Entah sudah berapa lama Lee Dahyun terus menerus menatap jendela kamarnya yang menampilkan sebagian kota Seoul yang ramai di sore hari.
Sedari tadi dirinya terus di datangi pikiran yang kosong. Bahkan ia sudah mendengarkan musik melalui earphone nya, namun tetap saja isi pikirannya tidak terisi dengan apa yang ia inginkan.
Namun sebuah notifikasi membuatnya, mau tak mau melihatnya. Terlihat dirinya membuang napasnya secara berat. Dan membiarkan pesan itu sama sekali tak terbaca ataupun di balas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebenarnya Dahyun, hanya butuh waktu untuk sendiri sore ini. Kepalanya sudah pusing memikirkan pekerjaannya di kantor yang baru. Dan ia berharap untuk malam ini saja, bahwa kekasihnya itu tidak terus menerus menghubunginya.
Bukannya tak mau, wanita berumur 23 tahun itu sudah mulai merasa hubungannya ini semakin lama semakin tak sehat. Berbagai sikap Taehyung yang banyak berubah membuat Dahyun terus merasakan bimbang.
Entah harus putus atau terus?
"Ck- aku benar-benar lelah. Apakah harus berpisah sesuai yang Sinbi sarankan?" Gumam Dahyun yang terus saja menatap ke arah jendela tanpa henti.
Namun alih-alih memikirkannya, Dahyun malah beranjak dan membuka kulkas nya yang ternyata kosong sekali, seperti pikiran dan hatinya.
"Memang sial sekali aku hari ini, bagaimana bisa tak ada apa pun di sini. Astaga!" Rutuk Dahyun yang memilih berjalan masuk ke dalam kamarnya. Tanpa berpikir panjang lagi, Dahyun memakai Hoodie oversize nya berwarna lilac.
"Baiklah, mengisi perut adalah yang terpenting dari apa pun," ucap Dahyun sembari membuka pintu Apartemennya.
Dirinya kini berjalan di tengah lorong yang sepi menuju lift dengan mendengarkan lagu melalui earphone nya. Dan kini maniknya menatap monitor angka yang tertera di dekat lift.
"Astaga, baru sekarang aku menyesal tinggal di kamar lantai 29," gumam Dahyun pelan, saat menatap layar monitor yang menunjukkan bahwa lift nya masih berada di lantai satu.