Chapter 3

190 45 23
                                    

Semi mendengus sebal. Sudah tiga puluh menit waktu berjalan dan baru dua soal yang dia kerjakan. Sebelas dua belas sama dosanya Noya, gak ada habisnya.

Semakin dipikir semakin kesal. Ushijima ditambah soal fisika adalah perpaduan maut perusak mood.

Sudah hakikat bila ada sebab pasti ada akibat. Semi Eita tidak menyukai Ushijima bukanya tanpa sebab. Semua bermula dari kejadian dua minggu lalu. Seperti cerita FTV, tanpa sengaja mereka bertemu.

Flash Back

Ekstrakulikulir Pramuka selalu dimulai pukul dua siang di hari Jum'at. Datang tepat waktu terlalu membosankan untuk sang gadis. Dengan alibi tidak mau mengikuti upacara pembukaan dia berencana untuk datang terlambat. Semi bukan takut matahari, bukan pula takut make up luntur. Boro-boro make up, bedak tabur aja Cuma dipakek kalau mama sudah bersabda.

"Anak gadis harusnya dandang yang cantik, biar enak dipandang." Semi capek dengernya. Mamanya mengejar sambil membawa bedak tabur pula. Pantang mundur sebelum anak gadisnya kinclong.

Untung tampang orinya Semi cakep, coba kalo buluk? Udah buluk berandal pula.

Semi itu tipe orang yang kelebihan gula, bawaanya pengen gerak mulu. lima menit disuruh diam pasti udah jadi cacing kepanasan. Ini disuruh sikap tegap sempurna, ketauan gerak malah upacara semakin lama.

"Upacara baru akan dimulai kalau kalian diam, tapi kalau kalian suka panas-panasan ya silahkan."

Kurang lebih begitu kata kakak pembina. Gimana gak hafal kalau sejak SD upacara bendera jadi lama gara-gara Semi yang gak bisa diam. Kalau gak jambak rambut teman pasti sengaja nginjak sepatu. Gak tau kenapa asik aja gitu.

Pengenya ngumpet di barisan belakang. Ini nih gak enaknya kalau punya postur tinggi, pasti kalau upacara disuruh baris paling depan. Udah gitu dengan bangsatnya Noya menjadikan Semi tempat berteduh. Sebenarnya tinggi badan Semi Cuma 166cm, emang temenya aja yang kuntet.

Rencananya Semi mau menyusup melalui tembok parkiran dekat kelasnya kala para siswa ricuh sehabis apel dibubarkan. Koridor sempit belum lagi banyaknya orang mengambil jalur yang sama mau tak mau harus berdesak desakan. Mengambil kesempatan disaat semuanya lengah Semi akan melemparkan tas melalui jendela lalu bergabung dalam kerumunan. Kalau ditanya 'kenapa dari parkiran?' Semi akan beralasan lupa mencabut kunci montor.

Rencananya memang begitu. Jadi begini, Semi bingung mau turun atau balik pulang. Bergerak sedikit saja dia pasti ketahuan. Sudah susah payah Semi memanjat tembok setinggi dua meter, saat mau turun ternyata ada orang lain di parkiran tersebut.

Entah sadar atau tidak pemuda berambut oliv tersebut dengan santainya menata montor-montor yang diparkir sembarangan. Jangan ditanya bagaimana cara Semi menaiki tembok tinggi. Dia anak ajaib oke.

Sangat tidak elit, mirip kucing yang bisa naik pohon tapi gak bisa turun. Oke Semi memutuskan untuk balik. Niatnya begitu, Tapi-

"Kamu Semi Eita ya?"

'Mampos, kan ketahuan. Dijawab gak ya?' batin Semi.

"I-iya kak." Dari seragam yang penuh dengan pin serta berbagai macam badge yang Semi sendiri tidak tahu apa namanya, sudah bisa dipastikan bahwa sosok di depanya pasti salah satu anggota ekskul pramuka SMA HQ.

Aneh. Sang kakak tidak tampak marah ataupun ingin menangkapnya.

"Aku ramal kita pasti akan bertemu lagi,"dengan tampang watados dia berucap lalu pergi begitu saja.

Tunggu

Kata orang mengumpat itu tidak dosa asalkan yang diumpati tidak sakit hati. Berhubung yang bersangkutan telah pergi Semi mulai mengabsen penghuni kebun binatang. Gak tau tapi kesel gitu.

Sebatas Patok Tenda (UshiSemi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang