03 : Pasangan

293 54 71
                                    

Seusai mengantarkan mamanya, Andra mengajak Kara untuk nge-date di kafe. Katanya kafe Biru kedatangan artis ternama, JAZ. Beberapa lagunya sukses menjadi candu bagi para pelanggan. Saat membawakan lagu 'Berdua Bersama' milik JAZ, semuanya menghayati. Sementara dua meja di samping meja Kara dan Andra-ditempati Arya juga teman perempuan.

"Arya, lagunya cocok banget, yah, buat pasangan yang dimabuk asmara," canda Bulan.

Arya terkekeh mendengarnya. "Gapapa, banyak di sini yang pacaran biar mereka menghayati." Pasalnya Bulan sedang move on dengan pria di hadapannya.

"Kayaknya, 90% yang ada di sini kebanyakan punya pasangan. Lo kapan nyusul mereka, Ya?" celetuk Bulan.

Arya berhenti mengunyah kentang goreng. Ia menatap lekat Bulan di depannya. "Gue udah nemu orangnya, tunggu aja." Dengan percaya dirinya, lelaki tersebut tersenyum miring.

Tapi itu tak berlangsung lama, setelah mengedarkan pandangannya ke samping. Arya meremas meja sambil memandang kemesraan Kara dan Andra. Bulan terkejut dengan perubahan raut wajah sang pemuda. Sampai pada akhirnya, Bulan mengerti apa yang dirasakan Arya kali ini.

"Kalau kata orang, sebelum jalur kuning melengkung, terobos aja, masih belum jadi milik orang, kan?" Bulan tertawa melihat betapa emosinya Arya. Bulan terpaku menatap manik mata polos Arya. "Gue harus bantu apa kali ini?" tukasnya.

Arya menggeleng, "Nggak, Lan. Lo udah berapa kali bantuin gue. Gue gak mau nyusahin lo lagi."

Penolakan Arya semakin menjadi tantangan buat Bulan. "Kita udah berapa tahun, sih, sahabatan? Tujuh tahun, apa belum cukup untuk menyatakan kalau kita sudah menjadi saudara." Perempuan itu mengembuskan napasnya.

"Belum saatnya, Lan. Ini masih tergolong muda untuk disebut cinta."

Bulan tersenyum dan mencari cara untuk menghibur Arya. "Okay, but do you want singing now in here, Aryasatya?" tanyanya mampu melengkungkan bibir Arya.

"Of course, Lan."

Sehabis JAZ manggung, Mc memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mengisi acara. Arya berdiri dan langsung memegang microphone. Sebelumnya pemuda ber-hoodie hitam telah me-request lagu 'Cokelat Biru' milik Giorgino Abraham. Dia duduk tenang sambil memandang Kara. Sedangkan, Kara hanya diam menunggu suara Arya.

Kamu yang ada di depan mata
Aku ingin terus menatapmu

Arya sukses membuat hati Kara melayang. Seusai Kara menyadari arah mata itu tertuju padanya. Perempuan itu terus bergusar tak nyaman dengan tatapan lekat Arya. Andra risih sama kelakuan Kara. "Kenapa lagi?" tanya Andra.

"Mau pipis aku, yah, bentar aja gak lama."

Kara menginjak toilet perempuan. Rotasi matanya tertuju pada seorang wanita yang sendirian mencuci tangan. Dirinya mendekati Bulan yang sendu menatap kaca di hadapannya. Lima menit mereka menghabiskan waktu berdiam diri. "Kalau dari sorot matanya yang sendu dan kosong pasti ada hal menyakitkan baginya," ujar Kara.

Bulan tak menanggapinya malah dirinya beranjak pergi dari tempat itu. Kara melanjutkan perkataannya, "Lo bisa panggil gue Kara." Bulan menghela napas serta mengubah cara pandangnya.

"Kalau menurut lo, ketika seseorang tidak rela orang yang disayangnya menyayangi orang lain, apakah sikap gue egois?" Bulan tertarik untuk berbicara banyak dengan gadis tersebut.

Kara mengerti perasaan yang dialami sang perempuan. Ia mengusap pundak Bulan dan sedikit tersenyum. "Rotasi takdir emang gak seperti apa yang kita harepin. Tuhan pasti yang terbaik dari yang baik menurut manusia. Mengikhlaskan memang cara mustahil untuk merelakannya pergi. Don't say that you're selfish, there will be the best people for you."

Korelasi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang