Tatiana cemberut karena di hari pertama dia masuk taman kanak-kanak, Calisya tidak bisa menemaninya.
"Udah nak jangan cemberut, papa kan ada untuk menemani kamu." Ucap Darma sambil mengelus rambut anaknya itu"Mau ada mama juga" pekik Tatiana
"Mama harus urusin adik kembar, dengan papa aja ya" bujuk Darma.
"Gak mau, maunya sama mama juga" rengek Tatiana.
"Nak" panggil Calisya.
"Ma, temani Tatiana ya". Tatiana menatap Calisya dengan tatapan polosnya. Siapa yang akan tahan di tatap seperti itu. Calisya langsung luluh dan dia tersenyum pada Tatiana.
"Ya udah mama akan temani Tatiana, jangan nangis lagi ya" ucap Calisya.
Dia ingat dulu ketika pertama kali masuk sekolah, dia sendirian dan dia tidak mau Tatiana merasakan itu."Asyik, mama akan temani Tatiana" ucap Tatiana sambil bersorak.
Darma yang melihat itu hanya tersenyum. Anaknya begitu dekat dengan Calisya. Darma tidak menyangka bahwa wanita yang pernah dia sakiti dulu ternyata sangat sayang pada anaknya.
"Ayo ma, kita pelgi" ajak Tatiana.
"Ayo".
"Gimana dengan si kembar?" Tanya Darma.
"Aku akan menjaga si kembar, tenang saja" ucap Anton sambil menggandeng si kembar.
"Terima kasih, Sya" ucap Darma.
Calisya masuk ke dalam mobil bersama Tatiana, di susul oleh Darma. Darma kemudian melajukan mobilnya meninggalkan rumah. Tatiana dan Calisya melambai ke arah Anton dari jendela.
"Senang sekali anak papa" ucap Darma sambil melirik ke arah Calisya dan Tatiana.
"Iya pa, aku senang" ucap Tatiana.
"Gak usah cengegesan ya, ini demi Tatiana" ucap Calisya.
"Sinis terus, gak capek ya Sya. Santailah sedikit" goda Darma.
"Santai dengan kau? Gak sudi" ucap Calisya
"Ma, sinis itu apa?" Tanya Tatiana.
"Jawab Sya, tuh anak kamu nanya. Makanya jadi orang jangan suka begitu". Darma semakin membuat Calisya kesal.
"Sinis itu bercanda nak" jawab Calisya.
Mendengar jawaban Calisya, Darma menjadi tertawa dan Calisya memberikan lirikan tajam pada Darma.
Mobil Darma akhirnya sampai di sekolah Tatiana. Darma segera membuka pintu mobil untuk Calisya dan Tatiana.
"Pelan-pelan" ucap Darma mengingat Calisya lagi hamil.
Calisya menggandeng tangan Tatiana menuju ke ruang kelasnya. Di sana sudah ramai teman-teman Tatiana dan ada juga beberapa orang tua murid yang menunggu anak mereka.
Seorang wanita berjalan menuju ke kelas. Darma melihat wanita itu dan dia terkejut karena ternyata Maharani yang menjadi guru Tatiana.
"Anak-anak, kita berbaris" ucap Maharani.
Maharani melihat Darma dan dia cukup terkejut. Sudah cukup lama dia tidak bertemu Darma setelah kejadian waktu itu. Maharani melihat ke arah Tatiana yang selalu menempel pada seorang wanita yang sedang hamil dan Maharani yakin bahwa wanita itu adalah istri Darma, ibu dari Tatiana.
"Ayo nak berbaris" ucap Calisya pada Tatiana.
"Iya ma". Tatiana berbaris bersama teman-temannya dan masuk ke dalam ruang kelas.
Calisya dan Darma menunggu tidak jauh dari ruang kelas Tatiana.
"Kau sudah mencoba memberitahu Tatiana?" Tanya Calisya.
"Perihal apa?" Tanya Darma balik.
"Mamanya, kau tidak bisa menunda terus. Dia sekarang sudah sekolah, akan ada teman-temannya yang bertanya dan setahu aku, ibu-ibu suka ingin tahu" ucap Calisya.
"Apa hubungannya dengan ibu-ibu?" Tanya Darma lagi.
"Otak lemot" gerutu Calisya dan Darma hanya tertawa.
"Gini ya pak dokter, kalau teman Tatiana bertanya siapa mamanya dan dia pasti menjawab bahwa aku mamanya. Jika ibu-ibu yang lagi nungguin anaknya itu mungkin ada yang kenal atau sekedar mencari tahu tentang orang tua Tatiana maka mereka akan tahu bahwa kau duda. Mereka akan bicara di belakang dan berkata bahwa aku bukan mama Tatiana dan jika Tatiana mendengarnya dia akan sedih. Tapi jika kau sudah bilang pada Tatiana bahwa mamanya sudah meninggal maka dia akan bisa menjawab bahwa mamanya sudah meninggal" ucap Calisya"Ibu-ibu itu gak mungkin bicara seperti itu di depan Tatiana" ucap Darma.
Calisya kesal dan dia menjitak kepala Darma membuat Darma cemberut.
"Mereka akan bicara dengan anak-anak mereka dan anak-anak mereka akan membuli Tatiana. Pikirkan itu Darma, aku gak mau melihat Tatiana sedih" ucap Calisya.Darma terdiam, jika sampai anaknya terbuli, dia juga akan merasa sedih. Bulian bisa membuat mental anaknya jatuh dan bersedih berkepanjangan. Merusak mentalnya dan akan berpengaruh pada masa depan Tatiana.
"Aku akan mencoba berbicara dengan Tatiana" ucap Darma.
"Perlahan beri dia pengertian" ucap Calisya.
Tiga jam kemudian, kelas bubar dan Tatiana bisa pulang. Dia berlari keluar kelas mencari mama dan papanya.
"Mama" pekiknya sambil memeluk Calisya.
"Aduh anak mama, udah selesai ya sekolahnya. Capek gak nak?" Tanya Calisya.
"Capek tapi senang. Ma , Tatiana haus mau minum cucu" ucapnya.
"Ya udah, ini botolnya". Calisya mengambil botol dari dalam tas miliknya dan memberikannya pada Tatiana.
Tatiana segera meminum susunya karena dia sudah terlalu haus.
"Bu Maharani" panggil Darma saat melihat Maharani melintas.
"Dokter" ucap Maharani canggung.
Calisya hanya memperhatikan Darma saat dia berbicara dengan Maharani.
"Saya tidak menyangka anak dokter bersekolah di sini" ucap Maharani.
"Ya, saya juga tidak menyangka anda menjadi guru, putri saya".
"Pantas aja Tatiana cantik, ternyata mamanya juga cantik" ucap Maharani.
"Ma, bu gulu ini onti cantik yang bicala sama papa di mall" ucap Tatiana tiba-tiba.
Maharani panik, takut Calisya salah paham karena dia menyangka Calisya adalah istri Darma.
"Saya hanya kebetulan bertemu dokter di sana,bu" ucap Maharani.
"Gak apa" ucap Calisya sambil tersenyum. Dia tahu Maharani pasti sudah salah paham.
Darma juga jadinya tidak enak hati karena dia juga sadar bahwa Maharani sudah salah paham.
"Ayo pulang ma, Tatiana ngantuk".
"Iya nak, ayo" ucap Calisya.
"Permisi bu guru" ucap Calisya
"Hati-hati ya bu, Tatiana juga ya" ucap Maharani ramah.
Calisya dan Tatiana masuk ke dalam mobil dan Darma menyusul.
"Makanya jujur, mungkin dia jodohmu" ucap Calisya sambil tersenyum. Dia sengaja ingin memanas-manasi Darma.
"Diam aja" ucap Darma kesal.
"Papa, jangan marah mama ya" bela Tatiana.
"Gak kok nak, papa gak marahin mama" ucap Darma pelan.
"Lihat aja, anak kamu bela aku" ucap Calisya dengan gaya yang mengesalkan membuat Darma semakin kesal.
"Emang anak kamu si Tatiana itu" gerutu Darma dan Calisya tertawa puas.
---&---
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Batas 3
Romancelanjutan kisah Anton dan Calisya dalam mengarungi rumah tangga mereka. Bagaimana mereka menjalani pernikahan dengan berbagai macam konflik di dalam keluarga?