia bilang ini untuk kita makan bersama," jawab Utahime tanpa ekspresi.

Love : WAR ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang