tujuh belas

170 14 1
                                    

Happy Reading💓

🌵🌵🌵

"Plis jangan merem!"

Angkasa sekuat tenaga mencoba agar gadis itu tak kehilangan kesadarannya, ia takut jika kejadian waktu itu akan terulang lagi. Sudut mata Anaya mengeluarkan setetes cairan bening, ia mengigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit yang menjalar dikepalanya.

"Pu-sing.." rintih Anaya terbata-bata karena rasa sakit yang luar biasa.

"Jangan lemah, tahan bentar." Balas Angkasa kasar, sebenarnya saat ini ia yang lebih takut namun ia tak mau satupun yang tahu.

Angkasa sudah tiba diruang uks. Sepi, satu kata yang tepat untuk keadaan di uks saat ini. Tak ada satu orangpun yang berjaga disini.

Angkasa meletakkan Anaya diatas brankar, ia bergegas mencari anggota pmr yang seharusnya berjaga. Nampak dua siswa, dan satu siswi yang sedang asik mengobrol didepan ruang uks.

Shit! Apa mereka tidak melihat Angkasa masuk kedalam uks dengan seorang gadis dengan darah dikepala?

Angkasa geram, ia kembali masuk dan mengambil kursi lipat lalu membantingnya keras dihadapan ketiga orang tadi.

"BUTA MATA LO SEMUA, HAH?!" Bentak Angkasa, membuat ketiga orang tadi kaget dan langsung menundukkan kepala kala tahu siapa yang membanting kursi dihadapan mereka.

"GA GUNA SEMUA, ANJG!" Umpat Angkasa kesal melihat ketiga orang ini masih diam tak berkutik ditempat.

Ketiga anggota mpr segara masuk kedalam uks dan sudah disuguhi pemandangan mengerikan. Mereka bertiga segera mengambil posisi masing-masing.

Angkasa menarik kerah salah satu siswa, menatap tajam seolah memberi peringatan pada siswa itu.

"Lo pengen dia mati disini?!" Tanya Angkasa, rahangnya mengeras seketika.

Siswa itu hanya menelan salivanya kasar sembari menggeleng sebagai jawabannya.

"CEPET PANGGIL AMBULAN, ANJG!"

Siswa itu langsung mengeluarkan handphone dan memanggil ambulan dari klinik terdekat.

Para guru berhamburan untuk mengamankan muridnya. Pak Somad yang mengetahui kondisi Anaya ikut menyusul ke uks.

Kondisi saat ini kacau, semua kalang kabut karena ulah geng Zivos. Geng Zivos berasal dari SMA Nusa Bangsa, sekolah yang selalu bersaing dengan sekolah Angkasa dalam bidang akademik maupun non akademik.

Tak lama, ambulan datang dan Anaya segera dilarikan ke klinik terdekat. Pak Somad sempat melarang Angkasa untuk ikut, tapi bukan Angkasa namanya jika ia menurut begitu saja. Tanpa mendengarkan perkataan pak Somad, ia langsung ikut masuk ke dalam ambulans.

Kedua orangtua Anaya juga sudah dihubungi pihak sekolah. Ghea, Mitha, dan Bambang bersikukuh untuk menyusul Anaya menggunakan kendaraan pribadi, akhirnya diijinkan oleh kepala sekolah.

"Ngebut dong! Lelet amat sih" Omel Ghea, saat ini mereka bertiga Ghea, Bambang, Mitha menyusul Anaya menggunakan mobil Bambang.

Bambang mendengus kesal, cewek disampingnya ini sangat berisik membuatnya tak bisa fokus menyetir. Sedangkan Mitha yang duduk di jok belakang hanya diam fokus pada jalan.

ANGKASANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang