empat

334 97 27
                                    

Happy Reading

Vote dulu ya beb.

Saran kritik?

♡♡♡

Waktu sudah menunjukkan siang hari, artinya bel istirahat kedua akan segera berbunyi. Satu per satu siswa mulai merapikan meja masing-masing. Tak terkecuali Anaya dan Ghea yang sudah siap untuk menyerbu  makanan yang ada di kantin.

"Mau makan apa Nay?" Tanya Ghea dengan tangan yang menopang dagu. Nampak Anaya sedang memikirkan apa yang hendak ia makan nanti. "Pengen soto." Balas Anaya sembari melipat kedua tangannya di meja.

Ghea mengacungkan jempolnya setuju. Dan benar saja, yang ditunggu tunggu akhirnya berbunyi. Semua siswa lari berhamburan satu per satu.

Bambang yang sedari tadi asik bergelut dengan alam bawah sadarpun langsung bangun karena suara bising yang menyelimuti satu sekolah. Dengan mata yang masih sedikit bengkak, ia mengikuti kemana Anaya dan Ghea pergi.

Merasa risih, Ghea menyuruh Anaya mempercepat laju langkahnya. "Cepatan Nay, ada orgil lagi buntutin kita." Ghea menggandeng tangan Anaya lalu berjalan melewati kerumunan siswa yang melintas.

"Kasian Bambang, nasibnya selalu ditolak Ghea tercinta." Ucap Anaya sedikit mendramatisir. Ghea yang kesal langsung melepaskan tangan Anaya lalu pergi begitu saja meninggalkan Anaya.

Anaya hanya menggeleng sambil menunjukkan sebuah ukiran senyum di bibirnya.

Sedangkan Bambang tak pantang menyerah, dirinya terus membuntuti Ghea.

Sesampainya di kantin, mereka bertiga duduk di bangku pojok. Tempat favorit. Ghea dan Bambang duduk berhadapan, sedangkan Anaya duduk di sebelah Ghea.

Tak ada yang bergerak, mereka bertiga saling menatap. Melempar tatapan mata masing-masing. Tak ada yang mau mengalah untuk memesan makanan. Mata Anaya dan Ghea terus menyorot manik hitam milik Bambang. "Ck, gue aja." Bambang berdecak kesal lantas pergi memesan soto.

Setelah mengisi perut, mereka berjalan kembali menuju kelas. Melewati lapangan basket, nampak beberapa siswa sedang bermain bola basket.

Terdapat banyak siswi yang sedang berteriak histeris menatap seorang cowok yang sedang mendribel bola lalu dengan mulus memasukkannya ke dalam ring.

"Angkasa! cakep banget anak orang!"

"Ganteng doang, jadi pacar gue kagak mau!"

"Aaangkasa! Saranghae!"

"Nikmat tuhan manakah yang engkau dustakan!"

"Ya ampun, keringatan aja masih ganteng!"

Kurang lebih begitulah sorakan yang terdengar. Begitu banyak sorakan hingga membuat seisi lapangan sangat berisik.

Saat asik menonton, mata Ghea dan Bambang terbelalak lebar saat melihat sebuah bola melayang menuju arah Anaya yang meneguk air mineral.

Masih tak sadar, Anaya terdiam di tempat, menatap Ghea yang sudah memanggil namanya berulang kali namun tidak terdengar begitu jelas karena teriakan para siswi. Dan tak perlu waktu lama

Bhug.

Sebuah bola basket mendarat lancar di kepala Anaya. Botol yang ditanggannya langsung terlepas, refleks kedua tangannya memegang kepalanya sembari meringis kesakitan.

Anaya mengedarkan pandangan di setiap sudut lapangan, matanya seketika membola saat tahu siapa sang pelaku.

Perlahan Anaya berjalan menuju cowok yang melempar bola mengenai kepalanya. "Hah? Lo lagi?" Bukan, bukan Anaya yang bertanya melainkan cowok itu. Cowok yang merebut paksa bangku Anaya saat di kantin.

Anaya memajang wajah cantik. Mukanya dibuat sekalem mungkin. "Selain ngeselin ternyata lo gatau cara minta maaf?" Dalam hitungan satu detik raut muka Anaya berubah 180º menjadi singa betina yang sedang dingganggu tidur nyenyaknya. Walaupun sifat Anaya cenderung pemalu, tapi jika ada orang yang  mengusiknya sifat bar-barnya akan keluar.

Cowok itu berdecih, menyepelekan perkataan Anaya barusan. "Buat apa gue minta maaf? Ga penting." Ucapnya enteng lalu mengambil bola yang ada dalam dekapan Anaya.

"Ga penting? Dasar brengsek!" Tanya Anaya sedikit berteriak, membuat setiap siswa siswi menatapnya aneh.

Cowok itu mengangkat kedua bahunya acuh. "Gue brengsek? Cewek kayak lo harus di beri pelajaran." Ujarnya kemudian melempar bola ke arah Anaya keras.

Tak terima Anaya balik melempar bola ke arah cowok itu. "Gue tantang lo buat main basket. Kalo gue memang lo harus minta maaf." Tanpa berpikir panjang Anaya mendekatkan tubuhnya ke cowok itu lalu berbisik. "Dan kalo lo kalah, lo bakal jadi babu gue." Bukan Anaya tapi cowok itu yang berbisik lalu menunjukkan senyum miring.

Anaya menatap tajam manik mata milik cowok itu. "Oke, besok lusa disini." Ucapnya yang masih terpaku di tempat. Cowok itu pergi tanpa sepatah kata.

Di sisi lain, Ghea dan Bambang sangat khawatir. Anaya sudah salah telah menantang cowok itu. Tak terbayang bagaimana jadinya nanti kalau sampai ia kalah. Menjadi babu seorang Angkasa. Iya, cowok itu bernama Angkasa Ankara Langit, seorang most wanted sekaligus bad boy cap kakap. Sifatnya yang arogan membuat para kaum hawa sedikit takut untuk mendekatinya, namun tak membuat mereka mengurungkan diri menjadi fans setianya.

Ghea dan Bambang langsung menghampiri Anaya di tengah lapangan. "Nay lo ga papa,kan?" Tanya Ghea risau. "Iya Nay, lo ga papa?" Timpal Bambang.

Anaya menggelengkan kepala mantap, tatapannya beralih pada bola yang tergeletak cantik di tengah luasnya lapangan. "Ga papa kok, ya udah ke kelas yuk." Cicit Anaya mengajak kedua temannya menuju kelas.

Sesampainya di kelas, Ghea terus menerus memberikan serentetan pertanyaan yang membuat Anaya sedikit kewalahan menjawab.

"Tadi lo bisikin apa ke Angkasa?" Kepo Ghea. Anaya terdiam berusaha mencari alasan tepat pada Ghea. Nggak mungkinkan Anaya bilang ke Ghea kalau ia kalah akan menjadi babu Angkasa.

"Oh jadi namanya Angkasa." Anaya mengalihkan pembicaraan. Ghea memutarkan bola matanya malas. "Jawab Nay." sebal Ghea, lalu mencubit lengan Anaya gemas.

"Hm... apa ya gue lupa."

Pasrah, Ghea membiarkan Anaya yang mencari kesibukan agar bisa menghindari pertanyaannya. Tangannya dilipat di atas meja lalu menidurkan kepalanya di atas tangan.

Bel masuk sudah berbunyi, seluruh kelas sedang melakukan proses belajar mengajar. Ghea dan Anaya sedang menyimak materi yang di berikan guru pembimbing.

Bambang? tidak perlu di ragukan lagi. Ia masih asik mengumpulkan mimpi indah bersama Ghea tercintahh.

Bambang oh Bambang, kapan engkau akan berubah? Dasar kebo berkadal ekor buaya.

Eh? Ngomong apasih? Kalian paham? Aku sih enggak. Ga usah dipikirin authornya lagi gaje.

To Be Continued

Follow akun aku yaa.

Follow juga di ig aku @hiildaura


ANGKASANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang