3

720 177 1
                                    

Calisya mendengar suara ribut di ruangan bawah. Dia segera mengikat rambutnya dan ingin segera melihat apa yang sedang terjadi.

"Mama" panggil Tatiana.

"Dengar ya nak, kamu jangan ke bawah. Kamu di kamar si kembar aja ya, main dengan adiknya" ucap Calisya.

"Iya mama tapi sambil minum cucu ya" ucap Tatiana.

"Iya nak" ucap Calisya dan mengantar Tatiana masuk ke kamar Mahendra dan Genendra. Setelah itu Calisya segera menutup pintu kamar dan turun ke bawah.

Dia mendengar ada keributan di ruang kerja eyang kakungnya. Calisya berjalan perlahan dan mulai mendengarkan pembicaraan yang terjadi di dalam ruang kerja Arga.

"Ayah, aku anakmu kan? Kenapa ayah tidak membantuku sekarang?" Tanya Cakra.

"Membantumu? Aku sudah sering membantumu dan kau tidak tahu terima kasih. Sekarang dengan tidak tahu malu kau minta bantuan lagi, dasar anak tidak tahu di untung kau" ucap Arga.

"Tapi ayah, aku anak kandungmu. Ayah sudah seharusnya membantuku" ucap Cakra  tanpa malu.

"Kau menuntut aku membantumu, baik. Aku akan membantumu dan ini terakhir kalinya. Tapi setelah ini kau bukan anakku secara hukum. Pengacara akan mengurus segalanya karena aku akan memutuskan tali hubungan denganmu" ucap Arga tidak terbantahkan dan membuat Cakra terkejut.

Arumi diam, dia sadar ini semua salahnya karena salah mendidik Cakra.

Arga mengambil selembar cek dan memberikannya pada Cakra.
"Ambil ini dan pergi, jangan kembali lagi kemari. Kau bukan anakku lagi, hal ini akan di umumkan secara resmi oleh pengacaraku" ucap Arga dengan marah dan kecewa.

Cakra hanya bisa terdiam dan tangannya bergetar. Ayahnya memutus hubungan kekeluargaan dengannya. Cakra tidak menyangka ayahnya akan semarah ini.

"Ayah, aku anakmu" ucap Cakra lagi

"Pergi kau dari rumahku, bawa cek itu dan menghilang dari hadapan keluargaku dan dari hadapanku" ucap Arga sambil mencengkram kerah baju Cakra.

Cakra hanya bisa terdiam dan dia berjalan gontai meninggalkan ruangan Arga. Dia meninggalkan rumah itu dengan hati kecewa dan hancur. Cakra melihat cek yang ada di tangannya dan dia hanya tersenyum miris. Di cek itu tertulis jumlah yang besar tapi jumlah itu harus dia tukar dengan hal berharga. Dia bukan bagian Hadiningrat lagi sekarang.

Cakra menangis sekaligus tertawa, dia tidak tahu kenapa dia harus seperti itu. Dia tidak tahu harus bersedih atau tertawa.

Calisya yang mengintip dan mendengarkan hanya bisa terdiam. Di dalam ruang kerja eyang kakungnya ada ayah dan bundanya juga yang hanya bisa terdiam. Jika eyang kakungnya sudah mengambil keputusan maka tidak ada yang boleh membantahnya.

Calisya segera naik kembali ke atas dan menuju ke kamar anaknya.

"Mama" panggil si kembar dan Tatiana saat melihat Calisya masuk ke kamar. Calisya terduduk di lantai dan si kembar serta Tatiana segera memeluk dirinya dan mengajak bermain.

"Ndong" ucap Genendra dan naik ke pangkuan Calisya.

"Gak ada gendong ya nak, ayo main dengan Mahendra dan Tatiana" ucap Calisya dan Genendra cemberut kemudian menangis kencang.

Calisya terpaksa menggendongnya dan menenangkannya.
"Jangan rewel nak" ucap Calisya sambil mencium kening Genendra.

Perlahan Genendra malah tertidur di gendongan Calisya dan Calisya membaringkan Genendra ke tempat tidur dengan perlahan.

Mahendra masih asyik bermain dengan Tatiana bahkan mereka sampai teriak-teriak.

"Ssstt mainnya jangan ribut ya nak, dedek Genendra lagi bobo" ucap Calisya dan Mahendra serta Tatiana langsung diam.

Calisya tersenyum melihat mereka dan memberikan mereka ciuman sayangnya.

***
Calisya masuk ke dalam kamarnya setelah memastikan si kembar sudah tidur lelap di kamar mereka.

Calisya melihat Anton sedang membaca buku di atas tempat tidur. Calisya langsung saja duduk di pangkuan Anton dan memeluk Anton manja.

"Ada apa ini dek?" Tanya Anton sambil tersenyum.

"Lelah, ngantuk dan  banyak hal lain" jawab Calisya.

"Ada apa? Si kembar dan Tatiana baik-baik aja kan? Lagipula ada yang membantu kau jika mereka terlalu rewel kan?" Tanya Anton.

"Mereka ada pengasuh yang membantu aku menjaga mereka dan tidak ada masalah untuk itu. Hanya saja aku tadi mendengar percakapan eyang kakung dan om Cakra. Om Cakra datang kembali dan meminta bantuan eyang tapi eyang marah besar. Eyang memang membantunya tapi eyang juga memutuskan hubungan kekeluargaan dengannya secara hukum" ucap Calisya.

Anton hanya diam, dia kenal sifat eyang kakungnya jadi tidak akan heran jika eyang kakungnya itu mengambil keputusan seperti itu.

"Dek, jangan kau pikirkan. Itu urusan eyang kakung dan pasti eyang kakung sudah memikirkan semua sebelum mengambil keputusan itu. Kita jangan menambah beban beliau lagi jadi sebisa mungkin kau jangan bertanya atau menyinggung masalah ini di hadapan eyang kakung" ucap Anton.

"Baiklah masku sayang, malam ini bobonya peluk aku terus ya mas. Aku kangen kamu seharian ini" ucap Calisya manja.

"Iya dek, bobo sekarang?" Tanya Anton.

"Ayo, aku ngantuk mas" ucap Calisya sambil berbaring di samping Anton.

Anton memeluk tubuh istrinya dari belakang. Mengecup leher dan pundak istrinya. Tangan Anton aktif mengelus perut Calisya yang mulai membuncit di kehamilan keduanya ini.

"Kapan kontrol kandungan lagi sayang?" Tanya Anton.

"Minggu depan, mas Bagas dan Sinta baru akan kembali dari luar kota dalam tiga hari ini" jawab Calisya.

"Ya udah". Anton terus mengelus perut Calisya sampai Calisya tertidur.

"Mas mencintaimu kamu sayang, selamanya" bisik Anton dan Anton mencium pipi Calisya lembut.

Anton kemudian jatuh tertidur bersama Calisya sambil terus memeluk Calisya erat. Bahkan di kehamilan Calisya kali ini, Anton lebih siaga. Setiap Calisya bergerak dalam pelukannya maka dia akan terbangun untuk memastikan apa yang sedang Calisya lakukan. Anton hanya ingin memastikan keadaan Calisya baik-baik saja.

---&---

Cinta Tanpa Batas 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang