"Loki, ayo mainkan peran, pergi kondangan kita," perintah Tya pada Loki yang masih tertidur di kasurnya dengan selimut yang menutup sampai kepalanya.
"HIH! LOKI ADREATA!" teriak Tya yang kesal sambil menyingkap selimut Loki.
"Anjir, iya elah," Loki yang sebenarnya masih malas akhirnya bangun dan berdiri.
Kini Tya sudah siap dengan gamis batiknya sedang memasang sepatu boots kulit favoritnya.
Tya mengenakan gamis batik berwarna coklat dan jilbab hitam juga sepatu boots hitam. Lengkap dengan tas kecil yang dia selempangkan.
Loki menggunakan kemeja batik lengan panjang yang senada dengan gamis Tya.
Loki mengambil kunci mobilnya dan memasuki mobil lebih dulu, lalu di ikuti oleh Tya.
"Gue gak ngerti kenapa gue harus pura-pura jadi pacar lu sih di kondangan kayak gini," ucap Loki sambil menyalakan mobil.
"Gak ada yang bilang pacar ya, gue cuma minta temenin dan mainkan peran lu," Tya mengelak.
"Peran gue apa Honestya?"
"Terlihat seperti pacar gue, tapi bukan," jelas Tya tak acuh.
"Sama aja geblek," Loki memukul Tya menggunakan kartu tol.
Mereka sudah biasa bermain peran seperti ini di hadapan orang. Entah apa tujuannya, tapi itu sudah menjadi kebiasaan mereka berdua.
Simbiosis Mutualisme katanya.
Jika Tya terlihat dekat dengan Loki, beberapa gadis tidak berani mendekati Loki, begitupun sebaliknya.
Mereka berdua cukup populer di sekolah, dan setiap harinya Loki bisa menerima pernyataan perasaan dari minimal satu gadis. Dan dia lelah untuk menolak.
Jadi dia putuskan untuk membuat perjanjian dengan Tya. Untuk bermain peran di hadapan orang-orang.
Dan pasal kenapa mereka tinggal bersama adalah. "Ngirit," itu kata orang tua Loki, dan Tya menurut saja. Toh dia jadi punya babu, walau di akhir, tetap Tya yang jadi babu.
Mereka hari ini menghadiri pernikahan anak dari teman ayah Tya, Tya datang mewakilkan karena sang ayah masih berada di Surabaya dan tidak bisa datang.
Tya dan Loki sudah bergandengan memasuki aula resepsi, mengisi buku tamu.
Mereka tidak ingin terlalu lama berada di sana, hanya salim dengan pengantin, makan siang rekap dengan pagi, gratis, lalu pulang.
Setelah salam dengan pengantin kini mereka sedang berburu makanan. Bagaimanapun mereka berdua adalah anak rantau yang tidak tinggal dengan orang tua dan sebisa mungkin mengirit, jadi kesempatan seperti ini lumayan di tunggu-tunggu.
Setelah mengambil makanan berat mereka berdua mencari tempat duduk, sialnya hanya ada satu kursi yang tersisa di pojokan aula.
Setelah berdebat akhirnya Tya yang duduk di kursi dan Loki berjongkok di hadapan Tya dan mereka makan bersama.
Dari jauh seseorang memperhatikan mereka. Orang itu adalah Angga. Dia mewakilkan keluarganya untuk datang ke pernikahan kawan sang Papa, bersama Kakaknya.
Tapi sang kakak sedang asyik mengobrol dan Angga hanya diam.
Dia melihat pemandangan itu dari jauh dengan hati yang terasa sesak dan sakit. Pemandangan yang dia tau akan dia lihat suatu hari nanti, yaitu melihat Tya dengan yang lain, tapi dia tidak berfikir bahwa hal itu akan datang secepat ini.
Bagaimanapun Angga tetap Angga, dia merindukan Tya. Walau sesak rasanya, tapi dia tetap mendekati Tya yang sedang makan dan menyapanya.
"Hai," sapa Angga sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Predavam [END√]
RomansCerita tentang seorang pemuda yang jatuh hati pada sapaan pertama