06 : I'm Okay

153 33 45
                                    

Arya keluar dan melewati koridor kampusnya. Ia mengeratkan genggamannya pada lembaran skripsi. Lagi dan lagi ada revisi. Amarahnya memuncak sampai-sampai tak ada satu pun orang yang ia sapa. Termasuk sahabat-sahabatnya dan Bulan. Arya mengendarai mobilnya.

Pemandangan kali ini ia abaikan dan tak biasanya begitu. Arya sangat menyukai awan, tapi kali ini ia tidak peduli. Gravitasi membawanya pada kecepatan maksimal dua ratus lima puluh. Arya menyesal melakukan itu semua. Tepat pukul satu siang, dipastikan Arya kecelakaan.

Brakk!

Ambulan menggiring Arya ke klinik terdekat. Polisi menyebut Arya sebagai korban tabrak lari. Karena tidak ada kepastian tentang bagaimana kejadian tersebut. Namun, para warga yang melintas di jalanan berkata-bahwa ada mobil lain berpapasan dan mendorong mobil Arya ke dekat semak-semak.

"Nak, kamu baik-baik aja, kan...."

Semuanya turut berduka cita, kecuali Kara. Dia bersiap-siap menemui Andra di Bandara. Ini lima hari setelah kegiatan membantu kekasihnya. Semakin cepat waktunya, dirinya semakin menangis. Bukan perihal hanya sebuah hubungan long distance relationship, tapi kenyataan yang disampaikan Andra kemarin.

Flashback on

Andra mempercepat laju kendaraannya untuk menghampiri Kara. Hari selasa waktu itu sedang dilanda hujan. Sama seperti suasana hatinya semakin merapuh. Kalau bertanya apa alasan ia ingin bertemu Kara di malam tersebut. Ia tidak bisa menjawabnya, hanya saja dia mungkin akan menyakiti hati perempuan tersebut.

Kara tersenyum memandang mobil Andra. Meskipun dirinya basah kuyup. "Sayang, kamu gak bawa payung?" tanya Kara.

"Nggak, Kar."

Kara mengangguk. "Ada apa?" Tanpa basa-basi dia bertanya.

"Kara...."

Kara mengerukan dahinya. Tubuh Andra gemetaran hanya menyebut namanya. "Kenapa? Kamu mau bilang apa?"

"I love you, but i don't," jedanya. "Kamu tau, kan, Ibu aku gak seneng aku pacaran. Menurutnya, pacaran adalah suatu hal yang hanya merampas waktu belajarku. Padahal tidak, aku sudah menjelaskan beberapa alasan. Percuma. Dan perihal beda agama perkara utama," jelas Andra.

"Terus gimana dengan hubungan kita, Ndra?"

Flashback off

Sekian dari hubungan Andra dan Kara. Terlalu singkat untuk berakhir. Dan terlalu pahit merasakan kopi dalam ikatan. Kara menemui Andra hanya ingin membantunya. Walaupun, masih terpaut rasa di hatinya. Mungkin inilah sebab hubungan tidak direstui. Kara menyapa Andra yang berdiri tegak di depan mobilnya.

"Hai, Ndra." Kara melambaikan tangannya. "Semua udah siap?" tanyanya sambil mengecek koper yang dibawa sang pria.

Andra mengangguk. "Udah siap. Oh iya Kar, bisa tolong panggilin montir gak? Buat bawa mobil aku yang baret." Kara memandang mobil yang kusut di ujung sana.

"Oke tenang aja."

"Oh iya satu lagi, sebelum aku pergi kamu harus janji untuk selalu baik-baik aja, yah." Andra menatap lekat Kara. Namun, Kara cuma mengangguk sembari memainkan kukunya.

"See you."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Korelasi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang