BAB 4

15 2 5
                                    

Vero sudah duduk rapi di meja belajarnya sambil melirik jam tangan yang sudah dia pasang di pergelangan tangan kanannya. Jam menunjukkan pukul enam pagi. Tidak seperti kemarin, Vero sekarang punya waktu yang cukup dan tidak terlambat untuk pergi ke sekolah. Dengan santai dia berjalan turun ke lantai bawah dimana Mama nya sudah asik di dapur-Memasak sesuatu untuk sarapan. Mikaela dan Papanya belum terlihat di jam segini.

"Sarapan apa nih Ma sekarang?" Tanya Vero seraya menarik kursi lalu duduk.  Mama nya menengok, "Sudah bangun? eh kok udah rapi aja kamu?" Sarah memasang wajah terkejut. Jarang-jarang anak laki-laki nya ini sudah rapi di jam segini. Biasanya masih tertidur atau masih mandi. "Mama masak bubur kacang hijau nih." Lanjut Mama nya.

Tidak lama, Damar- Papa Vero berjalan menghampiri meja makan. Yang kemudian disusul dengan Mikaela dengan seragam khas SMP nya namun dengan wajah yang tidak seceria biasa nya untuk memulai hari. Wajahnya nampak kusut dan sembab seperti habis menangis semalaman. Tapi sepertinya orang tuanya tidak menyadari hal itu.

"Sarapan apa nih? wangi nya enak kayaknya." Damar menguatkan penciumannya, terlena dengan harum yang sangat semerbak. "Bukan kayaknya lagi mas, pasti enak dong. Orang ini bikinan aku." Balas Sarah. Yang kemudian membawa nampan dengan 4 mangkuk berukuran sedang diatasnya berisi bubur kacang hijau. Mereka lalu menyantap hidangan bersama.

"Pa, hari ini Mikaela ikut papa naik mobil ke sekolah ya." Ucap Mikaela di tengah-tengah sarapan pagi ini.

"Kenapa El? bukan biasanya kamu sama kak Vero?" Tanya Damar. "Hari ini El mau ikut Papa saja. boleh kan? masa enggak boleh?" Tanya Mikaela lagi dengan wajah dan tatapan yang mulai dingin. 

"Ya boleh dong sayang masa gak boleh. Ver, hari ini kamu gak antar Mikaela ke sekolah ya." Vero menjawab dengan anggukan, "Iya Pa." Jawab Vero singkat. Dari dalam hati nya Vero sebenarnya tahu bahwa Mikaela sedang menghindarinya sekarang. Vero berusaha untuk tidak akan ambil pusing atau menghalangi bahkan memaksa Mikaela untuk berangkat bersamanya. Dia tidak ingin adiknya makin membencinya.

"Oh iya El, gimana persiapan olimpiade nya? aman-aman saja kan?" Kini giliran Sarah bertanya. Mama nya memilih topik olimpiade Mikaela untuk dibahas di meja makan sekarang.

"Biasa saja sih Ma. Ya kayak gitu deh. Aman kok. El ngurusin berkas ini-itu nya sama Chiko. Yang ketemu sama Mama di sekolah waktu itu. Anak baik itu loh Ma." Mikaela menekankan kata Chiko dan Baik. Dua elemen yang tidak bisa dibayangkan di pikiran Vero. Mikaela juga sepertinya sengaja agar menarik perhatian kakaknya itu.

"Ma, Vero berangkat dulu. Assalamualaikum." Vero beranjak dari duduknya. meninggalkan sarapannya begitu saja yang masih tersisa beberapa suap lagi hingga habis tak bersisa kemudian mencium punggung tangan kedua orang tuanya dengan secepat kilat.

...

Setibanya di sekolah, sebelum bel masuk mata pelajaran pertama berdering. Vero dan Tyas mendekatkan kursi mereka dengan bangku Jerry yang jaraknya agak jauh dari mereka tanpa kehadiran Rasi yang berbeda kelas dengan mereka.

"Eh, tugas Pak Dor pada udah kan ya?" Celetuk Jerry di tengah-tengah perbincangan asal mereka.

"Gue udah, lo udah kan Ver? awas aja kalo belum lo." Tyas mewanti-wanti. Vero dengan wajah santainya mengeluarkan buku bersampul cokelat dari dalam tas nya dan menunjukkannya pada Tyas. "Udah dong Ty, belajar dari pengalaman kemarin gue."

"Halo guys!" Tiba-tiba dari pintu kelas, Rasi masuk dengan heboh. menghampiri teman-temannya, menarik kursi terdekat- dan ikut bergabung duduk dengan mereka.

"Ras? belum masuk kelas lo?" Tanya Tyas heran. 

"Masih beberapa menit lagi Tyas ya elah. Lagian kita hari ini pulang setengah hari kan?" Jawab Rasi, yang tak lama kemudian teman-temannya itu memasang wajah heran dicampur dengan terkejut. "Lo bilang apa Ras? setengah hari?!" Jerry terbelalak kaget tentu saja. Disaat Tyas dan Vero masih terdiam berusaha meresapi perkataan Rasi.

"Ih percaya deh sama gue. Anak-anak IPS kan banyak intel di ruang guru. Habis dua pelajaran ini kita pulang!" Seru Rasi, kehebohan nya kembali kambuh. 

"Pulang setengah hari Ras? guru-guru pada rapat atau gimana dah?" Tanya Vero

"Iya. Ditambah ada kunjungan apa gitu deh pokoknya." Rasi menjawab dengan wajah sumringah yang masih terpasang jelas di wajahnya.

"Eh, kita nongkrong di Cafe ujung jalan itu yuk. Cafe Teremony." Ajak Jerry tiba-tiba yang kemudian disetujui oleh teman-temannya. 

"Oke, nanti kalian tunggu didepan kelas kalian ya. Gue nyusul kalian nanti kesini." Ucap Rasi karena berbeda kelas dari yang lainnya. " Oke siap Ras. Tenang aja." Tyas mengacungkan jempolnya. Menandakan jawaban ya.

Tidak lama Bel tanda masuk berbunyi. Rasi bersiap-siap beranjak dari duduknya kemudian berjalan keluar meninggalkan teman-temannya itu untuk masuk ke kelasnya. Setelah kepergian Rasi, tidak lama Pak Tidore-Guru Fisika-mata pelajaran pertama masuk sambil menjinjing beberapa buku referensi untuk pengajarannya. Tyas dan Vero buru-buru mengembalikan posisi mereka ke seperti semula masing-masing.

"Baik anak-anak, buka buku paket kalian halaman 80. pelajaran akan bapak dimulai." Ucap Pak Tidore. Pelajaran pun dimulai dengan tenang. Dua jam Kelas MIPA-6 habiskan dengan pelajaran Pak Tidore, kini giliran mata pelajaran kedua-Bahasa Indonesia dengan Bu Tika sebagai pengajar tiba.

Setelah Pak Tidore menyelesaikan mengajarnya dan keluar dari ruangan, beberapa murid beranjak dari bangku mereka untuk sekadar meregangkan badan,bergosip, atau bermain dan bercanda kecil satu sama lain. Yang kemudian kembali hening setibanya Bu Tika di kelas. Dan pelajaran kembali dimulai.

Bel berdering. Tapi tidak seperti biasanya, bel ini berdering tiga kali. Menandakan waktunya murid-murid untuk pulang. Sontak Seluruh kelas heboh membereskan alat-alat sekolah mereka. Bu Tika yang melihat kehebohan di depan matanya kemudian berusaha menenangkan kondisi.

"Anak-anak harap tenang. Ibu mau mengumumkan sesuatu." Ucap Bu Tika. Tapi dihiraukan oleh anak-anak muridnya itu.

"Anak-anak!" Bu Tika meninggikan suara. yang kemudian beberapa detik setelahnya keheningan melanda karena terkejut dengan suara Bu Tika. "Terima kasih untuk perhatiannya. Ibu mau mengumumkan sesuatu."

Vero, Tyas, dan Jerry terdiam. Menatap satu sama lain. Karena mereka tahu pasti apa yang akan Bu Tika katakan dan alasan pulang cepat hari ini. Terimakasih untuk Rasi dan anak-anak IPS disana yang memberikan info.

"Hari ini, kalian pulang cepat karena kami para guru akan mengadakan rapat dan ada kunjungan bapak menteri pendidikan kemari. Harap langsung pulang ke rumah ya." Bu Tika melanjutkan ucapannya sambil mengingatkan para muridnya. Dan kemudian dijawab "Iya bu." dengan serentak sekelas.

Setelah merapikan barang bawaannya, Bu Tika berjalan meninggalkan kelas. Kemudian para murid kembali sibuk dan bersorak ria karena pulang setengah hari adalah hal yang jarang terjadi.

Vero, Tyas, dan Jerry kini menunggu di depan kelas seperti yang diminta Rasi. Beberapa menit kemudian Rasi berlari datang menghampiri mereka. Kini tujuan mereka adalah Cafe di ujung jalan-Cafe Teremony.

Be as OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang