Chapter 6

190 38 75
                                    

"Ya, ini gimana?"

"Kan tinggal dicolokin ke stopkontak aja."

"Dicolokin apanya? Mau ini garpu gua colokin ke matamu?"

"Astofirullah Sem, gak boleh gitu." Atsumu menengahi adu mulut kedua cewek kekurangan akhlak di depannya.

Selamat datang di Dapur Yaya, tempat dimana semua hal ajaib bisa terjadi. Bersama Atsumu sebagai penjaga api, Semi sebagai asisten chef dan tentu saja Noya sebagai chef utama.

"Lagian lu juga Ya. Dikira rice cooker apa, mana ada orang ke hutan bawa begituan." Atsumu capek, bisa-bisanya terjebak dalam situasi harem bersama mereka. 

Dia dan semi dihukum akibat insiden di bawah pohon asam jawa. Sedangkan Noya dihukum akibat kentut sembarangan yang berakhir memakan korban jiwa.

Hukumannya cukup sederhana. Mereka tidak diberi jatah makan malam dan harus memasak makan malam sendiri. Simpel bukan?

"Jadi gimana? Aku cuma bisa masak nasi pakek rice cooker," Semi menatap nanar beras di dalam panci

"Gua malah gak pernah masak sendiri. Buat apa masak kalau ada bunda dan Samu?" Celetuk Atsumu.

"Bagoes, menjadi beban dengan bergaya," sahut Semi.

"Aku pernah baca di google judulnya cara memasak nasi secara manual. Pertama beras dikukus setengah matang, habis itu dikukus lagi sampai matang," Noya memasang ekspresi berfikir sambil menopang dagu.

"Kenapa gak langsung dikukus sampai matang? Kan jadi kerja dua kali," Atsumu yang sibuk meniup-tiup kayu bakar menyahut.

"Gak tau hehehe"

"Dahlah, masak bubur aja tinggal dikasih air yang banyak."

"Gak bisa Sem, kita gak punya santan." Kalau soal dapur setidaknya Noya sedikit lebih tahu daripada Semi. Perlu diingat ada kata 'sedikit'.

"Aku bawa susu kotak, gimana kalau kita ganti aja santan dengan susu?"

"Tampak meragukan, tapi boleh juga dicoba," Noya.

"Terserah kalian mau masak apa, kalau sampek gua keracunan kalian berdua tanggung jawab."

"Tenang aja Sum, kita gak lupa jiwa korsa[1] kok, kalau lu keracunan kita juga keracunan." Semi mengacungkan jempol.

"Terserah. Susah banget nyalain api doang astaga," Atsumu masih bersikeras berjongkok sambil mengipas-ngipas kayu pelan. Ia sengaja menyampirkan hasduk ke pundak agar tidak menyentuh tanah.

Sebuah centong plastik melayang dan mencium dahi pemuda blonde dengan mesranya.

Nishinoya, pelaku pelempar centong berkacak pinggang sambil berucap, "Lo kalau bego ya jangan sampek ke kromosom SUMI. Koreknya dinyalain dulu, kayunya dibakar baru dikipasi atau ditiup. Lo kira kayu dikipas-kipas gitu aja bisa nyala?"

"Ya maaf, gak usah pake kekerasan anjim." Atsumu mengelus jidatnya yang sedikit memerah.

"Sepertinya waktu masih dikandungan emaknya Miya penganut praktik diskriminasi ke sel otak anaknya." Yaya bergumam

.

.

.

Beranjak dari ketiga remaja yang sedang bergulat dengan nasib, di sisi lain ada Ushijima yang baru saja selesai memimpin rapat.

Hari sudah petang, Generator set[2] sebagai satu-satunya sumber energi listrik berbunyi kencang, lampu neon menyala terang. Dari kejauhan ia melihatnya, gadis yang sejak tahun ajaran baru mencuri atensinya tengah bergulat dengan bumbu dapur. Terlihat kikuk dan canggung tapi manis di mata sang pengagum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebatas Patok Tenda (UshiSemi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang