19 Februari 2012
"Makasih udah nemuin topi adik gue Jer." Ucap Vero berterimakasih sambil memasang senyum diwajahnya. Kini kehadiran Jerry sudah tidak mengusiknya lagi, bahkan beberapa hari kebelakangan Jerry dan dirinya sudah akrab seperti teman sungguhan.
Jerry yang senang bermain dan menunjukkan hal-hal tersembunyi di cafe dan Vero yang membantunya belajar karena ketertinggalan Jerry di kelas nya. Sungguh perpaduan yang sempurna.
"Makasih juga udah bantu gue belajar ya Ver. Gue gak bisa kalau dijelasin sama guru." Jerry berbalik berterima kasih. Jerry lalu beralih menatap adik Vero. "Selama ini gue belum tau nama lengkap adik lo. El? Elduardo atau apa dah?"
"Mikaela Jer. Ya kali Eduardo. Lo kira adik gue cowok apa."
Tidak lama, Om Ferdi-Papa Jerry sekaligus pemilik dan yang menjaga cafe datang sambil membawa senampan makanan ringan yang cukup banyak. Vero menerima nya dengan perasaan sedikit tidak enak.
"Maaf nih Om jadi ngerepotin." Ucap Vero sambil memasang raut wajah sungkan nya. Ferdi menjawab dengan tawa kecil yang renyah, "Udah gak apa-apa. Akrab-akrab ya sama anak om. Kasian dia di sekolah."
"Pa, gak usah cerita-cerita deh diem aja." Jerry mulai sedikit jengkel dengan sikap Papa nya. "Oke-oke, kalau gitu Om ke belakang lagi ya Ver. Akrab-akrab lah kalian." Ferdi kemudian pergi meninggalkan mereka.
"Lo kenapa Jer disekolah? kesusahan belajar? gue bisa bantu ajarin kok." Vero bertanya dengan sedikit cemas pada teman baru nya itu.
"enggak gue cu-" Belum sempat Jerry menyelesaikan omongannya tiba-tiba hape nya berdering-ada telepon masuk untuk nya. Buru-buru Jerry menjawab telepon tersebut. "Halo? lo udah dimana?" Jerry bertanya pada seseorang disebrang sana.
Vero lalu fokus pada adiknya yang sibuk menyisir rambut boneka kesayangannya sambil menunggu Jerry menyelesaikan omongan dan juga teleponnya. Tidak lama Jerry selesai dengan urusannya dan langsung dengan buru-buru berdiri dari duduknya.
"Lo mau kemana Jer?" Tanya Vero yang melihat temannya yang terburu-buru oleh sesuatu.
"Gue mau ketemu sama sodara gue ver. Dia lagi dibandara mau dijemput sama bokap. Gue sekalian ikut." Ucap jerry
"Lah gue sendirian di cafe lo nih? gak apa-apa?"
"Dih geer. ada nyokap di dapur. Nanti nunggu di depan kok tenang aja. udah dulu ya." Jerry dengan tergesa-gesa bergegas pergi meninggalkan Vero dan adiknya begitu saja.
Dari duduk nya Vero kemudian melihat Ferdi dan Jerry menaiki mobil sedan berwarna hijau lumut yang selalu terparkir di depan cafe mereka. Dan seperdetik kemudian mobil itu hilang dari pandangan.
Seperginya Jerry, terasa suasana sunyi di cafe ini. Hari ini cafe sedang sepi pengunjung, hanya ada Vero dan beberapa orang saja yang duduknya berjarak beberapa meter dari Vero. Tidak tahu ingin apa, Vero lalu menatap adiknya, "El, mau main boneka sama kakak?" Vero menawarkan dirinya. Yang kemudian dijawab dengan anggukan dari adiknya.
"Sang monster akan memakan tuan putri amm." Vero mengarahkan boneka monster kecil nan imutnya pada boneka Dolly kesayangan Mikaela seolah-olah sedang diterkam. Mikaela tertawa sambil berusaha melepas boneka monster dari boneka miliknya. Mereka asik bermain boneka-bonekaan.
Saat asik-asiknya mereka bermain, seorang ibu paruh baya duduk di hadapan Vero. "Astagfirullah. Maaf ada perlu apa ya tan?" Vero mengelus dada nya karena kaget dengan sosok dihadapannya yang muncul tiba-tiba.
"Tante mama nya Jerry. Boleh ngobrol sebentar?" Halini-Mama Jerry menatap sendu pada Vero. Vero hanya bisa mengangguk canggung. Mempersilahkan Halini untuk mengobrol dengannya. "Boleh tante."
"Tolong akrab dengan anak tante ya. Jadi teman yang baik juga untuk Jerry. Anak tante baik kok." Lagi, dirinya disuruh untuk akrab dengan Jerry. Tentu saja hal itu sudah jelas. Vero akrab dengan Jerry karena mereka membutuhkan satu sama lain. Jerry membutuhkan Vero untuk membantunya belajar-Vero membutuhkan Jerry sekali-kali kalau dirinya sibuk dengan aktivitasnya membaca buku dan tidak bisa menjaga adiknya.
"Akrab kok tante. Saya juga tau Jerry anak yang baik-baik. Kalau gak baik gak mungkin saya minta dia buat jaga adik saya kalau saya gak bisa."
"Tante gak apa-apa?" Vero bertanya ketika melihat Halini mengelus dadanya pelan seperti menahan sakit akan sesuatu. Tiba-tiba air mata Halini tumpah. Dia sudah tidak bisa menahan rasa sakit nya ini.
"Kalau Tante boleh jujur, sebenernya tante pengen kasih tahu kamu sesuatu, cuma biar Jerry aja yang cerita sendiri ya nak Vero." Halini mengusap air matanya. "Pokoknya, akrab-akrab ya sama anak tante. Tante pergi ke belakang dulu ya." Halini kemudian melesat pergi. Meninggalkan tanda tanya untuk Vero.
"Hey. Serius amat bang." Seseorang menepuk bahu Vero pelan ketika dirinya melamun memikirkan apa yang terjadi pada Mama nya Jerry. "Eh lo udah balik?" Tanya Vero pada sang penepuk bahu yang ternyata adalah Jerry.
"Eh iya kenalin sepupu gue, Selly." Jerry memperlihatkan seseorang dibelakangnya. Seorang anak perempuan yang seumuran dengan mereka. Berambut blonde ikal sebahu dengan atasan polos putih dan bawahan jeans serta sepatu berwarna senada.
"Selly." Perempuan itu-Selly mengulurkan tangannya.
"Vero." Vero membalas uluran tangan itu.
"Ganteng ya, mirip di foto." Celetuk Selly tiba-tiba.
"Maksud lo?" tanya Vero heran.
Jerry menutup mulut Selly rapat-rapat dengan kedua tangannya. Berniat membuat Selly diam. Selly memberontak dan melepaskan tangan Jerry dari mulutnya dan mulai memandang Vero dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Lo kenapa ya? gue jadi takut." Vero merinding dengan tatapan Selly yang demikian. Selly tak menggubris dan masih sibuk menilai Vero dengan tatapannya. Rambut Vero yang ikal sedikit berantakan, rahang yang tegas, alis yang tebal dan wajah putih bersih menjadi aspek penilaian Selly. Entah apa tujuannya.
"Udah lama gue gak liat cowok lokal secakep lo. Kelamaan tinggal di LA gue." Ucap Selly memberikan alasannya bersikap seperti itu. Lalu seperdetik kemudian Selly memegang pipi Vero. "Muka lo juga sedikit mirip adik gue si Sammy. Lo inget kan Jer?"
"Sorry, tangan lo bersih gak ya?" Tanya Vero dengan pipi yang mengembung karena tangan Selly.
"Ih, kok lo jadi gemes." Bukannya menjawab Selly malah mengoyak-oyak pipi Vero gemas.
"Oke sekarang lepas tangan lo." Vero mulai kesal dengan kelakuan Selly pada dirinya. Sadar temannya mulai kesal Jerry meminta Selly melepaskan tangannya dari pipi Vero. Selly pun menuruti dan beberapa menit kemudian mereka bertiga sudah duduk dengan rapi.
"Jadi kita seumuran nih? seru dong." Ucap Selly ditengah-tengah percakapan mereka.
"Ya gitu deh Sel. Eh btw lo jadi lanjut SMP di sini kan?" Tanya Jerry sambil sesekali memasukan keripik kentang kdalam mulutnya.
"Jadi. Eh lo sekolah dimana Ver?"
"Mulai deh. Penyakit gatel nya kambuh." Ucap jerry melihat kelakuan sepupunya yang daritadi tidak tahu malu.
Vero yang memandang hape nya menatap kedua temannya itu. "Maaf nih, gue balik dulu ya. Besok-besok gue sering main kesini kayak biasa ya. duluan." Vero bergegas membereskan boneka yang berserakan di bagian ujung meja-dihadapan Mikaela lalu pergi meninggalkan kedua temannya itu. Dan tanpa disadari oleh Vero topi boneka Dolly-boneka kesayangan Mikaela kembali terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be as One
Teen FictionAda yang bilang keluarga itu satu kesatuan utuh. tempat pulang dan kembali kita dari dunia yang bikin kita jenuh dan terpuruk. Tapi bagi Vero tidak demikian. Vero sendirian, tidak ada yang bisa mengerti dirinya selain dirinya sendiri. Selalu ada yan...