EPISODE 06

41 34 13
                                    

' SIMULASI '

.
.
.


GRAAAAAH

"Lari! Cepat lari!"

Virus zombie cepat sekali menyebar, hanya dalam waktu hitungan menit dan detik virus itu sudah menginfeksi orang orang. Teriakan ketakutan semua orang jelas terdengar di langit malam yang gelap dan lembab, mereka semuanya berlari ke segala arah menyelamatkan diri dari kejaran para zombie.

Aku, Teo dan dua orang teman sekelas ku berlari kearah jalan raya yang basah karena air hujan. Berlari sekuat tenaga menjauh dari para kanibal yang lapar.

Pandangan ku teralihkan ke tiga orang yang berlari tepat didepan ku, keningku berkerut mencoba berpikir cepat.

Sangat tidak terduga dari arah samping kami zombie muncul dan menerkam dua teman sekelas ku didepan, belum sempat aku bereaksi zombie yang ada dibelakang langsung menerkam ku dan Matteo, semua orang berteriak, terkejut. Zombie-zombie yang lain datang dan mulai menggigit kami, tubuhku membeku tidak bisa bergerak menatap orang orang yang aku kenal dicabik-cabik oleh zombie.

"Ahhhhhhg!! Tolong!"

Teriakan ketakutan dan rasa sakit itu berlomba-lomba masuk kedalam telinga ku. Rahang ku mengeras.

"Ahhhggggrrrr! Tolong aku!

"Tidak tunggu--"

Semua kejadian yang terjadi didepan mataku seperti sebuah film horor yang diputar dilayar lebar. Didalam hatiku sempat terlintas perasaan, kalau semua ini bukanlah kenyataan yang sebenarnya.

"Kakak! Kak Vano tolong aku!!"

"Kakak!!!"

Matteo yang terbaring tak berdaya disebelah ku menangis ketakutan, ekspresi wajahnya menampilkan berbagai perasaan yang bercampur aduk, ia menatapku meminta tolong. Bercak-bercak merah yang berasal dari Matteo terciprat ke sekitar mengenai wajahku.

"Kakak... kak Vano"

"Tolong... Tolong aku..."

"Teo--" Suaraku tersendat di tenggorokan, nafasku tercekat.

"Kak Vano"

"Kak"

"Kakak, kak Vano..."

"Kak Vano, kak bangun, kita hampir sampai di resto"

Aku mendongak melihat sekitar, mengerjabkan mataku berkali kali untuk menstabilkan pandangan ku yang memburam. Ketika berhasil menangkap beberapa objek yang terlihat, mataku langsung terfokus kepada sosok Matteo yang duduk di sampingku.

Mataku melebar tanganku refleks mencengkram bahunya, "Teo!!" Aku berteriak cemas.

Matteo terkesiap lalu dengan gugup bertanya, "A-ada apa kak Vano...?" Ekspresi bingung.

"Kamu..." Mataku mengamati sekitar lalu tercengang.

Apa....? Tunggu... Aku ada di mobil?

REST∆RT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang