BAB 10

14 1 0
                                    

"Wih, rumah Kak Icha keren ya Ver." Mata Tyas takjub dengan pemandangan yang dilihatnya sekarang. Tinggal beberapa meter lagi untuk sampai di depan gerbang utama rumah kakak kelas mereka itu. Tapi dari jauh rumah itu sudah terlihat megah nan mewahnya.

Rumah yang dibangun diatas tanah lapangan yang luas dan model rumah yang sedikit terwesternisasi menambah ke estetikan rumah tiga lantai ini.

"Sore, bisa perlihatkan undangannya?" Seorang pria kekar berkulit sawo matang dan suit hitam seperti bodyguard menghadang laju mobil. Rasi buru-buru menunjukkan hape nya pada pria tersebut, "Dikasih undangannya lewat chat, diterima kan?"

"Silahkan mobilnya menepi ke pinggir, jangan menghalangi jalan untuk orang masuk." Pria itu mengadahkan tangannya ke seberangnya. Mengisyaratkan mereka untuk menepi sejenak. Mereka pun menuruti.

"Jadi diterima atau enggak nih?!" Rasi yang mulai naik pitam karena seharusnya tidak perlu serepot ini untuk masuk karena sudah ada undangannya memasang wajah kesal. Alisnya mengernyit.

"Saya akan memastikan kepada yang punya acara. Mohon bersabar." Pria itu mulai menggunakan alat komunikasi yang menempel padanya. Bertanya pada lawan bicaranya disana.

"Silahkan, undangan ini diterima. Kalian boleh masuk." Tak lama pria itu mempersilahkan mobil mereka untuk masuk.

Pekarangan rumah yang luas dengan setiap sudut halaman ditanam pohon-pohon rindang serta bunga-bunga kecil yang ditanam membentuk sebuah taman kecil di setiap pinggir jalan menyambut mereka ketika masuk.

Jerry mengendarai mobil mengikuti tanda jalan yang mengarahkan mereka ke tempat parkir, melewati jalan yang kini dibelakang mereka sudah ada beberapa mobil yang mengantri beriringan untuk menghadiri pesta.

"Kakak kelas kita sekaya apa sih gila banget rumahnya." Tyas masih tidak bisa berhenti takjub.

"Ngepet kali." Ucap Jerry ngawur.

"Sembarangan lo." Rasi menggeplak pundak Jerry keras, "Bokap nya CEO terkenal tau. CEO dari Aditama Group, gatau lo?" Lanjut Rasi sambil menenteng tas kecil nya lalu keluar dari mobil.

"Guys, nanti kita berpencar ya. Prioritasin adek nya Vero dulu. Kalau kalian liat awasi dari jauh. Kalau udah selesai urusannya langsung kumpul ke mobil." Rasi menginstruksikan apa yang harus dilakukan oleh mereka.

"Gue bisa jagain adek gue. Lo pada nyantai aja kali party-an juga gapapa." Ucap Vero menolak instruksi Rasi. Dia tidak ingin membebani teman-temannya dengan urusan pribadi miliknya.

"Eh-eh, gabisa gitu. Bareng-bareng pokoknya. Kita bakal bantu lo sebisa mungkin Ver." Tyas meyakinkan. Vero sedikit ragu.

"Nih bocah, udah nurut aja kali." Jerry merangkul keras Vero sampai hampir terjatuh. Menekankan bahwa Vero harus mengikuti keinginan mereka sore ini.

"Dah-dah. Ayo ke party nya." Tyas memimpin jalan yang kemudian disusul Rasi disampingnya. Kini mereka dalam perjalanan menuju pintu masuk utama yang sedikit jauh dari tempat parkir berada.

Suasana megah menyambut mereka ketika baru tiba di jalur depan pintu masuk. Kain-kain yang digantung menjuntai berwarna merah pekat serta ditengah-tengahnya diletakkan bunga aster dan karpet merah yang digelar sepanjang pintu masuk menambah kemegahan acara ini.

Dan jangan lupakan air mancur cokelat yang ditaruh di tengah-tengah ruangan. Juga kue berukuran raksasa berwarna ungu muda yang tak jauh dari air mancur berada menyambut mereka ketika masuk.

"Ih gila, megah banget ini Ras." Tyas kembali takjub dengan apa yang dia lihat sekarang. Belum cukup dengan takjubnya yang tadi.

"Guys, sapa Kak Icha dulu yuk." Rasi mengajak teman-temannya. Menunjuk Kak Icha yang sedang duduk manis di atas panggung bersalaman dengan tamu yang hadir.

"Kakk, met ultah. Wish you all the best ya!" Rasi memeluk manja serta mencium kedua pipi Kak Icha secara bergantian dengan lembut setibanya disana. Yang lain hanya mengikuti dengan memberi salaman tangan yang ramah.

"Oh ini temen temen lo Ras? Ini siapa namanya nih?" Kak Icha tiba-tiba memegang tangan Vero. Entah kenapa tiba-tiba dia berinisiatif memegangnya seperti itu.

"Cielah, Vero ini kak. Kenapa?"

"Mirip mantan gue. Tapi lebih cakepan ini." Ucap Kak Icha. Membuat Vero semakin kebingungan.

"Ya elah, Raka maksud Kak Icha?"

"Iya si Raka. Eh lo bisa gak sih gak usah pake embel embel 'kak'? Caca aja panggilnya kek biasa napa sih. Gue gak setua itu sampe dipanggil kakak tau." Rasi tertawa mendengar ucapan Kak Icha kemudian mengganggukan kepalanya. "Sorry-sorry, udah kebiasaan di sekolah soalnya Ca."

"Sorry, gue duluan ya." Vero melepas genggaman tangan Icha kemudian berjalan menuruni panggung. Kini dia berniat mencari adiknya di rumah sebesar ini. Jerry mengekor dibelakangnya. Sedangkan Tyas mengekori Rasi, ikut nimbrung mengobrol dengan Icha yang lama kelamaan obrolan mereka menyambung satu sama lain.

Triring~ Triring~

Saku celana Vero bergetar. Menandakan ada panggilan masuk dari hape nya. Sambil berjalan tergesa-gesa Vero mengangkat panggilan itu yang ternyata dari mama nya.

"Halo kenapa ma?" Tanya Vero saat dirinya terhubung dengan mama nya di sebrang sana.

"Kamu sama Mikaela kemana? Kalian lagi bareng kan? Ini kok rumah pada kosong pas Mama Papa pulang?

"Vero sama El ada acara party temen Vero Ma jadi pulangnya agak larut nanti. El juga sekarang ada di samping Vero nih." Ucap Vero berbohong. Dia tidak sedang bersama adik nya dan tidak mau membuat mama nya khawatir akan itu.

"Ya sudah, inget, jangan macem-macem disana dan jaga adik kamu ya." Sarah mewanti-wanti. Vero menjawab, "iya" Singkat lalu menutup telepon. Memutuskan sambungan dengan Mama nya.

Kini fokusnya kembali untuk mencari Mikaela. Di antara lautan manusia yang sekarang dia lewati, dia tidak melihat sosok adiknya dimana pun.

"Jer, gue mau ketempat yang sepi dibelakang, mungkin adek gue disana lagi berduaan ama temennya." Vero menengok kebelakang setelah berhasil melewati lautan manusia itu, tapi tidak ada Jerry disana.

Sepertinya dia terpisah dengannya ketika berusaha melewati lautan manusia tadi. Tanpa berpikir panjang Vero berjalan menuju pekarangan belakang rumah meninggalkan Jerry di dalam lautan manusia itu sendirian.

"Sorry Jer, gue duluan ke halaman belakangn. Lo bisa nyusul kalo mau"

Vero mengirim sebuah pesan singkat pada Jerry sebelum dia kembali melanjutkan perjalanannya.

Be as OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang