BAB 2

12 3 3
                                    

"Halo pa?" Vero memulai percakapan ketika teleponnya terhubung dengan papa nya di sebrang sana. " Ada apa Ver? kan mama udah bilang jangan ganggu papa kamu dulu." Yang menjawab ternyata Mama tentu saja. Papa pasti masih istirahat sekarang.

"Ma, Vero mau minta tolong boleh? bisa gak bawain buku Biologi Vero yang dikamar? yang sampulnya warna hijau Ma." Ucap Vero. Walaupun dirinya ragu Mama nya bisa melakukannya.

"Gak bisa Ver, kamu tau sendiri kan Mama itu gak bisa bawa motor sama mobil?" 

"Papa gimana? ini penting banget buat Vero soalnya Ma."

"Udah berapa kali Mama bilang, Papa kamu capek habis dinas dari keluar kota! kalau penting buat kamu kenapa gak disiapin dari awal, cek barang-barangnya biar gak ada yang ketinggalan dong!" Dari sebrang sana, Sarah meninggikan suaranya. Sedikit emosi dan jengkel pada anak laki-lakinya itu.

"Kok Mama jadi marah ke Vero sih. Yaudah kalau gak bisa. Nyesel Vero minta tolong sama orang rumah kalau gini." Vero memutus sambungan telepon secara sepihak tanpa mendengar kembali jawaban dari Mama nya itu. Entah akan bagaimana nasib tugasnya, Vero menyerah. Vero akan mempersiapkan dirinya untuk diceramahi Bu Eka karena tidak membawa tugasnya. 

Dan skenario terburuknya adalah mungkin dia akan disuruh membersihkan semua toilet cowok disekolahnya. Membayangkannya saja sudah membuat Vero lelah.

"Gimana Ver? bisa?" Tyas menepuk bahu Vero pelan. Memastikan temannya tentu saja.

" Gak bisa Ty, nyerah gue. Orang rumah pada gak bisa semua. Siap-siap aja gue diceramahin panjang lebar sama Bu Eka." Vero mengacak-ngacak rambutnya frustasi. "Gue bolos aja kali ya?" Baru saja Vero berucap demikian, tangan Tyas sudah menjewer telinga kanannya.

"Tyas, sakit woy. apaan sih!" Vero berusaha melepaskan jeweran Tyas dari dirinya. " Lo kalau mau bolos ngotak. Nilai biologi lo udah jeblok juga." Tyas melepaskan jewerannya. Vero meringis kesakitan. 

"Ver, lo bawa motor kan?" Tyas tiba-tiba bertanya

"Bawa, diparkir di tempat biasa. kenapa?" Jawab Vero sambil masih mengusap telinga nya. " Lo bisa kali keluar terus balik ke rumah ambil tuh buku. Masih 2 mapel lagi kan?" Tyas mengingatkan kembali. Vero terdiam. " Oh iya ya. Ah elah. Kalau gitu gue harus buru-buru nih." Vero dengan sigap berjalan cepat.

"Eh, lewatin Pak Kosim gimana cuy? kan gak bisa izin keluar dari sekolah." Tyas menahan. " Ada jalur lain kok. Dah, gue cabut dulu ya Ty." Vero melepas tangan Tyas yang menahannya lalu berlari meninggalkan Tyas. Tujuannya kini adalah lubang di benteng belakang sekolahnya. 

Di jam istirahat seperti ini, biasanya bagian belakang sekolah sepi karena kebanyakan guru dan murid lebih banyak menghabiskan waktunya di kantin atau di kelas. atau dimanapun itu. Jarang-jarang ada yang ke bagian belakang sekolah.

Sesampainya disana, Vero melihat sekitar. Merasa aman, Vero lalu keluar melalui lubang disana dan bergegas menaiki motornya tak jauh dari area sekolahnya berada. Dan beberapa menit kemudian motor yang dikendarai Vero sudah melesat ke jalanan.

Di rumah, ketika Vero sampai di depan pintu utama rumahnya, pintunya terkunci. Padahal Vero dalam kondisi buru-buru. Vero mengetuk-ngetuk pelan pintu rumahnya tapi tidak ada jawaban. Bukankah Papa nya sedang beristirahat di dalam? kenapa tidak membuka kan pintu? lalu Mama kemana? pertanyaan itu terus berulang kali berputar di pikiran Vero.

"Maa, Paa. Ini Vero. bukain pintunya dong!" Teriak Vero sambil masih berusaha mengetuk-ngetuk pintu. Nihil, Vero memutuskan menelepon Mama nya di sebrang sana. Lama Vero berusaha menyambungkan telepon dengan Mamanya tapi tidak ada jawaban dari sana.

Kini tinggal setengah jam lagi sampai Mata pelajaran biologi tiba. Vero masih diam di depan pintu rumahnya. Entah apa yang harus dia lakukan sekarang. Kalau dia kembali ke sekolah sekarang, sudah dipastikan ketika sesampainya dia disana mata pelajaran biologi sudah dimulai. Karena jarak dari rumahnya ke sekolah agak jauh dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Tidak seperti rumah Jerry ke sekolah yang hanya beberapa blok dari rumahnya.

Lama menunggu, Vero akhirnya memutuskan untuk kembali ke sekolah tanpa membawa apa-apa. Vero akan mempersiapkan diri untuk diceramahi oleh Bu Eka karena tidak membawa tugas. Tapi setidaknya Vero sudah berusaha kan untuk mendapatkan tugasnya. 

Vero kembali memarkirkan motornya di minimarket seperti semula. Sesaat hendak akan berjalan menuju  benteng belakang sekolah, Vero mengeluarkan hape nya dan meninggalkan pesan untuk Mama nya.

"Ma, kalau mama baca pesan Vero, tolong bawain tugas biologi Vero di kamar ya. Yang sampulnya hijau." 

Vero berharap besar Mama nya akan membaca pesannya dengan segera. dan Vero berharap juga Mama nya akan dengan tepat waktu mengantarnya. Vero kembali berjalan melalui lubang di benteng belakang sekolah nya. Berjalan dengan lunglai sambil sesekali mengecek apa Mama nya sudah membaca atau membalas pesannya saat dirinya dalam perjalanan ke kelas.

...

"Jadi kamu tidak mengerjakan tugas dari saya?" Bu Eka membenarkan kacamatanya yang menurun. Melihat dengan dingin muridnya yang tidak mengerjakan tugasnya, "Buku saya ketinggalan bu." Jawab Vero sembari menunduk. Vero tidak sanggup melihat tatapan maut Bu Eka yang terkenal mematikan dikalangan anak MIPA.

"Alasan klasik. Saya kasih tugas seminggu yang lalu ya. Kalau ada barang bawaan kamu cek lagi biar gak ketinggalan." Ucap Bu Eka. Masih dengan bawaannya yang dingin dan mematikan. Vero terdiam setelah Bu Eka berucap demikian. "Keluar kamu. Bersihin semua toilet anak cowok di lantai tiga ini."

Wajah Vero memelas. " Bu, satu bilik toilet aja gimana?" Bu Eka menjawab dengan tatapan sinis. "Ini anak malah tawar menawar. Cepat pergi dan kerjakan yang saya suruh!" Bentak Bu Eka. Vero dengan cepat pergi meninggalkan kelas. Tidak mau lagi berurusan atau malahan tawar-menawar dengan Bu Eka.

Dan beginilah keadaan Vero sekarang. Menyikat toilet dengan terpaksa. kalau kalian bisa membayangkan toilet di sekolah Vero seperti apa. Kalian bisa muntah mencium aroma harum semerbak khas nya.

Triring~ Triring~

Hape Vero berdering. Membuat Vero menghentikan sejenak kegiatannya. Telepon dari Mama.

"Iya Ma? kenapa?" 

"Kamu masih di sekolah?" Tanya mamanya dari seberang sana

"Ya masih lah Ma. Masa enggak. kenapa?"

"Mama sama Papa habis dari sekolahan Mikaela. Mama niatnya mau turunin Mikaela di sekolahan kamu. Mama ada perlu soalnya sama Papa. Jam pulang kamu tinggal beberapa menit lagi kan?"

"Iya. Jam pulang Vero tinggal beberapa menit lagi. Cuman Vero bakal pulang telat. Disuruh bersihin semua toilet anak cowok dilantai tiga soalnya."

"Ya ampun. Ada apa sampai kamu disuruh begituan?"

"Enggak kenapa-kenapa. Mama habis dari sekolah Mikaela? Mama baca pesan Vero gak?"

"Pesan? Mama gak baca tuh. Mama dari tadi sibuk sama urusan Mikaela dulu."

"Urusan apa?"

"Tugas seni budaya nya buat dimasukin olimpiade ketinggalan. Mama sama Papa jadi harus bawain."

Jleb

Selepas Mama nya berucap demikian, ada perasaan tidak mengenakan muncul dalam diri Vero. Mama nya tidak bisa mengantar tugas miliknya tapi untuk adiknya bisa. Vero berusaha jauh-jauh dari sekolah tapi orangtuanya tidak ada di rumah dan masih sibuk dengan urusan adiknya.

Apa karena Vero anak laki-laki jadi bisa mengatasi masalahnya dan adik nya perempuan? Tapi Vero juga manusia. Vero masih butuh orangtuanya. bahkan untuk hal sepele seperti tugasnya yang tertinggal Vero masih butuh orangtuanya. Mama dan Papa nya.

Be as OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang